Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gunung Lewotobi Laki-laki di Nusa Tenggara Timur (NTT) telah menunjukkan erupsi sejak Minggu malam hingga Senin dini hari, 4 November 2024. Menurut laporan, sebanyak 6 desa di Kecamatan Wulanggitang dan 4 desa di Kecamatan Ile Bura terkena dampak dari letusan gunung tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dua kecamatan itu berada dalam zona bahaya 7 kilometer dari kawah. Dari dalam zona itu pula asal 9 korban tewas. Gunung yang memiliki tinggi 1.584 meter di atas muka laut ini selain menyebabkan erupsi berupa awan panas, juga menyebabkan terjadinya gempa vulkanik. Berikut fakta-fakta tentang Gunung Lewotobi Laki-laki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Riwayat Letusan
Dilansir dari Antara, Gunung Lewotobi tergolong dalam jenis gunung api strato bertipe andesitik yang terletak di bagian timur Pulau Flores. Gunung Api Lewotobi memiliki dua puncak, yaitu Lewotobi Laki-laki dan Lewotobi Perempuan. Jarak puncak antara keduanya kurang dari 2 km di sepanjang garis barat laut-tenggara. Keduanya masih tergolong gunung api aktif hingga saat ini.
Gunung Lewotobi tercatat telah meletus sebanyak 17 kali sejak 1861-2003. Gunung ini memiliki ciri khas akan mengalami letusan kecil beberapa kali sebelum akhirnya terjadi letusan besar. Berdasarkan catatan, Gunung Lewotobi Laki-laki lebih sering terjadi meletus daripada Gunung Lewotobi Perempuan.
Sejarah letusan Gunung Api Lewotobi Perempuan terjadi pada 1921 dan 1935, serta peningkatan aktivitas pada 2011 dan 2023. Sementara Gunung Api Lewotobi Laki-laki tercatat mengalami riwayat erupsi tahun 1861, 1865, 1868 (dua kali), 1869, dan 1907. Gunung api ini meletus disertai aliran lava pada tahun 1909, 1910, dan 1914. Serta terjadi mengalami erupsi di tahun 1932, 1933, 1939, dan 1940.
2. Aktivitas dalam kurun 2023-2024
Temuan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi atau PVMBG pada 17 Desember 2023, tercatat Gunung Lewotobi Laki-laki kembali erupsi dan mengeluarkan status dari sebelumnya level I atau normal menjadi level II atau waspada. Tak lama setelah itu, awal Januari 2024, PVMBG menemukan aktivitas vulkanik yang semakin aktif sehingga menaikkan status Gunung Lewotobi Laki-laki menjadi Level III (Siaga).
Gunung Lewotobi Laki-laki sempat naik status menjadi level IV (Awas) pada 9 Januari 2024 pukul 23.00 WITA, lalu diturunkan menjadi Level III (Siaga) kembali pada 29 Januari 2024 pukul 12.00 WITA. Hingga pada 3 November 2024 pukul 24.00 WITA, Gunung Lewotobi Laki-laki menunjukkan tanda-tanda erupsi dengan tinggi kolom 1.500-2.000 meter di puncak, status gunung ini kemudian meningkat menjadi Level IV atau Awas.
Tak berhenti sampai di situ, pengamatan yang dilakukan dalam periode 23 Oktober hingga 3 November 2024 memperlihatkan aktivitas vulkanik yang semakin naik, di antaranya 43 kali gempa letusan, 28 kali gempa hembusan, 94 kali gempa harmonik, 7 kali gempa Low Frequency, 133 kali gempa vulkanik dangkal, 353 kali gempa vulkanik dalam, 26 kali gempa tektonik lokal, 68 kali gempa tektonik jauh, dan 3 kali getaran banjir. Bahkan gunung ini sempat mengeluarkan letusan pijar api sejauh 1 kilometer.
3. Riwayat Korban
Dikutip dari Antara, data terbaru per Selasa, 5 November 2024, korban luka yang berjatuhan akibat letusan gunung ini mencapai 63 orang. Kadis Kominfo Flores Timur Herry Lamawuran melaporkan ada 31 orang luka berat dan 32 orang luka ringan yang dirawat di Puskesmas Boru dan Puskesmas Lewolaga.
Dirinya juga menyampaikan jika korban yang meninggal sebenarnya ada 9 orang, bukan 10. Karena satu lagi masih dalam kondisi kritis. "Yang benar adalah sembilan orang meninggal dan satu orang dinyatakan kritis," ujar Herry saat dihubungi Selasa, 5 November 2024.
Jumlah orang yang terdampak erupsi ini diperkirakan mencapai 10.295 jiwa yang tersebar di dua kecamatan, yakni Kecamatan Wulanggitang sebanyak 9.479 jiwa dan Kecamatan Ile Bura 816 jiwa. Petugas mencatat sebanyak 2.472 jiwa mengungsi di tiga lokasi, dengan rincian di Desa Konga 1.219 jiwa, Desa Bokang 606 Jiwa dan Desa Lewolaga 647 jiwa.
AHMAD FIKRI | ANTARA