Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Seekor Bekantan Lahir di Stasiun Riset Pulau Curiak

Peristiwa langka itu merupakan kelahiran pertama bayi bekantan di kawasan Stasiun Riset Bekantan sepanjang tahun 2022.

10 April 2022 | 08.02 WIB

Image of Tempo
material-symbols:fullscreenPerbesar
Seekor bayi bekantan yang baru saja lahir di Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, bersama induknya. (ANTARA/Firman)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Banjarmasin - Seekor bayi bekantan lahir di luar kawasan konservasi Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan (Kalsel), yang dikelola Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) bersama Universitas Lambung Mangkurat (ULM) dan pemerintah daerah setempat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Lahir dalam kawasan Stasiun Riset Bekantan dari seekor bekantan betina dewasa kelompok alpha," kata pendiri Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) Foundation Amalia Rezeki di Banjarmasin, Sabtu, 9 April 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia mengatakan peristiwa langka itu merupakan kelahiran pertama bayi bekantan di kawasan Stasiun Riset Bekantan sepanjang tahun 2022. Sebelumnya, tahun 2019 telah lahir tujuh ekor bekantan, sehingga total delapan ekor bekantan yang dilahirkan sejak stasiun riset itu diresmikan tahun 2018.

Menurut Amel, sapaan akrab Amalia Rezeki, kelahiran bayi bekantan merupakan sebuah capaian yang luar biasa. Di kawasan pulau kecil yang dikelola dan dijaga oleh SBI serta masyarakat nelayan setempat telah berhasil menyumbang penambahan populasi bekantan di Indonesia.

Amel berharap semua pemangku kepentingan bisa saling membantu satu sama lain menyelamatkan bekantan di kawasan tersebut dengan menjaga habitatnya yang tersisa agar tidak beralih fungsi yang dapat merusak habitat bekantan dan ekosistem hutan mangrove rambai.

Tidak saja bagi upaya penyelamatan bekantan, tetapi juga nasib nelayan tradisional yang bergantung pada sungai serta hutan mangrove sebagai tempat bagi ikan air tawar yang menjadi penghidupan nelayan sekitar.

Untuk menyelamatkan bekantan yang tersisa di kawasan Pulau Curiak, Amel dan tim di SBI melakukan tiga program penting dan strategis di bidang konservasi.

Pertama, membangun greenbelt (sabuk hijau) sebagai kawasan penyangga habitat bekantan. Kedua, program buy back land atau membeli kembali lahan yang telah beralih fungsi. Ketiga, restorasi mangrove rambai dengan menanam kembali pohon mangrove, khususnya jenis pohon rambai yang merupakan tegakan dan pakan utama bekantan.

Stasiun Riset Bekantan merupakan role model pengelolaan kawasan habitat bekantan di luar kawasan konservasi yang telah berhasil merestorasi habitat bekantan dan melakukan penambahan populasi monyet berwarna oranye dan berhidung panjang secara alami mencapai 100 persen lebih dalam kurun waktu 5 tahun.

Awalnya pada tahun 2016, populasi bekantan yang menjadi maskot fauna Kalimantan Selatan di Pulau Curiak sekitar 14 ekor. Kemudian sampai bulan April 2022 ini telah bertambah menjadi 31 ekor.

ANTARA

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus