Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Mahasiswa Newcastle University Ikuti Sekolah Konservasi Pulau Curiak, Antusias Melihat Bekantan

Sebanyak 16 mahasiswa Newcastle University, Australia peserta program "summer course" bekerja sama dengan ULM mengikuti sekolah konservasi alam.

4 Desember 2023 | 05.06 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seekor bekantan (Nasalis larvatus) berada di kawasan Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak milik Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Jumat 23 Juni 2023. Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia di Kalimantan Selatan pada tahun 2023 berhasil meningkatkan populasi bekantan dari 14 ekor menjadi sekitar 35 ekor serta sebagai upaya Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dalam pelestarian lingkungan dan bekantan memasukkan Konservasi Bekantan Curiak menjadi salah satu situs geopark meratus yang di ajukan ke Unesco Global Geopark (UGGp). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 16 mahasiswa Newcastle University, Australia peserta program "summer course" bekerja sama dengan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) mengikuti sekolah konservasi alam di Pulau Curiak yang menjadi stasiun riset bekantan di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Suatu kehormatan kali ini Pulau Curiak kembali kehadiran mahasiswa mancanegara untuk bersama-sama belajar di alam sembari mengamati keanekaragaman hayati khsusunya ekosistem lahan basah," kata Ketua Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) Amalia Rezeki selaku pengelola Sekolah Konservasi Alam di Pulau Curiak pada Ahad, 3 Desember 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Amel, sapaan akrab Amalia Rezeki, menyebutkan, mahasiswa asing itu antusias bertemu langsung dengan bekantan. Satwa endemik Kalimantan yang merupakan jenis monyet dengan hidung besar dan rambut berwarna cokelat kemerahan itu ternyata cukup dikenal di Australia.

Tim Roberts dari University Of Newcastle yang memimpin rombongan mahasiswa merupakan senior adviser SBI. Tim Roberts dan Amel telah lama bekerja sama dalam membangun stasiun riset bekantan di Pulau Curiak.

Dalam kegiatan itu, mahasiswa juga diajak melakukan penanaman bibit pohon mangrove rambai yang menjadi makanan utama sekaligus tempat hidup bekantan sebagai maskot fauna Kalimantan Selatan itu.

Amel juga mengungkapkan bahwa sekolah konservasi alam itu dalam upaya mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran generasi muda untuk peduli pelestarian alam berserta keanekaragaman hayatinya.

Sejak didirikannya pada 2018, sekolah non-formal itu sudah memiliki sekitar 1.000 alumnus yang tersebar di nusantara bahkan mancanegara.

Keberadaan Pulau Curiak sebagai tempat pelestarian bekantan di luar kawasan konservasi juga mendapatkan dukungan dari PT Angkasa Pura 1 yang membantu memberikan fasilitas sarana belajar berupa bangunan ruang terbuka hijau untuk kegiatan sekolah konservasi alam.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus