Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) selalu menerbitkan prakiraan cuaca untuk seluruh wilayah di Indonesia secara rutin. Salah satu prediksi harian, tiga harian, maupun mingguan BMKG berkaitan dengan dinamika curah hujan sejak awal hari hingga malam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perkiraan akumulasi curah hujan tersebut dihitung berdasarkan data model prediksi cuaca numerik. Melalui web resminya, terutama pada bagian probabilistik curah hujan, BMKG menyebut curah hujan dihitung dengan satuan milimeter (mm).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Satu milimeter hujan berarti air hujan yang turun di wilayah seluas satu meter persegi akan memiliki ketinggian satu milimeter. Hitungan ini dipakai dengan kondisi air hujan tidak meresap, mengalir, atau menguap.
Untuk menghitung intensitas hujan, tedapat sejumlah ambang batas nilai yang digunakan. Bila perkiraan curahnya kosong atau 0 mm per hari, cuaca di suatu daerah diperkirakan berawan. Untuk prakiraan hujan berintensitas ringan atau hujan ringan, ambang batasnya berkisar 0,5-20 mm per hari. Sedangkan untuk hujan sedang sekitar 20-50 mm per hari.
Bila prediksi curah hujan mencapai 50-100 mm per hari, suatu wilayah kemungkinan akan diguyur hujan lebat. Ambang batas 100-150 mm per hari menunjukkan peluang hujan sangat lebat. Adapun hitungan di atas 150 mm per hari menunjukkan prakiraan hujan ekstrem yang umumnya membuat BMKG harus menerbitkan peringatan dini.