Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Semeru mengamuk lagi

Lahar panas menerjang sejumlah desa di lereng semeru. seribu hektare tanaman rusak. penduduk mengungsi. kini mereka terancam lahar dingin.

19 Februari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LAKI-laki kurus berkulit hitam itu menatap kosong. Ia begitu lama menekur, dan sesekali tampak seperti akan menangis. Dalam usia 60 tahun, Srono -- demikian namanya -- sudah tidak punya apa-apa lagi. Dua ribu tanaman kopi yang selama ini menopang kehidupannya lenyap. Seakan dilanda mimpi buruk, Srono duduk seperti orang bingung di depan sanggar pemujaan agama Hindu tempatnya mengungsi. Di sinilah ia bertahan sejak rumah dan pekarangannya amblas tersapu lava panas Gunung Semeru, 3 Februari lalu. Bersama Srono ada sekitar 55 keluarga (275 jiwa) penduduk Dusun Sumbersari, Lumajang, Jawa Timur, yang harus mengungsi menghindari amukan lava panas yang disemburkan Gunung Semeru. Kerugian harta benda ditaksir Rp 4 miliar lebih. Selain lava, juga ada terjangan awan panas, yang menambah penderitaan penduduk dan lingkungan alam di sekitarnya. Kini berbagai penyakit mulai merongrong mereka. Bagi penduduk yang mendiami lereng Gunung Semeru, bencana lava ini sungguh di luar dugaan. Srono, yang selama 30 tahun hidup di lereng gunung tertinggi di Pulau Jawa ini, mengaku tidak pernah mengalami hal seperti itu. Katanya, lava yang dimuntahkan sang gunung senantiasa mengalir lewat Sungai Besuk Kobokan. Arahnya memang menuju Sumbersari, tapi 100 meter sebelum mencapai dusun ada belokan sehingga lava tidak tumpah ke sana. Namun, kejadian pada 3 Februari itu lain. Lahar panas yang seharusnya membelok itu rupanya terus menerobos, menghajar Dusun Sumbersari. Menurut catatan Kepala Desa Supit Urang (bertetangga dengan Sumbersari), Abdul Wachid, akibat amukan Semeru, kebun seluas 450 hektare, yang semula hijau, rusak berat. Batang dan daun terbakar bubur lava panas. Dari pihak Perhutani dilaporkan, ada seribu hektare lebih tanaman yang rusak. Selain banyak kerugian harta benda, diberitakan, hingga Kamis pekan lalu, lima nyawa melayang. Dua di antaranya masih terpendam di dalam lumpur. Dua orang lanjut usia tersebut tak sempat melarikan diri ketika lava datang. Penggalian oleh pihak penyelamat sempat terhenti akibat tanahnya panas dan mengepulkan asap. Menurut Suroso, petugas Pos Pengamat Gunung Semeru, aktivitas gunung yang terletak di perbatasan Lumajang dan Malang, Jawa Timur, ini mulai terlihat pada 26 Januari lalu. Pada hari itu, terjadi beberapa kali tremor (gempa vulkanik akibat kenaikan cairan magma). Secara visual, menurut buku laporan kegiatan harian, Gunung Semeru ketika itu tercatat dengan klasifikasi "aktif normal". Artinya, kegiatan meningkat, tapi tidak membahayakan. "Semeru rata-rata seperempat jam sekali meletus, itu sudah biasa," kata Doktor Wimpie S. Cecep, Direktur Vulkanologi Departemen Pertambangan dan Energi. Selang dua hari kemudian, frekuensi letusan meningkat, menjadi 200 kali. Ketinggiannya mencapai 500 meter. Pada hari itu juga tercatat empat kali guguran lava panas yang diikuti letusan asap berwarna kelabu. Saat itu diperkirakan ada lava yang naik ke permukaan. Lava baru ini mendorong lava lama yang sudah bercokol di lereng Gunung Semeru, yang terbentuk antara tahun 1991 dan 1992. Beban yang berat, pengaruh kemiringan, dan gravitasi membuat lava lama dan lava baru meluncur turun. Semburan bubur panas itu turun ke arah selatan, ke daerah Lumajang -- mungkin karena di tempat itu ada celah. Wimpie memperkirakan, lava meluncur dengan kecepatan 40-120 km per jam dan panas 2.000 derajat Celsius. Namun, bencana itu, kata Wimpie, tak akan terjadi bila penduduk tidak mendiami daerah-daerah berbahaya yang tercatat dalam peta karya Direktorat Vulkanologi Bandung. Dusun Sumbersari termasuk daerah terlarang, yaitu daerah yang kemungkinan besar diterjang lava panas. "Seharusnya daerah ini dikosongkan," katanya. Menurut Wimpie, yang mesti diperhatikan saat ini adalah kemungkinan banjir lahar dingin. Volume endapan lava kemarin diperkirakan 6,8 juta meter kubik. Sementara itu, masih ada sisa-sisa endapan akibat letusan rutin Semeru (sekitar 100 kali per hari) sebanyak 20 juta meter kubik. Total ada 26,8 juta meter kubik endapan yang masih menggayut di lereng-lereng Semeru. Kata Wimpie, endapan lava sebanyak itu akan melorot sebagai banjir bandang bila hujan dengan curah 60 mm terjadi selama tiga jam terus-menerus. Sementara itu, pihak Pemerintah Daerah Lumajang telah melakukan antisipasi terhadap lahar dingin. "Kami mempersiapkan lokasi yang aman dari banjir bandang," kata Sekretaris Wilayah Daerah Lumajang, Abdul Rahman. Bahaya Semeru yang paling menonjol adalah lava pijar. Karena bentuk topografinya membuka ke selatan, bilamana letusan terjadi, abu gunung api tidak selamanya terembus ke angkasa, tapi juga meluncur ke lereng selatan. Seperti diketahui, Gunung Semeru (3.676 meter) merupakan salah satu gunung berapi yang aktif. Letusan-letusannya sudah merupakan hal yang rutin. Bahkan, sepanjang tahun 1983-1991, gunung itu meletus terus-menerus. Setelah itu, Semeru tidur selama enam bulan, lalu meletus lagi hingga sekarang. Pada tahun 1976, muntahan Gunung Semeru menelan 110 korban meninggal dan sembilan orang cacat. Yang terparah adalah letusan tahun 1981. Banjir bandang ketika itu sempat meluluhlantakkan delapan dusun yang berdiri di lerengnya. Selain menimbulkan kerugian harta benda, musibah kala itu menelan 200 korban jiwa dan 75 orang hilang.Gatot Triyanto dan K. Candra Negara

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum