Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Studi di Bonbin Amerika: Kemampuan Sedot Belalai Gajah 540 km/jam

Kemampuan mengisap belalai gajah setara lebih dari 30 kali kecepatan embusan udara saat kita bersin.

4 Juni 2021 | 10.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Daya sedot ekstrem membantu gajah-gajah menyimpan air dan makanan dalam belalainya. Kemampuan mengisap belalai gajah setara lebih dari 30 kali kecepatan embusan udara saat kita bersin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gajah menggunakan belalainya yang berbobot lebih dari 100 kilogram untuk beragam fungsi: mencari makanan di antara vegetasi, minum, dan bahkan menjadi dayung ketika melintasi sungai yang dalam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk memahami lebih baik bagaimana gajah menggunakan belalainya, Andrew Schulz dari Georgia Institute of Technology, Amerika Serikat, dan timnya mengikuti dan memfilmkan perilaku video Gajah Afrika (Loxodonta africana) betina berusia 34 tahun. Video itu melengkapi serangkaian observasi yang dilakukan di Kebun Binatang Atlanta.

Seperti diungkap dalam publikasi hasil studi itu di Journal of The Royal Society Interface, terbit 2 Juni 2021, para peneliti itu di antaranya memenuhi sebuah akuarium dengan air hingga volume tertentu. Mereka mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan gajah untuk menyedot air dari dalam akuarium itu melalui belalainya. 

Tim mengkalkulasi kalau gajah menyedot air melalui belalainya ekuivalen dengan kecepatan udara 150 meter per detik atau 540 kilometer per jam. "Itu sekitar 30 kali kecepatan bersin manusia," kata Schulz sambil memberi catatan, ketika bersin, kita mengembuskan udara dengan kecepatan 4,5 meter per detik.

Schulz dan timnya juga memperkirakan kapasitas belalai dengan cara mengukur volume internal belalai milik seekor gajah betina berusia 38 tahun yang telah menjalani eutanasia karena masalah medis. Gajah itu, sebelum kematiannya, berbobot empat ton.

Hasil pengukuran menunjukkan volume dan bobot belalainya yang disimpan beku itu setara belalai gajah di Bonbin Atlanta. Terungkap pula dari hasil pengukuran itu, gajah mampu mengisap jauh lebih banyak jumlah air daripada yang diperkirakan menurut volume belalainya saat berelaksasi.

Untuk mencari tahu kenapa bisa begitu, Schulz dkk menggunakan pencitraan gelombang ultra untuk melihat bagian dalam belalai ketika si gajah sedang menarik udara atau mengisap atau menyedot air. Mereka menemukan gajah mampu memekarkan kedua lubang hidungnya sebesar 30 persen, yang akibatnya meningkatkan volume rongga pernapasan itu sebesar 64 persen.

Foto kawanan gajah Afrika di sebuah kolam air di Konservasi Tuli Game di Bostwana ini memenangkan lomba foto Wildlife Photographer of the Year kategori Wildlife Photographer of the Year. Huffingtonpost.com/Greg du Toit

"Mereka menggunakan mekanisme ini untuk menyedot air dan juga menyimpannya dalam belalai untuk kemudian menyemburkannya untuk mendinginkan badan," kata Schulz.

Menurut John Hutchinson dari Royal Veterinary College, London, perilaku dengan belalai gajah itu dikenal dilakukan sebagian kecil hewan bertulang belakang selain ikan. "Karena gajah memang telah berevolusi jauh dari nenek moyangnya yang hidup di air, kelihatannya mereka menggunakan warisan kemampuan hewan air nenek moyangnya itu dan menggunakannya di darat," katanya.

NEW SCIENTIST | ROYAL SOCIETY PUBLISHING

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
Ā© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus