Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi terbaru menemukan bahwa laut bukanlah sumber utama mikroplastik di atmosfer, melainkan lebih berperan sebagai tempat penampungan partikel tersebut. Temuan ini bertentangan dengan klaim sebelumnya yang menyebut lautan sebagai penyumbang besar mikroplastik ke udara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penelitian ini dilakukan oleh tim ilmuwan dari Max Planck Institute for Meteorology (MPI-M) dengan menggunakan model transportasi kimia global. Model ini membantu memetakan bagaimana mikroplastik bergerak di atmosfer di berbagai belahan dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Berdasarkan model, lautan justru menyerap sebagian dari partikel mikroplastik di udara, bukan melepaskannya dalam jumlah besar,” kata para peneliti dalam studi yang diterbitkan di jurnal NPJ Climate and Atmospheric Science, dikutip dari Earth.com, Kamis, 13 Maret 2025.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sekitar 15 persen mikroplastik di atmosfer akhirnya mengendap di permukaan laut. Sebelumnya, para ilmuwan mengira bahwa gelombang laut dan percikan air dapat mengangkat sejumlah besar partikel plastik ke udara. Namun, eksperimen terbaru menggunakan tangki gelombang dan metode lainnya menunjukkan bahwa jumlah yang terangkat jauh lebih kecil dibandingkan perkiraan awal.
Peneliti juga menemukan bahwa mikroplastik dengan ukuran lebih besar cenderung cepat mengendap, sering kali di daerah pesisir, sementara partikel yang lebih kecil dapat bertahan di udara hingga satu tahun dan berpindah hingga ke wilayah terpencil seperti Arktik.
Dengan temuan ini, para ilmuwan menekankan bahwa upaya pengurangan polusi mikroplastik sebaiknya difokuskan pada sumber berbasis darat, seperti ban kendaraan yang aus, serat sintetis dari pakaian, dan limbah domestik. “Setiap rencana besar untuk mengurangi pencemaran plastik harus difokuskan pada sumber berbasis darat,” tulis tim peneliti.
Selain itu, penelitian ini juga menegaskan bahwa mikroplastik tidak hanya terakumulasi di lingkungan tertentu, tapi dapat berpindah dalam skala global. Partikel kecil yang melayang di udara dapat terbawa melintasi lautan dan benua, hingga mencapai kawasan yang sebelumnya dianggap bersih dari polusi plastik.
Para ilmuwan berharap temuan ini dapat membantu dalam perumusan kebijakan yang lebih efektif untuk mengatasi pencemaran mikroplastik. Dengan memahami pergerakan dan sumber utama mikroplastik, langkah-langkah yang lebih tepat dapat diterapkan untuk melindungi ekosistem rentan serta mengurangi risiko bagi kesehatan manusia.