Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Demak - Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa bencana banjir Demak tidak hanya dipicu oleh curah hujan ekstrem, tapi juga kerusakan kawasan hulu akibat pembalakan liar dan alih fungsi lahan. Jokowi menyampaikan hal tersebut ketika meninjau lokasi banjir di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, pada Jumat, 22 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Jokowi, curah hujan di wilayah Demak mencapai 238 milimeter per hari, jauh di atas batas bawah kriteria hujan ekstrem 150 milimeter per hari. Hujan ekstrem ini membuat tanggul jebol. Namun, Jokowi mengatakan, bencana banjir itu juga disebabkan sedimentasi di sungai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kenapa itu terjadi, karena juga tidak dihambat di hulunya, tanaman-tanaman yang banyak, banyak yang ditebang, problemnya semua di situ. Kalau enggak terjadi banjir bandang, ya banjir, problemnya di situ," kata Jokowi. "Pembalakan, alih fungsi lahan, seperti itu yang menyebabkan kejadian."
Jokowi menilai permasalahan pembalakan liar dan alih fungsi lahan tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia. "Semua problem itu berasal dari pembakalan liar dan alih fungsi lahan yang harus dicegah,” kata mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Bencana banjir merendam sebagian besar wilayah Kabupaten Demak sejak Ahad, 17 Maret 2024. Tanggul Sungai Wulan di perbatasan Demak dan Kudus tak mampu menahan debit air dan jebol. Banjir merendam Jalur Pantai Utara atau Pantura hingga lalu lintas lumpuh. Rumah-rumah warga terendam banjir hingga setinggi atap sehingga memaksa puluhan ribu warga mengungsi. Banjir juga merendam lahan pertanian milik warga.