Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta belum mendeteksi dan menemukan kemunculan titik api diam di Gunung Merapi. "Hingga saat ini belum terpantau," ujar Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida, Minggu 3 Januari 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Titik api diam selama ini menjadi satu gejala pertumbuhan kubah lava baru dan penanda erupsi berangsur berakhir. Pada erupsi Gunung Merapi 2010, titik api diam muncul pasca erupsi eksplosif pada 26 Oktober.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BPPTKG mengamati yang terjadi saat ini di Gunung Merapi justru satu fenomena yang menunjukkan adanya peningkatan suhu asap keluar dari sekitar Lava 1997. "Hal ini terjadi seiring dengan adanya peningkatan aktivitas vulkanik dalam beberapa hari terakhir," ujar Hanik.
Saat ini potensi bahaya Gunung Merapi yang masih berstatus Siaga atau level III belum berubah. Potensi itu berupa guguran lava, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif, dan proyeksi luncuran awan panas sejauh maksimal 5 kilometer. "Namun sampai saat ini di puncak Merapi belum muncul kubah lava baru," ujarnya.
Hasil pengamatan Gunung Merapi per 3 Januari 2021 teramati guguran 1 kali arah ke Kali Lamat dengan jarak luncur 1.500 meter pada pukul 05.54 WIB , selain terdengar suara guguran 1 kali intensitas sedang dari pos pengamatan Babadan. Guguran juga terjadi 1 kali ke arah Kali Senowo II dengan jarak 1.500 meter dari Pos Babadan.