Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak empat simpanse mati ditembak oleh petugas di Kebun Binatang Furuvik Swedia, Rabu 14 Desember 2022. Insiden ini memicu kecaman luas dan tudingan petugas atau pengelola yang tidak kompeten.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Insiden tembak mati itu diawali ketika kawanan primata koleksi bonbin itu diketahui tiba-tiba sudah berada di luar kandangnya, Monkey House, meski masih berada dalam area kebun binatang, pada Rabu siang sepekan lalu. Tak diketahui bagaimana mereka bisa ke luar dari zona tertutup itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dianggap bisa membahayakan petugas juga publik, simpanse-simpanse itu ditembaki petugas. Belakangan didapati empat simpanse mati di luar dan di dalam Monkey House. Tersisa tiga yang masih bertahan. Itu pun satu di antaranya dengan luka tembak.
Kebun Binatang Furuvik yang berlokasi sekitar 168 kilometer sebelah utara Stockholm tengah dicekam suhu dingin -15 derajat Celsius dan sedang ditutup dari publik saat insiden terjadi. Sayangnya, petugas tak mampu menormalisasi situasi dan memilih tembak mati terhadap para simpanse tersebut.
Dampaknya, kecaman datang dari sejumlah kalangan dan juga publik. Kebun Binatang Furuvik telah merespons dengan bersikukuh penembakan yang mematikan sebagai langkah terakhir yang tak terhindarkan. Lewat keterangan yang disampaikan di akun Facebook, pengelola menyatakan kalau simpanse sangat berbahaya sekalipun kelihatan tak menyerang.
"Mereka cepat, sangat kuat dan umumnya tak kenal takut. Situasinya bisa dengan cepat bereskalasi menjadi mengancam jiwa," bunyi keterangan itu yang dipos pada Kamis 15 Desember 2022.
Itu sebabnya, keputusan eutanasia diambil terhadap tiga simpanse yang kabur. Belakangan saat petugas berhasil masuk Monkey House pada Sabtu, satu simpanse lagi ditemukan mati. "Ini bukan sesuatu yang mudah kami putuskan. Keselamatan orang-orang selalu menjadi perioritas tertinggi kami."
Baca juga: Dua Harimau Lepas dari Kebun Binatang di Singkawang, Pencarian Libatkan Tentara
Empat Simpanse yang Mati Ditembak
Keempatnya telah teridentifikasi sebagai Linda, Santino, Torsten, dan Manda. Nasib tragis dialami Linda yang lahir 1980. Dia dibawa ke kebun binatang itu setelah keluarganya dibunuh para pemburu di habitat aslinya di Liberia.
Saat itu Linda berada di gendongan induknya dan hendak diperdagangkan oleh pemburunya ketika berhasil disita dan kemudian dibawa ke Swedia. Tapi di Swedia, simpanse ini juga mati ditembus peluru.
Santino, 45 tahun, dan yang paling terkenal karena kecintaannya pada seni lukis. Santino bukan hanya favorit bagi masyarakat umum, tapi juga bagi para ilmuwan. Simpanse yang satu ini telah banyak terlibat sebagai obyek riset perbedaan genetik manusia dan primata oleh para ilmuwan.
Torsten, simpanse remaja, baru lahir dalam penangkaran pada 2019 lalu. Kedua induknya—Maria-Magdalena dan Tjobbe—termasuk yang selamat dari insiden Rabu lalu. Sedangkan Selma, anak angkat Linda, adalah yang mengalami luka tembak. Adapun Manda ditemukan paling akhir mati di Monkey House.
Pengelola taman hiburan di mana Kebun Binatang Furuvik ada di dalamnya turut membela keputusan tembak mati. Menurut mereka, tindakan membius tidak bisa dilakukan saat itu tanpa membahayakan diri petugas. Alasannya, untuk bisa membidiknya dengan anak panah anestetik butuh jarak yang cukup dekat.
Belum lagi butuh 10 menit sebelum obat bius bereaksi pada simpanse. "Jadi, ketika satu simpanse lepas di taman, Anda harus sangat disesalkan harus menembak mati."
Kecaman Luas untuk Furuvik
Keputusan dan pembelaan itu mendulang kecaman luas dari kelompok pembela hak satwa, publik, dan juga media. Seperti Ing-Marie Persson, eks keeper simpanse yang bekerja selama 30 tahun di kebun binatang itu, yang mengatakan keputusan tembak mati tidak diperlukan. "Sungguh keliru," katanya.
Ahli zoologi kognitif dari Lund University, Swedia, dan juga telah bertahun-tahun meneliti simpanse di Furuvik, Mathias Osvath, menyebut peristiwa itu sebagai surealisme. Dia masih tidak percaya kenapa harus ada tembak mati dan sulit menerima argumen dari pengelola.
"Mereka termasuk menembak simpanse yang masih berusia tiga tahun, dan simpanse usia tiga tahun tidak mungkin bisa mengancam jiwa...tapi tetap, mereka berpikir bisa mengancam, yang menunjukkan kepada saya kalau mereka mungkin tidak memiliki kompetensi yang tepat," tuturnya.
Pintu Kebun Binatang Furuvik dekat Gavle, Swedia. 15 Desember 2022. Kantor Berita TT/Fredrik Sandberg via REUTERS
Kepolisian Swedia mengkonfirmasi pada Kamis kalau insiden Rabu telah diadukan sebagai pelanggaran Undang-undang Kesejahteraan Satwa yang mengamanatkan kandang harus aman.
Baru pada Sabtu lalu, kembali lewat akun Facebook, pengelola Kebun Binatang Furuvik mengakui kegagalan besar dan tragedi yang telah terjadi. Investigasi dijanjikan untuk mengungkap di mana letak kesalahan atau apakah mereka sebenarnya bisa bertindak berbeda.
"Kami semua merasa sangat kehilangan simpanse tercinta Linda, Torsten, Santino and Manda," bunyi keterangan terbaru.
LIVESCIENCE, AP, CBC