Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Harimau bernama Sorik koleksi Medan Zoo, Sumatera Utara, akhirnya menyusul mati pada 13 Februari 2024. Sorik adalah harimau kelima yang mati di bonbin itu sejak 6 November lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasil nekropsi (autopsi) atas jasad harimau berumur 12,5 tahun itu menunjuk sebab kematian karena rusaknya organ paru-paru, jantung, hati, dan ginjal. Sang raja hutan divonis mengalami kerusakan multiorgan kronis atau telah berlangsung lama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Hal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan Tim Evaluasi pada November 2023," kata Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Satyawan Pudyatmoko, kepada TEMPO lewat aplikasi perpesanan WhatsApp, Rabu 15 Februari 2024.
Satyawan menambahkan, "Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan histopatologi untuk memperoleh diagnosa defenitif (pasti) terhadap sampel yang telah diambil dan dikirim ke laboratorium."
Dalam informasi yang dibagikan sebelumnya disebutkan lima harimau koleksi Medan Zoo, terdiri dari 3 Harimau Sumatera dan 2 Harimau Benggala, mati karena sakit dan tidak bisa dipulihkan (infausta). Sorik dan yang lainnya tak terselamatkan meski KLHK telah melakukan pemeriksaan medis dan laboratoris, termasuk pengobatan dan perawatan intensif, terhadap seluruh 11 harimau yang ada di Medan Zoo.
"Pada kematian pertama Harimau Sumatera pada 6 November 2023, Direktorat Jenderal KSDAE telah menurunkan Tim Evaluasi Insidentil," kata Satyawan mengungkapkan.
Satyawan mengungkap bahwa KLHK bersama Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI) dan mitra yang lain telah mendorong pemenuhan standar pengelolaan dan pemeliharaan satwa liar yang ada di kebun binatang milik Perusahaan Umum Daerah Kota Medan tersebut.
Ini terutama setelah ditemukannya fakta pada April tahun lalu bahwa pengelolaan satwa di Medan Zoo belum memenuhi standar pengelolaan lembaga konservasi, terutama pemenuhan animal walfare (kesejahteraan satwa). Termasuk di dalamnya fasilitas kandang dan tata kelola lingkungan.
Relawan membersihkan kandang satwa yang terbengkalai di kebun binatang Medan Zoo, Sumatera Utara, Rabu, 24 Januari 2024. Kebun binatang ini viral sejak dikabarkan sejumlah satwa di antaranya harimau berada dalam kondisi memprihatinkan. ANTARA/Yudi
Mundur ke belakang lagi, saat penilaian pertama pada tiga tahun pertama berdirinya, atau pada 2012 lalu, Medan Zoo juga telah mendapat rekomendasi agar memperbaiki pemenuhan standar pengelolaan sebagai sebuah lembaga konservasi.
Menurut Satyawan, KLHK telah membantu memperbaiki sebanyak sembilan kandang harimau. Renovasi berupa perbaikan lantai kandang tidur, mengganti papan tempat tidur, membuat kolam untuk mandi, dan pengecatan pagar kandang tidur. Dilakukan pula penambahan kanopi untuk menjaga agar kandang tidur tersebut tetap kering dan nyaman untuk harimau saat musim hujan.
Sedangkan PKBSI, kata Satyawan, membantu penyediaan pakan untuk seluruh satwa yang ada di Medan Zoo. PKBSI juga menempatkan 2 keeper dan 1 pengawas untuk membantu operasional pengelolaan satwa di Medan Zoo. Bersama Balai Besar KSDA Sumatera Utara dan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia menempatkan dokter hewan untuk terus memantau seluruh kondisi satwa di Medan Zoo secara harian.
"Dokter hewan merawat dan mengobati intensif khususnya bagi Harimau Sumatera dan Harimau Benggala," kata Satyawan.
Terpisah, Wali Kota Medan Bobby Nasution juga menyorot manajemen Medan Zoo telah gagal membiakkan harimau. Seperti dikutip dari ANTARA, dia menyatakan menyesalkan kematian terjadi saat belum ada lagi kelahiran harimau di kebun binatang itu sejak yang terakhir pada 2018 lalu.
Sebelumnya, menantu Presiden Joko Widodo atau Jokowi ini ramai mendulang kecaman di media sosial karena penggalan kalimat pernyataannya: 'kalau mati harimaunya salah siapa gitu? Masa nggak boleh mati'.