WAHANA Lingkungan Hidup Indonesia (biasa disingkat Wahana saja),
kata orang, sebuah perkumpulan hura-hura. Betulkah begitu?
Bermula hanya 10 orang muda yang begitu kesal melihat hutan
ditebang, badak diburu-tembak, dan pabrik seenaknya membuang
limbah industri ke sungai. Mereka kemudian membentuk Wahana
Oktober 1980. Sembilan orang kemudian jadi anggota presidium
(kini ketuanya Ir. Zain Rahman), dan seorang sekretaris
eksekutif (Ir. Erna Witular) mengatur keaktifan sehari-hari.
Bantuan keuangan datang dari Indonesia Wildlife Funds,
Appropriate Technology International Inc. (Amerika), dan
beberapa badan/perusahaan swasta dalam dan luar negeri yang
kemudian tergabung dalam Conservation Education Funds. Gubernur
Jakarta dan Yayasan Konsumen Indonesia menyediakan gedung untuk
kantor. Kantor PPLH menyediakan perlengkapan kantor dan surat
rekomendasi untuk perjalanan. Ada pula bantuan tenaga ahli dari
PPA (Pelestarian dan Perlindungan Alam) untuk memberi ceramah.
Memasuki tahun ketiga, Wahana kini didukung oleh 415 organisasi
lembaga swadaya yang tersebar di Indonesia. Banyak yang "hidup"
musiman saja, misalnya, cuma sekadar naik-turun gunung,
penjelajah hutan, dan sebangsanya. "Kini kami sedan menghimpun
data organisasi, mana yang benar-benar menyangkut lingkungan,"
ujar Erna Witular.
Wahana sedang menyusun semacam buku pegangan yang juga
menyangkut organisasi mana yang betul-betul sudah berbuat
sesuatu untuk masalah lingkungan. Hal ini akan menyangkut
organisasi mana saja (termasuk organisasi ibu-ibu se-RW,
misalnya), walaupun ada menyenggol masalah lingkungan, bisa
dikategorikan sebagai peserta Wahana. Menteri PPLH Emil Salim,
menurut Erna, menekankan "Hendaknya penggemar lingkungan itu
bukan sekadar pelari 100 meter. Dia juga harus pelari maraton "
Memasuki tahun ini, Wahana mempunyai serangkaian program
pendidikan. Ada pendidikan konservasi alam di Ambon, Palu,
Medan, Bandung dan Samarinda. Biayanya sekitar Rp 12-15 juta.
"Kerja kami selalu cari-cari dana," kata Erna lagi, "dan untuk
konservasi alam ini sudah tersedia." Yang belum ada dananya
tetapi sudah masuk dalam program ialah pendidikan komunikator
dan motivator Lingkungan Hidup. Juga direncanakan pendidikan
yang ada kaiunnya dengan soal ekonomi, dan peningkatan taraf
hidup.
Wahana juga memperkuat jaringan kerja yang sudah ada. Antara
lain jaringan kerja sama relawan (volunteers) mencegah
"penyalah-gunaan pestisida" akan dikampanyekan oleh Wahana
terutama kepada petani dan produsen. Juga akan ada kampanyenya
dalam hal pelestarian hutan dengan jaringan kerjanya.
Tidak akan dilupakannya pendidikan lingkungan untuk anak-anak.
Seperti di sekolah-sekolah Jawa Barat. Untuk ini akan tiba
(akhir Maret) 20 ahli dari Swedia. "Bantuan sudah kami dapat
dari Unicef dan PPFN," lanjut Erna.
Masih bersemangat seperti biasa, Erna Witular menandaskan lagi:
"Pokoknya Wahana akan lebih banyak berbuat karena kesadaran
masyarakat telah ada."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini