Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Yang selalu cari dana

Wahana lingkungan hidup indonesia, sebuah perkumpulan pecinta lingkungan hidup. (ling)

29 Januari 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WAHANA Lingkungan Hidup Indonesia (biasa disingkat Wahana saja), kata orang, sebuah perkumpulan hura-hura. Betulkah begitu? Bermula hanya 10 orang muda yang begitu kesal melihat hutan ditebang, badak diburu-tembak, dan pabrik seenaknya membuang limbah industri ke sungai. Mereka kemudian membentuk Wahana Oktober 1980. Sembilan orang kemudian jadi anggota presidium (kini ketuanya Ir. Zain Rahman), dan seorang sekretaris eksekutif (Ir. Erna Witular) mengatur keaktifan sehari-hari. Bantuan keuangan datang dari Indonesia Wildlife Funds, Appropriate Technology International Inc. (Amerika), dan beberapa badan/perusahaan swasta dalam dan luar negeri yang kemudian tergabung dalam Conservation Education Funds. Gubernur Jakarta dan Yayasan Konsumen Indonesia menyediakan gedung untuk kantor. Kantor PPLH menyediakan perlengkapan kantor dan surat rekomendasi untuk perjalanan. Ada pula bantuan tenaga ahli dari PPA (Pelestarian dan Perlindungan Alam) untuk memberi ceramah. Memasuki tahun ketiga, Wahana kini didukung oleh 415 organisasi lembaga swadaya yang tersebar di Indonesia. Banyak yang "hidup" musiman saja, misalnya, cuma sekadar naik-turun gunung, penjelajah hutan, dan sebangsanya. "Kini kami sedan menghimpun data organisasi, mana yang benar-benar menyangkut lingkungan," ujar Erna Witular. Wahana sedang menyusun semacam buku pegangan yang juga menyangkut organisasi mana yang betul-betul sudah berbuat sesuatu untuk masalah lingkungan. Hal ini akan menyangkut organisasi mana saja (termasuk organisasi ibu-ibu se-RW, misalnya), walaupun ada menyenggol masalah lingkungan, bisa dikategorikan sebagai peserta Wahana. Menteri PPLH Emil Salim, menurut Erna, menekankan "Hendaknya penggemar lingkungan itu bukan sekadar pelari 100 meter. Dia juga harus pelari maraton " Memasuki tahun ini, Wahana mempunyai serangkaian program pendidikan. Ada pendidikan konservasi alam di Ambon, Palu, Medan, Bandung dan Samarinda. Biayanya sekitar Rp 12-15 juta. "Kerja kami selalu cari-cari dana," kata Erna lagi, "dan untuk konservasi alam ini sudah tersedia." Yang belum ada dananya tetapi sudah masuk dalam program ialah pendidikan komunikator dan motivator Lingkungan Hidup. Juga direncanakan pendidikan yang ada kaiunnya dengan soal ekonomi, dan peningkatan taraf hidup. Wahana juga memperkuat jaringan kerja yang sudah ada. Antara lain jaringan kerja sama relawan (volunteers) mencegah "penyalah-gunaan pestisida" akan dikampanyekan oleh Wahana terutama kepada petani dan produsen. Juga akan ada kampanyenya dalam hal pelestarian hutan dengan jaringan kerjanya. Tidak akan dilupakannya pendidikan lingkungan untuk anak-anak. Seperti di sekolah-sekolah Jawa Barat. Untuk ini akan tiba (akhir Maret) 20 ahli dari Swedia. "Bantuan sudah kami dapat dari Unicef dan PPFN," lanjut Erna. Masih bersemangat seperti biasa, Erna Witular menandaskan lagi: "Pokoknya Wahana akan lebih banyak berbuat karena kesadaran masyarakat telah ada."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus