Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Geologi memperluas cakupan wilayah terdampak erupsi Gunung Ili Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Tujuannya untuk meminimalisir aktivitas masyarakat dan pengunjung di area gunung api aktif tersebut. Kawasan yang ikut menjadi zona radius siaga adalah sektor barat puncak, tepatnya di kawasan Desa Amakaka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wilayah barat Gunung Ili Lewotolok sebelumnya tidak masuk zona siaga karena tidak berpotensi terpapar guguran dan lelehan lava yang berbahaya untuk masyarakat. Hanya area radius 2-3 kilometer di bagian timur, selatan dan tenggara dari puncak kawah erupsi yang dilarang untuk dimasuki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada Senin, 13 Mei 2024, Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, menerbitkan rekomendasi baru terkait zona terdampak. Sektor barat nyatanya dialiri lava sejak 11 Mei lalu, dengan jarak 400 meter dari bibir kawah. Alirannya memanjang hingga 1.200 meter, keesokan harinya.
"Sehingga direkomendasikan untuk perluasan jarak rekomendasi, terutama pada sektor barat," katanya dalam keterangan resmi, Senin malam.
Dia berharap rekomendasi tersebut bisa ditaati masyarakat Desa Amakaka yang terletak di sektor bagian barat Gunung Ili Lewotolok. Menurut Wafid, gunung api setinggi 1.423 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu mulai erupsi pada 27 November 2020 dengan tinggi kolom abu sekitar 500 meter. Lontaran abu pada prupsi dua hari selanjutnya jauh lebih tinggi, menapai 4.000 meter di atas puncak.
Hingga kini erupsi masih terjadi. “Tingkat aktivitas dan status Gunung Ili Lewotolok juga beberapa kali mengalami peningkatan dan penurunan status,” ucap Wadif. Status terbaru dan yang masih berlaku adalah Level III atau Siaga.
Data Kegempaan Erupsi Gunung Ili Lewotolok
Dari hasil pengamatan kegempaan pada 1-7 Mei 2024, Badan Geologi mencatat 131 kali gempa erupsi melalui alat pemantau gunung api. Alat itu juga merekam 8 kali gempa guguran, 2.171 kali gempa hembusan, 50 kali tremor non-harmonik, 24 kali gempa hybrid, 220 kali gempa vulkanik dangkal, serta 153 kali gempa vulkanik dalam.
Pada pekan kedua atau 8-13 Mei lalu, alat pemantau merekam 64 kali gempa erupsi, 1.801 kali gempa Hembusan, 33 kali tremor non-harmonik, serta dua kali gempa hybrid. Dalam periode yang sama, ada juga satu kali gempa vulkanik dangkal, 5 gempa vulkanik dalam, dan sekali gempa tektonik lokal.
"Secara umum, gempa hembusan masih mendominasi aktivitas saat ini dan menunjukkan peningkatan. Erupsi eksplosif yang terjadi sering diikuti dengan lontaran lava hingga mencapai jarak 500 meter dari pusat erupsi," ujar Wafid.