Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Newsletter

CekFakta #187 Prebunking Series (7): Dicari! Kambing Hitam

Belajar prebunking kali ini untuk melihat celah penyebar hoaks yang menuding kambing hitam di tengah kebingungan masyarakat.

19 Desember 2022 | 08.20 WIB

Ilustrasi hoaks atau fake news. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi hoaks atau fake news. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Di masa krisis, manusia berupaya mempertahankan diri menggunakan segala cara, termasuk dalam menghadapi pandemi coronavirus disease 2019 (Covid-19). Ada yang merespon dengan berupaya mencari fakta, namun tak sedikit pula yang terperangkap oleh kabar bohong.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Penyebar hoaks mengambil celah dengan menuding kambing hitam di tengah kebingungan masyarakat. Dengan mengkambinghitamkan sesuatu, seseorang, atau suatu kelompok, seolah-olah masalah serius dan kompleks bisa terselesaikan walaupun dengan kebohongan.

Dalam nawala ini pula, Tempo telah memeriksa pula sejumlah klaim dan menayangkan hasil pemeriksaan terhadap berbagai klaim tadi di kanal Cek Fakta Tempo. Pekan ini, aneka klaim yang beredar memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan.

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo

Prebunking Series (7): Dicari! Kambing Hitam

Mengambinghitamkan atau scapegoating adalah ketika seseorang atau kelompok dipilih atau disalahkan tanpa alasan untuk masalah tertentu.

Dilansir PsychologyToday, tindakan mengkambinghitamkan ini muncul sebagai bentuk pertahanan ego. Yakni dengan mengalihkan perasaan tidak nyaman (kemarahan, frustrasi, iri hati, rasa bersalah, malu, dan ketidakamanan) kepada pihak lain yang dianggap lebih rentan, seperti imigran, etnis atau agama minoritas, maupun orientasi seksual tertentu.

“Keberadaan ‘kambing hitam’ dapat melepaskan dan mengalihkan perhatian dari rasa negatif manusia, yang tergantikan oleh rasa afirmasi dan pembenaran diri sendiri,” ujar psikiater Neel Burton.

Di era modern, pengkambinghitaman menjadi alat propaganda agenda politik dan ideologi penguasa. Namun dalam sejarah, scapegoating sudah ada sejak abad ke-12. Tiga periode propaganda yang terkenal di antaranya ialah saat penyihir Eropa diburu untuk dibakar hidup-hidup antara tahun 1350 hingga 1750, Perang Dingin antara tahun 1919-1989, dan Perang Melawan Terorisme yang dikobarkan pasca peristiwa runtuhnya WTC pada tahun 2001 sampai 2013.

Di Indonesia, hoaks juga disebarkan dengan cara mengkambinghitamkan. Contohnya: 

  • Kebijakan negara ini mulai condong ke ideologi komunisme yang membahayakan karena orang-orang seperti [nama si A]
  • Alasan rendahnya jumlah pemilih adalah karena [satu generasi Z] menolak keluar dan mencoblos
  • Alasan pengangguran tinggi karena perekonomian dikendalikan oleh [suku X]

Melalui pengkambinghitaman tersebut, kepanikan direkayasa untuk menunjuk satu pihak sebagai musuh dengan bumbu kata-kata yang memantik emosi serta berkelindan di balik suatu dilema palsu

Jika kita tidak berhati-hati, kita bisa tanpa sadar turut mempercayai dan menyebarkan hoaks. Alangkah celaka.

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab

Waktunya Trivia!

Berikut beberapa kabar tentang misinformasi dan disinformasi, keamanan siber, serta privasi data pekan ini yang mungkin luput dari perhatian. Kami mengumpulkannya untuk Anda.

YouTube akan menambahkan sebuah pembaruan fitur pada saat mengunggah konten di platform berbagi video milik Google tersebut. Fitur ini akan bekerja dengan video dari semua kualitas termasuk Standard Definition, High Definition, dan 4K.

Ilustrasi Youtube (Reuters)

Meta meluncurkan Toko Avatar Meta di seluruh Asia-Pasifik. Pada toko avatar ini, pengguna tidak hanya dapat menggunakan pakaian dan aksesoris secara gratis, tetapi juga dapat menggunakan pakaian dan aksesoris premium. Keberadaaan toko ini sejalan dengan laporan tren Gen Z yang baru dirilis Instagram di Indonesia beberapa pekan lalu, bahwa Avatar menjadi salah satu fitur yang diminati Gen Z di Instagram. 

Periksa Fakta Sepekan Ini

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.

Ikuti kami di media sosial:

Inge Klara Safitri

Inge Klara Safitri

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus