Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tahukah Anda, bahwa terdapat peningkatan minat dan partisipasi dalam upaya global untuk memerangi disinformasi? Pemeriksaan fakta pun berkembang seiring dengan pertumbuhan infrastruktur digital dan media sosial. Di antaranya, muncul upaya penerjemahan kerja pemeriksaan fakta ke dalam berbagai bahasa dengan memanfaatkan tool Artificial Intelligence (AI) yang baru. Namun peningkatan minat dan partisipasi tersebut bukan tanpa tantangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.
Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo
CekFakta #260
Tantangan dan Upaya Pemeriksaan Fakta
Dilansir dari laporan International Fact-Checking Network, seratus tiga puluh tujuh organisasi di setidaknya 69 negara mengikuti survei yang berlangsung dari Januari hingga Maret 2024. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2023, hanya 46 kelompok yang memberikan tanggapan. Ini menunjukkan peningkatan minat dan partisipasi dalam upaya global untuk memerangi disinformasi.
Govindraj Ethiraj, pendiri IndiaSpend, inisiatif jurnalisme data pertama di India, menyatakan bahwa pemeriksaan fakta berkembang seiring dengan pertumbuhan infrastruktur digital dan media sosial. Pertumbuhan itu ditandai dengan keberadaan sekitar 5 miliar pengguna media sosial di dunia dan jumlah ponsel pintar yang terus meningkat. Terdapat 800 juta ponsel pintar yang digunakan di India. Sedangkan di Tiongkok, jumlah pengguna ponsel pintar berjumlah lebih dari 1 miliar. Akibatnya, penyebaran disinformasi menjadi semakin mudah.
“Penyebaran informasi yang salah sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir berkat infrastruktur digital, sehingga pemeriksaan fakta menjadi lebih diperlukan,” kata Ethiraj.
Di sisi lain, jurnalis berpengalaman untuk The Economist Peter Cunliffe-Jones menekankan pentingnya penerjemahan kerja pemeriksaan fakta ke dalam berbagai bahasa. Salah satunya dengan memanfaatkan tool Artificial Intelligence (AI) yang baru.
Survei menunjukkan sekitar 47,4% signatories atau penandatangan telah membuat atau sedang berupaya menetapkan pedoman editorial untuk menggunakan chatbot AI seperti ChatGPT dan Google Bard dalam pekerjaan mereka.
Namun ia juga menyebutkan tantangan lain adalah membedakan antara pemeriksa fakta yang mengikuti Kode Prinsip IFCN dan kelompok yang didukung oleh pemerintah yang meniru pemeriksaan fakta untuk menyebarkan disinformasi. Kesadaran masyarakat luas mengenai kode etik IFCN masih kurang, sehingga masyarakat sulit membedakan antara pemeriksaan fakta yang independen dan yang didukung oleh pemerintah.
“Kesadaran masyarakat tentang kode etik IFCN sangat penting. Tanpa itu, kita hanya menjadi suara di tengah kebisingan,” kata Cunliffe-Jones.
Di Indonesia, tren disinformasi menunjukkan pola yang serupa. Penggunaan media sosial yang luas dan peningkatan jumlah pengguna ponsel pintar memfasilitasi penyebaran informasi yang salah. Pemilu, politik, dan kesehatan masyarakat adalah topik yang paling banyak diperiksa faktanya di Indonesia, sejalan dengan tren global.
Sejak tahun 2014, pemeriksaan fakta di Indonesia melalui kolaborasi CekFakta.com, berfokus pada klaim publik dengan menggunakan data dan bukti yang sudah ada di domain publik, terutama dari pemerintah. Kini pemeriksaan fakta makin berkembang hingga membongkar gambar, video, dan deepfake yang berbahaya.
Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab
Cek Fakta Pilihan
Benarkah Ini Enam Kebiasaan setelah Makan Penyebab Stroke?
Sebuah video beredar di Facebook, Instagram, dan TikTok, yang berisi narasi terdapat enam kebiasaan setelah makan yang bisa menyebabkan sakit stroke. Video itu memperlihatkan infografis yang menerangkan kebiasaan-kebiasaan setelah makan yang diklaim dapat menyebabkan seseorang terserang stroke. Kebiasaan-kebiasaan itu adalah langsung mandi, langsung tidur, langsung minum teh, langsung makan buah, langsung olahraga, atau langsung berenang.
| Hasil Pemeriksaan fakta
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya (FIK UM Surabaya), Firman, menjelaskan ada dua penyebab terjadinya stroke. Pertama hemoragik atau perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah di otak. Kedua, stroke yang disebabkan adanya sumbatan alias emboli.
Waktunya Trivia!
Benarkah Cucu Ayatullah Khamenei Tanpa Jilbab di New York dan Disambut Unjuk Rasa?
Sebuah video memperlihatkan seorang perempuan yang diklaim sebagai cucu dari pemimpin Iran, Ayatullah Khamenei, turun dari mobil mewah. Video itu diunggah ke X pada 12 Mei 2024 diklaim berlokasi di New York dan sosok perempuan itu disambut aksi unjuk rasa. Dalam video itu terlihat dua perempuan itu turun dari mobil dengan mengenakan pakaian modern dan tanpa jilbab lalu disambut dengan aksi unjuk rasa. Video tersebut dikaitkan dengan maraknya aksi protes menentang keberadaan unit polisi Iran yang lebih dikenal dengan sebutan “polisi moral” yang bertugas memantau dan menangkap kaum perempuan yang tidak mengenakan jilbab di muka umum.
Ada Apa Pekan Ini?
Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki beragam isu. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:
- Benarkah Sering Banyak Minum Air Putih Malam Hari Sebelum Tidur Bisa Sebabkan Sakit Ginjal?
- Benarkah Kecurangan Pilpres 2024 akan Terjadi di Pilkada Serentak?
Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.
Ikuti kami di media sosial: