Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

16+2+x=22

Koni pusat mengadakan rapat komite dan mengusulkan 22 cabang olah raga di acara pon ix. peserta atlit dan ofisial dikurangi, syarat usia peserta dibatasi. usulan ini menunggu pengesahan musornas. (or)

10 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KONI Pusat mengunci tahun 1975 dengan rapat Komite Pembinaan Prestasi. Sasarannya bagaimana mencapai peningkatan prestasi dengan usaha seefisien mungkin. Rapat Komite yang langsung dipimpin oleh Wakil Ketuanya untuk Bidang Pembinaan Prestasi, Gatoto Sugagio, mnentukan ke-16 cabang olahraga Asian Games yang lalu berlaku pula bagi PON IX tahun 1977 di Jakarta, Ke-16 cabang olahraga itu: atletik, bulutangkis, bolabasket, tinju, balap sepeda, anggar, sepakbola, senam, hockey, menembak, renang (loncat indah, polo air), tenis meja, tenis, bolavolley, angkat besi dan gulat. Ini berarti mata acara olahraga PON VIII tiga tahun lalu yang disebut PON Prestasi, mengalami penyusutan cukup drastis. I)ari 27 cabang olahraa PON VIII itu menjadi tinggal 26. Tapi agaknya pimpinan KONI Pusat belum sepenuhnya bebas dari keluwesan. Apalagi jika Pekan Olahraga Nasional dikaitkan dengan kondisi dan situasi di persada ini. Maka harap dimengerti mengapa Pencak Silat dan Panahan pun diberi status yang sama seperti olahraa Asian Games. "Harus kita maklumi", ujar seorang anggota Komite kepada TEMPO, kedua cabang olahraga itu adalah olahraga tradisionil yang berakar pada rakyat lndonesia". Sampai di sini, jumlah 16 cabang olahraga oleh rapat Komite ditambah 2 menjadi 18. Itu belum final. Rapat Komite yang bersidang di gedung KONI Senayan itu, nampaknya dengan berat harus merangkul cabang olahraga Layar, Softball, Judo dan Karate ke dalam PON IX. Pertimbangannya konon bermacam-macam meski belum terdapat titik pertemuan yang jelas. Misalnya, kalau Layar boleh masuk, kenapa Terbang Layang tidak? Mungkin argumentasi rapat memilih kegiatan dan prestasi sebagai batu ujian. Tapi ini pun dapat dibantah. Apakah kegiatan dan prestasi golf kurang dari softball? Malah kalau diungkit lebih jauh, Bridge dan Catur bisa tersinggung. Silakan Komite menjawab! Akan halnya Judo dan Karate--keduanya bukan olahraga Asian Games--juga merongrong pikiran. Ketimbang Karate yang tidak jarang bikin stori, mengapa tidak saja rapat Komite memberi peluang pada Kempo misalnya. Bukankah induk organisasi Kempo yang meski masih hijau belakangan ini memperlihatkan perkembangan yang lebih sehat? Masih banyak lagi hal-hal kontroversil yang menggoda benak. Tapi sementara ini pimpinan KONI Pusat bukan tidak mellyadari. Alasan untuk merangkul ke 4 cabang olahraga itu akhirnya ditemui juga: karena "faktor X". Dan siapakah yang mampu menjelaskan faktor "siluman" itu? Jadi mata acara PON IX sekarang dari 18 + 4 = 22. Asal Cuap Tapi itu pun masih belum final. Sebab ke-22 cabang olahraga PON IX itu masih berupa rancangan Komite Pembinaan Prestasi KONI yang menuntut pengesahan Musornas (Musyawarah Olahraga Nasional) yang akan bersidang pada pertengahan Januari ini. Di samping itu rapat Komite pekan lalu itu, mengusulkan pula pengura,lgan peserta atlit dan ofisial sebanyak 15 persen dari PON VIII. Menurut catatan resmi jumlah peserta PON VIII meliputi 3.309 peserta. Dengan ancer-ancer pengurangan tersebut diharapkan jumlah peserta PON IX nanti hanya 2.896 orang (terdiri dari 2.625 atlit dan 275 ofisial). Usia peserta atlit pun terkena syarat peremajaan: tidak lebih dari 30 tahun (menurut akte tentu saja). Dan cabang olahraga beregu untuk putera dibatasi lewat kwalifikasi hanya 8 peserta daerah. Untuk puteri 6 daerah. Dengan begitu PON IX ingin mencapai peningkatan di bidang organisasi dan prestasi, paling tidak bisa mencapai setaraf prestasi di Asia. Tapi di balik isyu yang bakal menjadi hangat dalam Musornas KONI seIndonesia minggu depan, adalah ajakan M.F. Siregar, Sekjen KONI Pusat. Ia berulangkali ingin memancing para utusan daerah dan pimpinan induk-organisasi untuk membuka mulut melontarkan ide-ide kreatif untuk tidak begitu saja menerima umpan yang disuapkan. Tapi tentu saja tidak asal cuap dan ngawur. Sertailah dengan data-data yang valid untuk membuktikan, bahwa mereka bukan sekedar "kerbau yang dicocok hidungnya" dan mau dipermainkan oleh pimpinan yang bermodalkan "faktor X".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus