KARIER tenis Bjorn Borg serbacepat. Cepat memulai, cepat berprestasi, dan cepat mengakhiri. Kini ia berniat tampil kembali. Ia mulai mengayun raket di tempat kelahirannya, Soldertaljie, daerah pedalaman Stockholm, pada usia sembilan tahun. Pada umur 15 tahun, anak tunggal Rune dan Margaretha Borg ini sudah memperkuat tim Piala Davis Swedia. Empat tahun kemudian, gelar juara Prancis Terbuka dan Italia Terbuka sudah direnggutnya. Selama 19 tahun mengucurkan keringat di lapangan, Borg menyikat gelar juara Wimbledon lima kali dan Prancis Terbuka enam kali. Ketika pemain baseliner --yang melepas tembakan-tembakan akurat dari garis belakang -- pensiun pada usia 26 tahun, rasanya itu terlalu cepat. Menjelang tutup tahun lalu, bintang Swedia yang di akhir kariernya membangun bisnis besar ini mengumumkan comeback-nya ke dunia tenis. Sengitnya persaingan, panasnya lapangan, derasnya keringat mengucur, dan indahnya pukulan-pukulan tenis akhirnya menggoda Borg untuk kembali. Dan kini, dalam usia 34 tahun, Borg sedang giat bersiap terjun ke turnamen lagi. Desas-desus mengatakan, Borg berlaga lagi karena kerajaan bisnisnya, Bjorn Borg Design Group, yang memproduksi pakaian olahraga, hancur berantakan. Bencana itu mulai tercium ke luar sekitar Februari 1989. Utang perusahaan Borg di Swedia dikabarkan sekitar US$ 4 juta, masih ditambah beban pajak US$ 7 juta. Bjorn Borg Design Group belum akan karam walau utang yang harus dibayar mencapai US$ 20 juta sekalipun. Asetnya masih di atas jumlah utang yang harus dibayar kendati Borg sudah menjual rumah mewahnya. Rumah 10 kamar di Archipelago Paradise Vikingskill, di luar kota Stockholm, itu terjual sekitar US$ 2 juta, dan Borg tak menikmati hasilnya sesen pun karena selama ini Borg tak mampu membayar pajaknya. Namun, Borg belum menyerah. Ia sedang menyiapkan sebuah rencana bisnis raksasa bersama rekan bisnisnya dari Italia, Alessandro Racic. Publik tenis dunia akan kembali menyaksikan Borg menghajar lawan-lawannya dari baseline dengan backhand dua tangannya yang terkenal itu. Lapangan tanah liat Roland Garros di Paris akan menanti kembalinya "sang master lapangan tanah liat" ini. Namun, apa yang dapat dilakukan pemain segaek ini? Apa yang dapat dilakukan Borg yang tetap akan turun dengan raket kayunya, sementara orang sudah memasuki zaman raket big head atau wide body? Mampukah Borg menjuarai lagi Prancis Terbuka, sementara lawannya anak-anak muda 19 tahun seperti Pete Sampras, juara US Open 1990, yang begitu komplet dan cepat? "Kembalinya Borg adalah cerita terbesar tahun ini," ujar Jack Kramer, juara Wimbledon 1974. Setelah John McEnroe yang sempat istirahat beberapa tahun, Borg agaknya pemain pertama yang kembali terjun setelah istirahat begitu lama. "Walau ia berlatih sekeras apa pun, dia tak akan mampu mencapai 100 besar dunia," ujar Arthur Ashe, juara US Open 1968 dan Wimbledon 1975. Alasannya, kata Ashe lebih lanjut, menjadi peringkat 100 dunia sekarang ini sama dengan menjadi nomor 40 dunia sepuluh tahun lalu. Lagi pula, gaya baseliner Borg dianggap Ashe sudah usang karena hampir semua jago dunia kini adalah pemain servis-voli -- yang segera menyerbu ke jaring setelah servis. Faktor lain yang menghambat Borg adalah kecepatan. Ashe menaksir kecepatan Borg tinggal 10 persen dari masa jayanya. Namun, John Newcombe, jago Australia yang tiga kali merebut gelar juara Wimbledon, melihat Borg mampu mengimbangi anak-anak muda sekarang. "Buktinya Jimmy Connors, yang jaya di tahun 1974, tetap bisa bertahan sampai dua tahun lalu," ujar Newcombe. Yang perlu dicatat, Connors, pemain Amerika yang pernah pacaran dengan Chris Evert itu tak pernah mundur terlalu lama dan hampir selalu ikut turnamen-turnamen di seluruh dunia. Arthur Ashe tetap tak melihat kans Borg. "Dia bukan petinju George Foreman yang sadar betul tak akan mampu bertinju 12 ronde. Jadi, dia akan memukul jatuh lawannya sebelum ronde keenam. Tenis berbeda dengan tinju. Dia akan ditekan di garis belakang terus-menerus. Kepercayaan dirinya akan jatuh," ujar pemain yang pernah jadi nomor 1 dunia ini. Vitas Gerulaitis, yang pernah menjuarai Australia Terbuka dan Italia Terbuka, percaya Borg akan berbuat banyak dengan raket kayunya. "McEnroe dahulu pakai raket kayu, dan dia mampu memukul secepat seribu mil per jam. Borg tak akan sulit dalam soal kecepatan bolanya. Dan, jangan lupa, Borg bisa bermain servis voli sama dengan Roscoe Tanner," kata Gerulaitis, yang pernah 15 kali kalah straight set dari Borg. Tanner adalah jago Autralia yang bermain servis voli pada saat orang gemargemarnya main baseliner. Apa pun kata orang, Borg sudah siap kembali. Mantan suami petenis pro Rumania Mariana Simionescu -- istri resmi pertama Borg yang akhirnya dicerai -- ini sudah memangkas pendek rambutnya. Hanya berat badannya yang agak berkelebihan. Borg sempat kencan dengan Jannicke Bjorling. Hubungan BorgBjorling yang tanpa nikah itu menghasilkan seorang anak lakilaki. Namun, Bjorling pun tak mampu mengikat Borg. Dan Borg kini menikah dengan Loredana Berte. Bagi Swedia, Borg adalah atlet besar. Di zaman jaya, penghasilannya yang dua juta poundsterling setahun melebihi penghasilan Muhammad Ali atau Sugar Ray Leonard. Akankah atlet yang pernah besar ini kembali jadi besar? Toriq Hadad
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini