Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Petenis Spanyol, Carlos Alcaraz, menjuarai Wimbledon 2023 dengan mengalahkan Novak Djokovic.
Gelar juara di Wimbledon 2023 ini menjadi yang pertama kalinya bagi Alcaraz di lapangan rumput.
Alcaraz disebut perpaduan kemampuan The Big Three: Novak Djokovic, Rafael Nadal, dan Roger Federer.
BOLA pukulan forehand yang keras dari Carloz Alcaraz ke sebelah kanan lapangan permainan Novak Djokovic tidak mampu dikembalikan secara sempurna. Bola gagal menyeberang ke lapangan permainan Alcaraz karena membentur net. Pemain tenis berjulukan "King Carlos" itu akhirnya mengunci kemenangan dalam laga sengit lima set pada final tunggal putra Wimbledon 2023 di Centre Court All England Lawn Tennis and Croquet Club, London, Inggris, pada Ahad, 16 Juli lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Petenis kelahiran El Palmar, Murcia, Spanyol, 5 Mei 2003, itu pun meraih gelar juara dengan mengalahkan Djokovic yang merupakan juara bertahan. Bagi Carlos yang saat ini menempati peringkat satu dunia dari Asosiasi Petenis Profesional atau ATP, ini adalah final Wimbledon pertamanya. Kemenangan ini pun menjadi gelar Grand Slam kedua bagi Alcaraz setelah pada September tahun lalu menjuarai Amerika Serikat Terbuka 2022. Untuk pertama kali pula ia menjadi juara di lapangan rumput.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara itu, bagi Djokovic, laga melawan Alcaraz itu merupakan final Grand Slam ke-35 sepanjang kariernya. Dari 34 final Grand Slam sebelumnya, petenis asal Serbia itu berhasil menjadi juara pada 23 kesempatan. Tujuh gelar juara Grand Slam di antaranya adalah Wimbledon, yakni pada 2011, 2014, 2015, 2018, 2019, 2021, dan 2022. Djokovic kini menduduki peringkat ke-2 dunia dari ATP.
Bertanding selama 4 jam 42 menit, Alcaraz menghentikan catatan impresif milik Djokovic yang tak pernah kalah sejak 2013 ketika bertanding di Centre Court. Petenis terakhir yang sanggup menaklukkan pemain berjulukan "The Djoker" tersebut di Centre Court Wimbledon adalah Andy Murray pada final edisi 2013. "Menjadi orang yang mengalahkan Novak setelah 10 tahun tak terkalahkan di lapangan itu sungguh luar biasa bagi saya," ujar Alcaraz selepas laga, yang dikutip dari situs resmi ATP.
Carlos Alcaraz menicum trofi Grand Slam Wimbledonnya setelah mengalahkan Novak Djokovic, di London, Inggris, 16 Juli 2023/REUTERS/Andrew Couldridge
Sebelum menjadi juara Wimbledon, Alcaraz telah menorehkan catatan sejarah sebagai petenis nomor satu dunia termuda. Ia menjadi petenis nomor satu dunia pada usia remaja, 19 tahun 4 bulan dan 6 hari, setelah menjuarai Amerika Serikat Terbuka 2022. Carlos menjadi petenis termuda yang mencatatkan ini sejak sistem komputerisasi digunakan untuk menentukan daftar peringkat pada 1973. Alcaraz memecahkan rekor petenis nomor satu termuda yang dicapai Lleyton Hewitt pada 19 November 2001 dalam usia 20 tahun 9 bulan.
“Saya dan tim bekerja keras untuk mencapai ini, menjadi juara Grand Slam dan pemain nomor satu,” kata petenis dengan nama panggilan Carlitos itu seperti dikutip dari AFP setelah menjuarai Amerika Terbuka 2022. Pada pertandingan pertamanya sebagai peringkat satu dunia, Alcaraz kalah dalam final tunggal putra Piala Davis 2022 melawan petenis Kanada, Felix Auger-Aliassime.
Keberhasilan Alcaraz mengukuhkan dominasinya di dunia tenis tidak terlepas dari gaya permainan agresif. Menurut Mats Wilander, konsultan stasiun televisi Eurosport, Alcaraz adalah orang yang berusaha sangat keras. “Dia sangat cepat, dan dia bermain dengan begitu banyak pukulan berbeda,” ujar Wilander, mantan petenis profesional Swedia yang menjuarai Prancis Terbuka 1982 pada usia 17 tahun, seperti dikutip World Tennis, 14 Januari lalu.
Servis dan pukulan groundstroke Alcaraz juga eksplosif. Kemampuan itu menjadi modal utama Alcaraz untuk mendobrak persaingan tenis elite dunia di nomor tunggal putra. Peringkatnya pun meroket. Padahal, pada pertengahan Mei 2021, Alcaraz masih berada di luar zona top 100 peringkat dunia ATP (peringkat ke-114). Setelah berhasil memuncaki peringkat dunia, kemampuan Alcaraz pun mulai disetarakan dengan para petenis yang mendapat julukan The Big Three. Anggota The Big Three adalah Novak Djokovic, Rafael Nadal, dan Roger Federer yang mendominasi persaingan tunggal putra dalam beberapa tahun terakhir. Alcaraz dianggap memiliki kemampuan komplet. Hasil fusi atau perpaduan kemampuan dari Djokovic, Nadal, dan Federer yang punya total 65 gelar juara Grand Slam.
Pengakuan itu pun muncul dari salah satu anggota The Big Three, yakni Djokovic. “Orang-orang sudah membicarakan hal ini selama 12 bulan terakhir,” ujar Djokovic membuka pernyataannya. “Permainannya (Carlos Alcaraz) punya sejumlah elemen perpaduan dari Roger, Rafa (Nadal), dan saya sendiri. Saya pun setuju akan hal itu," tuturnya seperti dikutip dari laman Eurosport.
Djokovic tak ragu memuji Alcaraz yang disebutnya pemain yang memiliki kemampuan luar biasa. "Jujur saja, saya belum pernah menghadapi pemain seperti dia. Roger dan Rafa tentu saja punya kekuatan dan kelemahan, tapi Carlos adalah pemain yang sangat komplet,” katanya. “Dia juga punya kemampuan adaptasi luar biasa yang merupakan kunci untuk karier yang panjang dan sukses di berbagai permukaan lapangan.”
Menurut Djokovic, pemain asal Spanyol itu dikenal dengan keunggulan ketika bermain di lapangan dengan permukaan keras dan tanah liat. Tapi Alcaraz pun mulai bisa beradaptasi di atas lapangan rumput. Gelar juara Wimbledon 2023 pun menjadi bukti bahwa Alcaraz mulai bisa menguasai permainan di tiga jenis lapangan tenis yang berbeda.
Djokovic bercerita, Alcaraz memiliki ketahanan mental dan kedewasaan bermain meski baru berusia 20 tahun. Ia mengatakan mental dan semangat juang itu mirip yang ditunjukkan Nadal selama bertahun-tahun berkarier di level elite tenis putra. "Dia memiliki mental banteng Spanyol untuk daya saing dan semangat serta pertahanan luar biasa yang pernah kita lihat pada seorang Rafa," ucapnya. Djokovic mengklaim Alcaraz memiliki pukulan backhand yang mirip dengan senjata andalan yang selama ini ia gunakan untuk menjuarai 23 Grand Slam. "Ya, backhand dua tangan, bertahan, bisa beradaptasi. Saya pikir itu telah menjadi kekuatan saya selama bertahun-tahun. Dia juga memilikinya," tuturnya.
Sang pelatih yang menangani Alcaraz, Juan Carlos Ferrero, membeberkan strategi yang berhasil membawa anak asuhannya menjadi juara Wimbledon 2023. Kegagalan di dua edisi turnamen lapangan rumput sebelumnya, ujar Ferrero, menjadi pelajaran bagi Alcaraz. Dari dua keikutsertaan di Wimbledon sebelumnya, Alcaraz hanya bisa mencapai babak 64 besar (2021) dan 16 besar (2022). Demi menjegal Djokovic merebut gelar juara Grand Slam ke-24, Ferrero menyatakan Alcaraz mesti meniru permainan Andy Murray, Roger Federer, dan Djokovic sendiri.
“Kami menyaksikan banyak video para pemain yang bergerak dengan cepat di sini (Wimbledon). Jadi kami banyak meniru Murray, Roger, dan Novak. Pada akhirnya, itu memang tidak mudah, tapi kami melakukannya,” ucap Ferrero seperti dikutip dari Eurosport. Selain itu, Ferrero menegaskan bahwa mereka berkaca dari laga semifinal ketika mengalahkan Daniil Medvedev. “Kami juga menyuruhnya untuk bermain di level yang kurang-lebih sama seperti ketika menghadapi Medvedev.”
Turnamen berikutnya yang bakal menjadi tempat unjuk kemampuan Carlos Alcaraz adalah Amerika Serikat Terbuka yang akan berlangsung pada 28 Agustus-10 September 2023. Ferrero menegaskan bahwa anak asuhannya tersebut siap mempertahankan gelar. “Dia akan beristirahat dan pergi ke Amerika Serikat kembali kuat dan segar. Kami harus melakukan hal yang berbeda di sini. Saya pikir, kami siap melakukan hal dengan lebih baik,” katanya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Tiga Bintang Tenis dalam Alcaraz"