Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Hanya Najmu yang Sumbang Medali di Kurash

Indonesia gagal menambah pundi-pundi medali pada cabang olahraga beladiri kurash dalam Asian Games 2018.

31 Agustus 2018 | 00.00 WIB

Hanya Najmu yang Sumbang Medali di Kurash
material-symbols:fullscreenPerbesar
Hanya Najmu yang Sumbang Medali di Kurash

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Indonesia gagal menambah pundi-pundi medali pada cabang olahraga beladiri kurash dalam Asian Games 2018. Kemarin, tersisa empat atlet yang berlaga pada hari terakhir cabang kurash dan semuanya kandas di babak penyisihan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Atlet kurash Indonesia hanya mampu menyumbang medali melalui Najmu Khasani Shifa dari kelas -63 kilogram putri. Pelatih kurash Indonesia, Deni Zulpendri, mengatakan pihaknya memang mengharapkan ada tambahan medali pada hari terakhir, terutama melalui atlet putri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Peluang tersebut sempat terbuka saat Szalsza Maulida langsung berlaga di babak 16 besar setelah mendapat bye di babak 32 besar. Namun dara kelahiran Mei 1996 tersebut gagal mengatasi atlet Uzbekistan, Kumush Yuldashova.

Meski demikian, Deni tetap bersyukur karena hingga berakhirnya cabang kurash, Indonesia berhasil mendapat satu perunggu. Hal itu mengingat olahraga beladiri asal Uzbekistan tersebut tergolong masih baru di Indonesia. "Alhamdulillah kami bisa merebut satu perunggu. Ke depan masih banyak yang harus kami lakukan, terutama pembinaan terhadap atlet-atlet muda di daerah-daerah," katanya.

Kurash adalah seni bela diri tradisional dari Uzbekistan yang menyerupai gulat. Ada tiga sistem penilaian di kurash, yaitu halal, yambosh, dan chala. Halal adalah jika seorang atlet kurash mampu membanting lawannya di belakang. Kurash baru pertama kali dipertandingkan di Asian Games 2018, tapi sudah masuk ke Asian Indoor Games pada 2007.

Olahraga ini dimainkan oleh dua atlet: satu orang mengenakan jaket hijau dan atlet lainnya mengenakan jaket biru. Atlet yang bertanding akan berusaha melempar lawannya hingga jatuh. Kemenangan dinyatakan jika seorang atlet mampu melempar lawan ke belakang. Jika dilempar ke samping, hanya akan mendapat poin.

Dalam laga yang digelar di Jakarta Convention Centre Assembly Hall, Jakarta, kemarin, itu, Muhammad Dhifa Alfais, yang turun di kelas -90 kg putra, kandas di babak 32 besar oleh atlet India, Danish Sharma, dengan skor 0-3. Kemudian Marselina (-78 kg) juga tersingkir di babak 16 besar oleh atlet Mongolia, Munkhtsetseg Otgun, dengan skor 0-10. Putu Wiradamungga kandas di babak 16 besar setelah kalah oleh Lo Yuhsun, atlet Cina Taipei, dengan skor 0-5. ANTARA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus