Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Juara dengan motor pribumi

Klub sampdoria dipastikan jadi juara piala liga italia. padahal masih menyisahkan satu kali pertandingan. sejarah bangkitnya sampdoria. kesebela- san dari genoa ini dimotori pemain pribumi.

25 Mei 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kompetisi Liga Italia masih memainkan satu kali pertandingan lagi, namun juaranya sudah pasti: Sampdoria. Pesta pun marak di Genoa. SAMPDORIA harus menanti 45 tahun sebelum memboyong scudetto -- piala kompetisi Italia -- ke Kota Genoa. Klub asal kota pantai nan cantik di utara Italia itu bahkan sudah tiga kali merebut Piala Liga Italia sejak berdiri 1946. Dan tahun lalu. Piala UEFA, salah satu gelar juara antarklub Eropa, juga sudah disabet. Tapi gelar juara kompetisi di dalam negeri baru ahad lalu dipastikan jatuh ke tangan Sampdoria. Di kandang sendiri, tanpa ampun klub Lecce dari Kota Lecce di selatan Italia dihajar 3-0. Pahlawan Sampdoria adalah Gianluca Vialli, 27 tahun, berasal dari Cremona di selatan Italia. Melawan Lecce, Vialli mencetak golnya yang ke-19 selama kompetisi ini. Anak bangsawan kaya raya yang pernah masuk gang anak bandel jet-set Zed itu adalah top scorer kompetisi tahun ini. Saingan paling dekat, Carlos Aguilera (dari klub Genoa) dan Juergen Klinsmann (Inter Milan) baru mencetak 15 gol -- sedangkan pertandingan kompetisi Italia tinggal sekali lagi. Klub mahabintang AC Milan, juara kompetisi tahun kemarin, sekarang harus puas di tempat kedua. Berkat kemenangan ini, Sampdoria dan Gianluca Vialli, yang sudah akrab di Indonesia berkat siaran langsung RCTI, tahun depan akan tampil di Piala Champions, piala antarklub paling bergengsi di Eropa karena diikuti juara kompetisi tiap negara. Dari Inggris akan tampil "The Gunners" Arsenal, lalu Marseilles (Prancis) -- 29 Mei nanti akan tampil di final Piala Champions di Bari, Italia, melawan Red Star dari Yugoslavia -- dan juara Jerman Kaiserslautern. Calon lain peserta Piala Champions tahun depan adalah PSV Eindhoven, yang sementara ini memimpin kompetisi Belanda. Juga Barcelona yang kini berada di urutan paling atas kompetisi Spanyol. Kota Genoa pun berpesta menyambut scudetto. Di kota pelabuhan itu, 15.000 tifosi Sampdoria, yang bergabung dalam 15 organisasi, sudah bernyanyi-nyanyi sejak pertandingan melawan Lecce di Stadion Luigi Ferraris, di jantung Genoa. Dua balon gas raksasa, dengan warna seragam Sampdoria, dilepas ke langit. Seluruh Kota Genoa malam itu terang-benderang oleh lanterna, lampu kecil yang berwarna biru-putih-merah-hitam, warna kostum Sampdoria. Sebuah bis bertingkat juga dibeli para tifosi, kemudian dicat seperti warna kostum kesebelasan yang kini dipimpin oleh Paolo Mantovani itu. Bis tersebut dipakai untuk arak-arakan dan menjemput para fans Sampdoria untuk dibawa ke Stadion Marassi. Di stadion yang tengah diperbaiki itu digelar konser rock yang menampilkan musikus dan penyanyi pendukung Sampdoria. Termasuk bintang tamu asal Inggris Rod Stewart. Di Genoa ada dua klub, Sampdoria dan Genoa -- persis nama kota itu. Tifosi klub terakhir ini tentu tak ikut pesta, karena klubnya harus puas berada di peringkat keempat. Presiden klub Genoa, Spinelli, bahkan punya kaul: kalau Sampdoria memboyong scudetto, ia akan mengasingkan diri ke luar Genoa sebulan penuh. Memang persaingan terjadi antara Sampdoria dan Genoa sejak dulu. Sejarah Sampdoria dimulai 1927. Ketika itu ada dua klub: Andria Doria dan Sampierdarenese. Kegiatan keduanya terhenti oleh Perang Dunia II. Pada 1946, kedua klub tadi bersatu, memakai nama Sampdoria -- dan orang menyebutnya pendek, Samp. (Klub Genoa juga lahir sekitar tahun ini). Seorang pemilik armada kapal yang ikut mendirikan Samp adalah Alberto Ravano. Lalu, adalah seorang apoteker berasal dari Roma bernama Glauco Lolli Ghetti yang datang ke Genoa. Ghetti yang kemudian mewarisi armada kapal dari Senator Bibolini, yang disebut-sebut sebagai "Onassis dari Italia", pada 1961 membeli Samp dari tangan Ravano. Dengan maksud mendongkrak prestasi Samp, Ghetti mengganti pemain utama Ockvirk dengan pemain asing asal Yugo, Vujadin Boskov. Yang terjadi malah bencana. Boskov hanya main 19 kali untuk Samp, setelah itu berhenti karena patah kaki. Ghetti kemudian mengimpor Toro dari Cili dan Da Silva dari Brasil. Hasilnya sama saja, Samp terus terseok-seok. Ghetti frustrasi, kerjanya hanya berkeliling dunia. Samp pun telantar. Pada 1966, raja kapal lainnya, De Franceschini, membeli saham Samp dari tangan Ghetti. Tapi Ghetti, yang rupanya kembali jaya dalam bisnis kapalnya, tujuh tahun kemudian merebut kembali saham Samp. Sebagai humas, Ghetti mengangkat Paolo Mantovani. Rupanya, Ghetti gagal lagi. Samp mengalami krisis keuangan yang parah. Para tifosi menuntut Ghetti mundur. Tuntutan itu terlaksana empat tahun kemudian, dan humas Paolo Mantovani, anak ahli listrik asal Roma, naik pangkat jadi presiden klub itu sampai saat ini. Mantovani mewarisi harta bapaknya yang melimpah ruah -- sang bapak adalah jutawan yang membeli rancang bangun kapal minyak dan tanker pada tahun 1970-an. Ia langsung mengangkat Vujadin Boskov, pemain yang patah kaki tadi, menjadi pelatih. Dan Boskov bertahan sampai sekarang. Kecintaan Mantovani pada Samp luar biasa. Sekali waktu, ketika Samp bertanding melawan Cagliari, Mantovani kena serangan jantung, dan selamat berkat operasi by-pass. Dari Divisi II Seri B, Sampdoria terus menapak maju. Ini berkat dana sekitar US$ 5,5 juta yang dikeluarkan Mantovani untuk merekrut pemain muda. Roberto Mancini, contohnya, diboyong ke Samp dengan transfer 3,2 milyar lira, ketika berusia 17 tahun. Kini Mancini 29 tahun. Pemain asing seperti Hans Pieter Briegel dari Jerman, dan kini Cerezo, juga mengenyam milyaran lira dari kocek Mantovani. Yang menarik, Sampdoria tak jadi juara lantaran pemain asing tadi, seperti halnya AC Milan yang benar-benar bergantung pada Gullit, Basten, atau Rijkaard. Motor Sampdoria adalah pemain pribumi, itu bedanya. Lisa Sallusto (Napoli)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus