Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Kelelahan Penyebab Atlet Bulu Tangkis Indonesia Tampil Buruk di Denmark Open

PBSI menyoroti penampilan sejumlah atlet muda bulu tangkis di Denmark Open 2021. Ini hasilnya.

25 Oktober 2021 | 03.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pasangan ganda campuran Indonesia, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti merupakan Juara All England 2020 yang kini menempati peringkat empat dunia. Di ajang Olimpiade Tokyo mereka akan berjuang meraih emas perdananya. Instagram/Badminton.ina

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pengurus Pusat Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) menyebutkan faktor kelelahan membuat atlet pelatnas tampil buruk di ajang Denmark Open 2021. Kelelahan itu dapat setelah sejumlah atlet tergabung dalam tim bulu tangkis Indonesia untuk Piala Sudirman dan Piala Thomas-Uber.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Manajer tim untuk Denmark Open, Aryono Miranat, menuturkan banyak pemainnya yang sudah kehabisan energi sehingga tak bisa tampil maksimal di seluruh nomor turnamen BWF Super 1000 ini. Sejumlah atlet unggulan pun harus tersingkir di babak awal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sebelumnya pemain sudah tampil di ajang Piala Sudirman di Finlandia dan Piala Thomas-Uber di Denmark. Tenaga dan stamina tidak cukup untuk kembali tampil maksimal di Denmark Open yang juga melibatkan pemain top dunia," kata Aryo dalam keterangan resmi PBSI di Jakarta, Ahad, 24 Oktober 2021.

Selain kelelahan, PBSI juga mendapati dua atlet terbaiknya di sektor tunggal putra mengalami cedera pinggang, yaitu Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie. Akibat cedera itu, Ginting terpaksa langsung mundur di babak pertama sementara Jonatan mengundurkan diri saat sudah di perempat final.

Aryo menjelaskan cedera yang dialami kedua pemain itu sebenarnya sudah terjadi pada turnamen Piala Thomas. Namun, keduanya tetap memaksa bermain hingga ajang Denmark Open.

"Ginting dan Jonatan mengalami cedera yang sebenarnya didapat saat tampil di Piala Thomas sebelumnya. Mereka ngotot dan tampil habis-habisan di Piala Thomas karena motivasi untuk juara begitu besar, mengalahkan rasa sakitnya," kata Aryo.

Tidak hanya pemain utama, Aryo juga menyoroti sejumlah pemain pelapis yang sudah tampil baik. Para pemain pelapis, kata dia, masih kurang pengalaman untuk berlaga di turnamen tingkat atas.

"Pemain pelapis yang baru main di level Super 1000 beberapa ada yang menunjukkan permainan yang baik. Hanya saja, faktor pengalaman bertanding yang masih kurang, mereka pada poin-poin akhir sering terburu-buru dan banyak melakukan kesalahan sendiri," ujar Aryo.

Ia menilai minimnya jam terbang berpengaruh pada faktor ketenangan para atlet muda PBSI. Sisi positifnya, kata Aryo, dengan mengikuti Denmark Open, para atlet bisa menambah pengalaman bertanding. "Walaupun kalah, mereka bisa menambah jam terbang dan pengalaman, karena kalahnya oleh pemain-pemain top level dunia," kata Aryo.

Adapun bagi pemain yang performanya kurang berkembang, Aryo akan menyerahkan evaluasinya kepada pelatih masing-masing. Ia ingin para pemain menemukan celah perbaikan sehingga ke depan bisa bermain lebih optimal di ajang super series BWF.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus