Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Kenapa Fiji Tak Terkalahkan

Suap itu "urusan kalian," kata manajer timnya. Mereka cukup dua pekan pelatnas.

15 Agustus 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIM Fiji memang tidak bermain cantik, tapi lugas bahkan bisa dengan cepat mengubah pola permainan. Buktinya di Stadion Utama Senayan (10 ,gustus malam), setelah ketinggalan 3-1 menjelang jedah, mereka bisa akhirnya menyamakan kedudukan 3-3. Sebaliknya PSSI Utama mungkin akan kalah jika waktu pertandingan masih diperpanjang. Bertanding di Suva, akhir Mei, kedua tim juga berimbang 0-0. Strategi pelatih Wally Hughes tampak dipegang erat oleh pemain asuhannya. Dari enam kali pertandingannya dalam Pra Piala Dunia Grup I Asia-Oceania Fiji mencatat hasil: satu kali menang, tiga kali seri, dan dua kali kalah. Sedang PSSI Utama yang telah bermain tujuh kali mencatat hasil: satu kali menang, dua kali seri, dan empat kali kalah. Sekalipun rangkaian pertandingan ini belum berakhir, PSSI Utama tampaknya akan menjadi juru kunci di antara lima tim yang bertarung di Grup I -- Selandia Baru, Australia, Taiwan, Fiji, dan Indonesia. Fiji, kata manajer tim C.D. Sharma "cuma negara kecil dan tak begitu dikenal orang. Setelah kami ikut dalam Pra Piala Dunia ini, dari mencatat hasil yang tak memalukan, orang mulai memperbincangkan kami." Tim Fiji baru ikut penyisihan Piala Dunia pertama kalinya. Tapi sepakbola sudah lama dikenal di Fiji. Mulanya permainan ini digemari oleh penduduk keturunan India saja. Penduduk aslinya lebih gemar bermain rugby. Sejak 1938 selera itu berubah. Lalu dibentuklah Fiji Football Association (FFA). "Sekarang ini sepakbola sangat populer di Fiji," ujar Sharma. Di Suva saja ibukota yang berpenduduk 63.000 terdapat 40 klub sepakbola. FFA memang tidak mendapat bantuan uang pemerintah. Tapi para pemain diberi dispensasi khusus dalam menghadapi pertandingan utama. Di Fiji ada dua turnamen penting tiap tahunnya, yaitu kejuaraan nasional klub dan turnamen antar-distrik. Sistem kompetisi di sana baru berjalan lancar dalam periode 10 tahun belakangan ini. Dari 12 distrik, juaranya saat ini ialah Suva. Fiji yang berpenduduk 600.000, sama dengan jumlah orang Minang di Jakarta, belum mengenal klub profesional maupun klub semiprof seperti Galatama. Tapi perkumpulan sepakbola di sana, apalagi tim nasional, sudah ditangani secara serius. Itulah sebabnya tim Fiji cuma memerlukan waktu dua pekan di pelatnas. Di Indonesia, PSSI Utama membutuhkan waktu lebih lama dari itu, dan masih sering gagal. Tim Fiji juga pernah dilanda krisis pelatih seperti PSSI Utama. Setelah Fiji dikalahkan Selandia Baru di kandang sendiri 04, FFA menggeser pelatih Sashi Mahendra Shing dan menggantinya dengan Wally Hughes asal Inggris. PSSI Utama mengganti Harry Tjong dengan Endang Witarsa. Bedanya, pemain Fiji tak dibongkar pasang seperti di Jakarta. Tiga anggota Komite Seleksi FFA memilih 18 dari jumlah 30 pemain yang dipanggil. "Mereka itulah pemain terbaik yang kami punyai. Penggantinya tak ada lagi," kata Sharma. Selama di pelatnas, yang cuma dua pekan, Hughes menggenjot pemain lima hari dalam seminggu. Latihan pagi-sore, dengan penekanan pada masalah teknik. "Sepakbola adalah permainan yang mengutamakan teknik," kata Hughes. Di Indonesia latihan yang diberikan Endang Witarsa tampak lebih banyak pada pembenahan fisik. PSSI Utama memang kurang fit dan kekar dibandingkan lawan. Para pemain Fiji, sebagian besar keturunan India, rata-rata tinggi 175 cm. PSSI Utama di bawah itu. Kelebihan lain dari Fiji? "Pemain kami tidak terlibat kasus suap, " kata Sharma. Ia tidak menuduh pemain Indonesia gampang disuap. Tapi keterangan Syarnubi, dua hari sebelum pertandingan, yang akan menyuruh pemain PSSI Utama untuk angkat sumpah guna mencegah kemungkinan disuap rupanya ganjil bagi Sharma. "Saya tak mau berkomentar tentang hal tersebut. Itu urusan kalian. Yang terang saya tidak menyogok pemain kalian," lanjutnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus