SEJAK Juli lalu, wajah para petani di kawasan Cisarua, Lembang
dan Pengalengan terlihat segar. Soalnya, sebanyak 7 ton hasil
petikan kebun mereka untuk pertama kali diterbangkan ke pasaran
di Singapura. Itu semua berkat adanya QTA-28.
Jangan salah ini bukan nomor penerbangan pesawat yang mengangkut
sayur mayur ke negara tetangga itu. Dia adalah singkatan dari Q
(alfabet untuk menunjuk bidang perdagangan dan koperasi), dan
Technical Assistance (bantuan teknik) untuk huruf T dan A. Ini
salah satu proyek Ditjen Koperasi bekerjasama dengan Kerajaan
Belanda.
Proyek bernomor 28 tersebut -- dirintis sejak September 1977
dengan modal dasar Rp 2 milyar itu -- bergerak khusus di bidang
sayur mayur. Sekitar Rp 1,4 milyar dananya diperoleh dari
Kerajaan Belanda dan sisanya dari pemerintah. Proyek inilah yang
menghimpun sayur-mayur para petani di tiga kawasan di Ja-Bar
yang diekspor ke Singapura itu. Ekspor pertama dilakukan 6 Juli
lalu oleh PT Indofleet -- sebuah perusahaan penyalur suku cadang
pesawat terbang yang berkantor di Wisma Metropolitan Jakarta.
Tak jelas bagaimana hubungan QTA dan PT Indofleet dan sejak
kapan perusahaan tersebut terlibat mengekspor sayur-mayur ke
Singapura. Yang pasti ekspor pertama terdiri dari 14 komoditi
sayur-mayur, antara lain alpukat, cabe merah, bawang dan tomat.
Sekalipun nilainya cuma Rp 1 juta, pengangkutannya dilakukan
khusus dengan pesawat carter. Ongkos carter saja US$ 2.000
sekali jalan. Dan itu, menurut salah seorang staf PT Indofleet:
"Lebih murah 45 sen dollar dibandingkan jika diangkut dengan
pesawat angkut reguler."
Djoko Winarno, salah seorang staf perusahaan pengekspor itu
berkelit ketika ditanya, bisakah mereka untung dalam hisnis
tersebut. "Namanya saja coba-coba. Barangkali setelah sepuluh
kali kirim, baru bisa untung," kilahnya sambil senyum. Dan
ekspor berikutnya memang sedang mereka siapkan. Aktivitas ekspor
sayur lewat QTA itu tak urung disambut hangat oleh kalangan
petani di Ja-Bar. "Usaha tersebut akan sangat membantu petani
yang sering terjerat tengkulak," ujar Subarta, Ketua HKTI Ja-Bar
kepada TEMPO.
Tak Ada Partner
Ia memang tak berlebihan. Sejak lama nasib petani sayur
Indonesia tak lepas dari bulan-bulanan tengkulak. Di Sum-Ut,
misalnya, mutu tanaman dan jeleknya pembungkus merupakan salah
satu alasan bagi pedagang untuk menekan serendah-rendahnya harga
pembelian. Di Ja-Bar, menurut Subarta, para pedagang malah hanya
membayar tunai setengah dari barang yang mereka beli. "Sisanya,
baru dibayar, setelah laku, " kata Subarta kesal.
Munculnya QTA tentu saja membawa harapan baru bagi para petani.
Apa yang akan dilakukan proyek ini? "Kami ingin menciptakan pola
perdagangan sayur di Indonesia," kata Subyakto, staf Menmud
Koperasi yang aktif mengelola QTA. "Pola yang ada sekarang belum
jelas melibatkan peranan KUD sebagai sarana yang mendekatkan
petani ke pemasaran," ucapnya pasti. Pemasaran dikuasai
pedagang-pedagang besar sehingga timbul persaingan tak sehat.
Dan tetap pula petani yang menjadi korban akibat dari persaingan
itu. Karena itulah, menurut Subyakto KUD akan dijadikan wahana
yang bisa menghindari petani dari tengkulak dan pedagang
perantara.
Sejak lama peningkatan peranan KUD itu berangsur-angsur
dilakukan QTA. Kini, proyek tersebut menangani 15 dari 300 ton
sayur-mayur dialirkan setiap hari dari areal perkebunan petani
di Jawa Barat ke Jakarta. Target mereka tahun depan 30 ton per
hari, di samping ekspor ke Singapura. Bagaimana prospek ekspor
di Singapura? Dari PT Indofleet tak ada jawaban pasti. Djoko
hanya mau mengatakan bahwa mereka menjual langsung sayur-mayur
itu ke pasar-pasar di Singapura.
Ia mengatakan perusahaannya belum punya partner tetap yang
membuka LC dari Singapura. "Tapi toh mereka pasti untung,"
begitu kesan para pedagang sayur yang dihubungi TEMPO di
Jakarta. Lantas mengapa QTA tak langsung mengekspor? "Yang kami
kejar tetap pasaran domestik," kata Subyakto. Namun, kemungkinan
QTA akan mengekspor sendiri, katanya, tetap saja ada. Bahkan dua
bulan lalu sudah ditandatangani perjanjian umum dengan Bumindo
-- sebuah perusahaan yang biasa memasarkan barang Indonesia di
negeri Singa itu. "Mereka sudah menyatakan mampu menerima berapa
saja," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini