Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lebih dari dua pekan, kaus raksasa biru muda itu terhampar di hall Abu Dhabi National Exhibition Centre, tempat digelarnya festival musim panas Emi rat Arab. Pengunjung bergantian membubuhkan tanda tangan, nomor telepon, dan dukungan di kaus bertulisan ”Etihad Airways” itu. Pekan lalu, setelah tiada ruang tersisa untuk menorehkan coretan, kaus ini diterbangkan ke Manchester, Inggris, dan akan dihamparkan di tribun City of Manchester Stadium pada pertandingan kandang perdana The Citizens, akhir bulan ini.
Sejak Mansour bin Zayed al-Nahyan menguasai seratus persen saham Manchester City dua tahun lalu, klub ini seolah mewakili enam juta warga Emi rat Arab di kompetisi Liga Premier Inggris. Mansour, yang juga menjabat deputi perdana menteri, tak cuma meminta dukungan rakyatnya, tapi juga meng undi para penanda tangan di kaus berukuran 18 x 22 meter itu, yang pemenangnya diganjar terbang ke Inggris dan menonton pertandingan klubnya. ”Ini penghargaan untuk para pencinta sepak bola,” kata Faisal al-Syekh, penyelenggara promosi.
Mansour menguasai City dengan biaya akuisisi 200 juta pound sterling atau sekitar Rp 3,1 triliun dari pemilik lama, mantan Perdana Menteri Thai land Thaksin Shinawatra. Se telah dua musim tanpa prestasi, saudara sebapak dari Presiden Khalifa bin Zayed bin Sultan al-Nahyan ini justru menggelontorkan duit lebih banyak untuk belanja pemain dibanding klub besar lainnya. Hingga pekan lalu, City telah membelanjakan 77 juta pound atau sekitar Rp 1,07 triliun, antara lain untuk mendatangkan Yaya Toure, Aleksandar Kolarov, dan Jerome Boateng.
Belanja gila-gilaan ini membuat para pendukung The Citizens percaya diri. Di The Maine Road bar seharga 100 ribu pound atau Rp 1,4 miliar, yang dibeli Mansour untuk tempat ngum pul pendukung City suporter klub ini percaya, City akan merajai Liga Premier. Sebagian mulai meledek pendukung tim pesaing, Manchester United. ”Kami sudah menyampaikan ke pendukung United, jika mereka membeli bensin, berarti ikut membayar gaji pemain kami, karena minyak adalah bisnis Syekh,” kata Barry, pendukung City.
Seperti para syekh dari negeri pe trodolar di Semenanjung Arab lainnya, Mansour dan keluarganya menikmati berkah minyak dan terutama gas di Emirat Arab. Saat ini Mansour adalah CEO International Petroleum Investment Company, yang mengatur investasi minyak dan gas di luar negeri. Ia juga anggota dewan direksi Badan Investasi Abu Dhabi, yang mengelola aset 875 miliar pound atau sekitar Rp 12 ribu triliun. Sebelumnya, pada 2005, ia memimpin ADNOC, badan usaha milik negara, perusahaan minyak dan gas terbesar keempat di dunia.
Jumlah pundi-pundi Mansour tak diketahui pasti. Adapun total kekayaan keluarga Al-Nahyan ditaksir 560 miliar pound atau Rp 8.000 triliun, hampir delapan kali anggaran pendapatan dan belanja Indonesia tahun ini. Dengan duit sebanyak itu, nilai belanja pemain The Citizens bak harga sebutir permen untuk anak-anak. Bahkan kerugian 92,6 juta pound atau Rp 1,3 triliun pada akhir musim lalu tak membuat Mansour berpikir panjang memenuhi permintaan Roberto Mancini, pelatih The Citizens.
Ketika pasar pemain lesu akibat klub papan atas seperti Real Madrid, Barcelona, dan Manchester United tidak agresif membeli pemain bintang, Manchester City menjadi harapan bagi klub-klub yang ingin ”menguangkan” pemainnya. Lazio termasuk klub yang paling beruntung dari penjualan pemain. Biaya transfer 30 juta pound atau sekitar Rp 422 miliar yang dibayar City untuk Aleksandar Kolarov setara dengan 20 kali harga pemain itu ketika didatangkan dari klub Serbia, OFK Belgrade, tiga musim lalu.
Tapi, bagi klub yang ingin memper tahankan pemainnya, tawaran dari Manchester City seolah mimpi buruk bagi para manajer dan juga rekan satu timnya. Pelatih Aston Villa, Martin O’Neill, hanya bisa pasrah ketika City menawar pemain tengahnya, James Milner, yang baru dua musim bergabung. ”Ketika tim seperti City mencari pemain, mereka seolah berada di dunia yang berbeda dengan kami,” katanya. Bagi O’Neill, City tak ubahnya Chelsea tujuh tahun silam ketika baru diambil alih Roman Abramovich.
Seperti halnya Mansour, raja minyak asal Rusia itu juga jorjoran mengeluarkan duit untuk membeli pemain bintang seperti Michael Ballack, Didier Drogba, Andry Shevchenko, dan Ashley Cole. ”Ketika itu semua orang menilai Chelsea membe li kesuksesan dengan uang. Kini City meniru cara itu, baik atau tidak, sila kan Anda menilai sendiri,” ujar O’Neill. Meski O’Neill dan pengurus klub enggan melepas James Milner, sang pemain sendiri sudah tak tertahankan hasratnya untuk berangkat ke Manchester.
Awalnya, Mancini mengajukan tawaran 20 juta pound atau Rp 281 miliar untuk pemain tengah tim nasional Inggris itu. Tawaran itu ditolak, tapi City mengajukan tawaran kedua dengan nilai 24 juta pound alias Rp 337 miliar. Dari sisi keuangan, Villa sesungguhnya beruntung karena dua musim lalu harga Milner hanya 12 juta pound. Meski tawaran kedua belum dijawab, kepindahan Milner tinggal menunggu waktu. Bila Milner pindah, target Aston Villa masuk empat besar di musim ini tampaknya harus direvisi.
Tawaran gaji yang tinggi memang membuat pemain yang menjadi incaran City berat untuk menolak, meski klub ini hanya akan tampil di Liga Eropa, kompetisi antarklub kelas dua di benua biru itu. Yaya Toure, pemain yang bersinar bersama Barcelona, mengaku rela menolak tawaran Manchester United demi bermain bersama kakaknya, Kolo Toure, di City. Tapi banyak yang menyebut alasan itu sekadar dibuat-buat. Faktanya, gaji yang diterima Yaya dari City 185 ribu pound atau Rp 2,5 miliar per pekan. Nilai setinggi itu jelas membuat air liurnya menetes.
Melongok bayaran yang diterima Toure tertinggi di Liga Premier wajar bila klub lain ketar-ketir dan terpaksa menawarkan kontrak baru kepada pemainnya. Manchester United tengah menyiapkan kontrak baru untuk pemain andalannya, Wayne Rooney. Pemain yang ”mandul” di Piala Dunia Afrika Selatan ini akan menerima bayaran tertinggi di klub berjuluk Setan Merah itu, 110 ribu pound atau sekitar Rp 1,54 miliar per pekan. Saat ini bayaran tertinggi diterima kapten tim, Rio Ferdinand, yaitu 100 ribu pound.
Dengan uang ribuan triliun rupiah yang dimiliki Mansour, City memang bisa mendapatkan pemain yang diincarnya. Roberto Mancini mengatakan apa pun bisa terjadi. Pemain yang dipertahankan mati-matian oleh klub bisa saja dalam sekejap beralih ke City dengan transfer dan gaji yang spektakuler. Selagi minyak dan gas terus disedot dari perut bumi Arab, dana Mansour dan keluarga Al-Nahyan ke Manchester City akan terus mengalir. Bukan tak mungkin, musim depan akan muncul matahari kembar di Manchester.
Adek Media (NYT, The Sun, Daily Star)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo