Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Merangsang Atlet Dengan Piagam

Penyerahan penghargaan untuk para olahragawan yang diberikan Menpora Abdul Gafur. Banyak terdapat kekeliruan dalam pemberian penghargaan. (or)

6 Oktober 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ACARA itu mula-mula lancar. Tepuk tangan kerap terdengar dari sekitar 150 undangan - yang sebagian besar terdiri dari para olahragawan - setiap kali Menteri Pemuda dan Olah Raga Abdul Gafur selesai mengalungkan medali dan menyerahkan piagam. Tapi, suasana meriah pada acara penyerahan penghargaan untuk sekitar 150 dari 241 olahragawan yang dinilai berjasa mengharumkan nama Indonesia di luar negeri, di Gedung KONI Pusat, Jakarta, Sabtu pekan lalu itu, mulai berubah setelah belakangan terjadi beberapa kekeliruan. Antara lain, terjadi sedikit kesalahan dalam pemberian piagam: ada sejumlah atlet yang menerima piagam milik atlet lain. Ini pada akhirnya memaksa staf Menpora menarik kembali seluruh piagam yang sudah diserahkan tadi. Dan kesalahan lain, dan ini yang mungkin paling dirisaukan para olahragawan itu, terjadinya kesalahan dalam penentuan kelas. Lewat SK nomor 0022/1984, Menpora Abdul Gafur sebenarnya sudah menentukan kriteria pembagian kelas ini. Yakni, kelas I untuk olahragawan yang berprestasi dunia, kelas II untuk olahragawan yang berprestasi tingkat Asia, dan kelas III untuk olahragawan yang berprestasi tingkat ASEAN. Tapi, kriteria yang jelas ini, rupanya tak begitu mudah dilaksanakan. Sebab, terbukti justru ketika medali sudah dibagikan, soal ini paling banyak dikeluhkan para olahragawan. "Saya seharusnya mendapat medali kelas II, karena saya juara Asia," kata Abdul Rosyid, 42, lifter yang menerima medali penghargaan kelas III. Datang ke tempat upacara dengan membawa dua medali emas dan satu perunggu yang diperolehnya pada kejuaraan angkat besi Asia 1971, di Filipina, Rosyid, terus terang mengatakan kecewa dengan medali kelas III yang baru diterimanya. "Ini bukti bahwa saya juara Asia dan bukan juara Sea-Games, seperti yang disebutkan dalam SK Menpora," katanya sambil memperlihatkan medali-medali yang dibawanya kepada para wartawan. Dan dia tidak sendiri. Dari daftar atlet dan medali yang mereka terima yang dikeluarkan Menpora beberapa hari sebelum upacara pemberian hadiah dilaksanakan, memang terdapat kekeliruan yang agak mencolok. Juara dunia bulu tangkis putri, 1980, Verawaty Fajrin, misalnya, pada daftar yang dicantumkan dalam SK Menpora disebutkan sebagai penerima medali kelas II, padahal dia berhak mendapat medali kelas I.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus