Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejumlah petenis papan atas dunia dengan pegangan raket tangan kiri alias kidal saat memukul atau mengembalikan bola memiliki kesamaan ciri khas, yaitu tampil ekspresif saat bertanding dan militan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rafael Nadal, yang baru saja menjuarai untuk ke-12 kalinya turnamen Grand Slam Prancis Terbuka di lapangan tanah liat Roland Garros, Paris, Ahad lalu, terkenal ngotot saat bertanding.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ciri yang sama juga ada pada petenis tangan kiri legendaris pada masa lalu, antara lain Jimmy Connors, John McEnroe, serta petenis wanita Martina Navratilova dan Monica Seles.
Bisa kebetulan atau tidak, petenis putra Amerika Serikat sekarang menurun pamornya sejak tidak ada lagi para pemain dengan pukulan tangan kiri yang menonjol setelah era Connors dan McEnroe.
Nadal sebenarnya bukan kidal. Tapi, sejak kecil, ia diarahkan untuk memegang raket dengan tangan kiri karena merasa lebih nyaman.
Pegangan raket yang di luar kebiasaan menstimulasi Nadal untuk bekerja lebih keras saat bertanding. Ditambah bakat kualitas tenisnya yang, menurut sang paman, Toni Nadal, sebenarnya tidak terlalu bagus membuat Rafael mengutamakan semangat juang dan militansi ketika bertarung.
Toni menjadi pelatihnya sejak kecil sampai mulai melegenda di Prancis Terbuka. Posisi Toni kemudian digantikan oleh bintang tenis Spanyol pada masa lalu, Carlos Moya, sejak 2017.
Seiring dengan perbaikan dan pengembangan kemampuan teknisnya, sikap ngotot Nadal dalam berkompetisi dan bertanding sudah mendarah daging.
Kalah atau menang, perilaku Nadal yang tampil habis-habisan di lapangan akan selalu menarik simpati penonton. Hal itu jugalah yang terjadi pada Connors, terutama dalam Grand Slam Amerika Serikat Terbuka.
Pertandingan Connors di era senja kariernya para periode 1990-an di Flushing Meadows, New York, masih menjadi magnet buat ribuan penonton untuk menyaksikannya. Demikian juga McEnroe. Apalagi, pada masa jayanya, bekas suami aktris Tatum O’Neal itu terkenal temperamental di lapangan.
Penampilan McEnroe yang kontroversial di lapangan mengingatkan orang pada aksi petenis Australia, Nick Kyrgios, sekarang. Tapi, bedanya, prestasi dan kehebatan McEnroe masih jauh di atas Kyrgios.
Sedikit berbeda dengan petenis wanita kidal ternama sekarang, seperti Angelique Kerber dan Petra Kvitova, penampilan Navratilova dan Seles di lapangan lebih ekspresif dan "garang".
Itu sebabnya, Rafael Nadal juga beberapa kali dijuluki gladiator-nya tenis modern. Ketika di lapangan, ia seakan-akan sudah siap bertarung sampai akhir hayatnya. Ini seperti Jimmy Connors yang menjadi ikon Amerika Serikat Terbuka pada masa lalu.
Kemenangan Rafael Nadal atas Dominic Thiem di Stadion Philippe Chartrier, Roland Garros, Paris, Ahad lalu, membuat petenis Spanyol itu sudah mengoleksi 18 gelar juara Grand Slam atau tinggal dua gelar lagi untuk menyamai prestasi musuh bebuyutannya, Roger Federer.
Federer, petenis Swiss berusia 37 tahun yang legendaris ini, adalah pesaing abadi Nadal. Ia kebalikan dari Nadal, yakni tampil tenang dan dingin. Hal itu mengingatkan orang pada tipikal lawan para petarung tangan kiri Connors, McEnroe, Navratilova, dan Seles pada masa lalu, antara lain Bjorn Borg, Stefan Edberg, dan Steffi Graf. TENNIS | EUROSPORT | HARI PRASETYO | FIRMAN ATMAKUSUMA
Fakta dan Statistik Si Kidal
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo