Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

MotoGP 2021 di Sirkuit Mandalika Diklaim Bisa Hemat Devisa

Mandalika Grand Prix Association (MGPA) mengklaim penyelenggaraan MotoGP 2021 di Sirkuit Mandalika bakal menghemat devisa bagi Indonesia.

8 Februari 2020 | 06.05 WIB

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama beserta legenda MotoGP,. Mick Doohan saat menghadiri kickstart dan pemesanan awal tiket balap MotoGP Mandalika 2021 di Jakarta, Sabtu 23 November 2019. (dok. MGPA)
Perbesar
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama beserta legenda MotoGP,. Mick Doohan saat menghadiri kickstart dan pemesanan awal tiket balap MotoGP Mandalika 2021 di Jakarta, Sabtu 23 November 2019. (dok. MGPA)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Mandalika Grand Prix Association (MGPA) mengklaim penyelenggaraan MotoGP 2021 di Sirkuit Mandalika bakal menghemat devisa bagi Indonesia. Kepala operasi olahraga MGPA, Dyan Dilato, mengatakan bahwa selama ini penyelenggaraan MotoGP di Sirkuit Sepang, Malaysia ditonton 120 Ribu orang pengunjung.

"Terdapat 60 persen itu orang Indonesia, bisa dibayangkan berapa devisa yang terbuang untuk MotoGP saja," kata Dyan di Sirkuit Sentul, Kamis, 6 Februari 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia mengatakan multiplier effect atau dampak ekonomi bisa dihitung secara sederhana. Dyan yang juga Ketua Komisi Safety Sepeda Motor dari Ikatan Motor Indonesia (IMI) menjelaskan bahwa satu orang harus mengeluarkan 1.500-2.000 Ringgit setara dengan Rp 5-6 Juta untuk membeli tiket menonton MotoGP.

"Belum lagi dengan pengeluaran seperti tiket pesawat, kalau 60 ribu orang ibaratnya dikali US$ 1.000 (pengeluaran selama di Malaysia) maka sudah lebih dari USD 6 juta yang setara Rp 100 miliar," kata dia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurut dia, MotoGP biasa dibandingkan dengan Asian Games, Olimpiade, dan Piala Dunia dalam sisi peningkatan pariwisata. Ia menyebutkan bahwa ketiga kejuaraan itu sifatnya malah empat tahunan, kalau MotoGP malah setiap tahun. Bahkan Asian Games yang sudah digelar pada tahun 2018, kata Dyan, paling lambat 30 tahun lagi Indonesia bisa jadi tuan rumah.

"Yang diuntungkan bukan hanya Lombok, tapi dari penjualan merchandise dari UMKM juga sangat potensial tapi paling penting  country image, (yakni) image dari pemerintah bahwa pemerintah betul-betul mengembangkan tourism melalui olahraga," kata dia.

Multiplier effect lainnya, kata Dyan yakni pengeluaran dari tim balap yang bakal hadir di Sirkuit Mandalika pada tahun 2021. Ia menjelaskan pada ajang Moto3 terdapat 33 pembalap, dimana setiap pembalap itu minimal didampingi oleh 10 orang tim. "Tukang masak dua orang, mekanik dua orang, ada chief mechanic, dan bla-bla, lalu 10 kali 33 ada 330 orang. Itu Moto3, kali Moto2 dan MotoGP jadi ada 1000 orang," ungkap dia.

Dyan menyebutkan 1.000 orang itu bakal berada di Mandalika selama seminggu untuk persiapan balapan pada tahun 2021. Menurut dia, jika satu orang menghabiskan US$ 50 per hari maka dalam seminggu pengeluarannya USD 350. "Totalnya kalau seluruh tim bisa mengeluarkan USD 350 Ribu selama balapan, itu angka bukan metik di atas pohon," ungkap dia.

Sebelumnya, Direktur Utama Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), Abdulbar M Mansoer mengatakan jika tahun depan pembangunan sirkuit Mandalika rampung, maka bisa menampung penonton sampai 97 ribu orang, belum termasuk orang yang menonton di atas bukit kawasan sirkuit Mandalika. "Bukit belum, itu hanya di kursi. Kalau di bukit kita tata dulu belum jelas berapa bisanya. Kita yang di grand stand dulu," ungkapnya.

Abdulbar mengungkapkan, pihaknya telah membuka pemesanan tiket resmi melalui laman online untuk ajang MotoGP Mandalika, padahal acara itu masih akan dilakukan tahun 2021. "Tadi dilaporkan juga mereka bikin website free booking tiket itu sudah 3. 000 dari 10 ribu penonton jadi peminatnya luar biasa sekali," katanya.

Menurutnya, dengan jumlah tiket yang terjual tersebut telah menunjukkan animo masyarakat dunia terhadap MotoGP yang akan dilaksanakan di Indonesia. "Karena sangat digemari lebih populer dari formula 1. Jadi dengan adanya ini lebih menggaungkan lagi turis Indonesia ke depan," ujarnya.

IRSYAN HASYIM

 
Irsyan Hasyim

Irsyan Hasyim

Menulis isu olahraga, lingkungan, perkotaan, dan hukum. Kini pengurus di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, organisasi jurnalis Indonesia yang fokus memperjuangkan kebebasan pers.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus