"SAYA ingin ke Moskow, dan menjadi juara," kata Elizabeth
Onyambu. Pelari kaki ayam asal Kenya ini baru berusia 12 tahun,
dan pemenang 2 medali emas lomba lari 1.500 m puteri dari 2
kejuaraan atletik -- turnamen Piala Jomo Kenyatta di Nairobi
serta kejuaraan Afrika Tengah dan Timur di Mombaza, keduanya di
Kenya, di bulan Juni dan Juli lalu.
Prestasi terbaik Onyambu ialah 4 menit 23,18 detik, masih kurang
27,18 detik dari rekor dunia Tatyana Kazankina (Uni Soviet), dan
berselisih 13,18 detik dari atas kualifikasi tim Olimpiade
Kenya. "Saya tak melihat kesulitan bagi Elizabeth untuk
melampaui persyaratan itu," ramal pelatih, Thomas Matoke.
Sekiranya Onyambu terpilih untuk regu negaranya ke Olympiade
1980 di Moskow, maka ia akan merupakan salah seorang peserta
dengan batas usia minimum, 13 tahun, dan termuda.
Onyambu, bersaudara 17 orang dan sekarang duduk di kelas 5 SD,
setiap pagi mendapat tugas dari orangtuanya umruk menggembala
kambing dan sapi sebagaimana kehidupan anak Kenya lainnya.
Sambil mengawasi ternak, ia main kejar-kejaran dengan temannya.
"Tak seorang pun di antara mereka yang sanggup mengejar. Saya
selalu nomor satu," kata Onyambu. Ia ke sekolah menempuh jarak
2,5 mil (4 km), sering pula dengan berlari untuk mengejar waktu.
Safina Kesepian
Di lintasau perlombaan, ia muncul pertama kali dalam
pertandingan lokal, di Kisii, 1976. Tanpa begitu diperhatikan
orang. Ia mulai diperhitungkan ketika memenangkan lomba lari
1.500 m tingkat propinsi. "Anak ini berbakat," komentar Menteri
Perumahan dan Sosial Kenya seperti dikutip Andrew Bogonkow,
pejabat olahraga distrik Kisii. "Ia harus diberi kesempatan
untuk mengembangkan potensinya.
Pimpinan sekolahnya memang membebaskannya dari pelajaran
tambahan untuk bisa mencurahkan perhatian pada lari. Untuk
mengejar ketinggalan, ia diberi les khusus oleh para gurunya.
"Ia tak menonjol, juga tak bodoh," kata Kepala Sekolah, Peter
Nyangoto. Tapi "ia telah menumbuhkan semangat berolahraga bagi
pelajar puteri lainnya."
Untuk meraih tiket ke Moskow, kini onyambu tampak berlatih keras
bersama Matoke setiap hari. Pagi, ia berlari sejauh 3,75 mil.
Sorenya, latihan naikturun bukit dan latihan kecepatan. Tempo
yang dihabiskannya sekitar 4 jam per hari. Onyambu, sebelumnya
berlomba di nomor 1.500 m saja. Sekarang ia juga dipersiapkan
untuk memenangkan jarak 800 m. "Ia memperlihatkan banyak
kemajuan," tambah Matoke.
Tapi Onyambu masih segan memakai sepatu dalam perlombaan.
"Langkah saya terasa berat bila memakai sepatu," ujar Onyambu.
"Saya tak mau kalah cuma gara-gara sepatu."
Di Kisii, hampir setiap orang yang dijumpainya di jalan
menyalaminya. "Kisii, telah melahirkan seorang pelari terbesar
lainnya dari Kenya," komentar mereka tentang Onyambu. Di antara
kampiun dunia atletik, Kenya antara lain memiliki nama besar
seperti Henry Rono, pemegang 4 rekor dunia-- lari 3.000 m, 3.000
steeplechase, 5.000 m, dan 10.000 m.
Onyambu, gadis ceking dan pemalu, barusan saja diundang ke pekan
olah raga di Kairo, Mesir. Prestasinya ketika berita ini
diturunkan belum tercatat. Ini adalah lawatan pertamanya ke luar
negeri. Selepas kejuaraan, ia akan kembali ke bangku sekolah.
"Sekolah juga penting," katanya.
Saudara kembarnya, Safina, juga perempuan, sekalipun senang
mendengar keberhasilan Elizabeth, merasa agak kecewa tak bisa
menemaninya di arena pertandingan. "Selama ini kami selalu ke
mana-mana berdua. Kini, saya sering merasa kesepian bila
Elizabeth pergi bertanding," kata Safina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini