Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bertanding di markasnya sendiri, ada yang tak lazim dilakukan pemain-pemain klub sepak bola Barcelona, pertengahan September lalu. Mereka semua mengenakan kaus bergaris merah-kuning, bukan seragam utama merah-biru. Tapi pemain-pemain Barca punya alasan tersendiri memakai jersey yang semestinya dipakai saat laga tandang tersebut. Merah-kuning adalah kelir bendera gerakan kemerdekaan Catalonia dan hari itu mereka tengah mengenang 300 tahun jatuhnya wilayah di utara tersebut ke tangan Kerajaan Spanyol. Persisnya pada 11 September 1714.
Barcelona adalah bagian dari Catalonia. Menggunakan kaus tandang dalam pertandingan melawan Athletic Bilbao itu adalah bentuk dukungan para pemain Barca—julukan Barcelona—kepada tanah tumpah darah mereka. Mereka ingin menjadi bagian dari gerakan yang terus memperjuangkan kemerdekaan. Barca adalah bagian dari gelombang yang tak henti menuntut Spanyol mengizinkan referendum digelar guna menentukan nasib sendiri. Tuntutan yang terus ditampik Kerajaan.
Tak hanya di lapangan hijau, dukungan kemerdekaan mereka kumandangkan hingga ke luar garis arena. Di situs resminya, Barcelona menyatakan telah menandatangani Pakta Nasional Catalan untuk Penentuan Nasib Sendiri. "Kami telah meresmikan dukungan kami dalam sebuah surat resmi dari Presiden (Barca) Josep Maria Bartomeu kepada koordinator Pakta, Joan Rigol," demikian bunyi pernyataan itu. "Pakta itu melibatkan 3.500 organisasi dan asosiasi dari pelbagai kalangan sosial dan politik yang mendukung hak orang Catalonia untuk menentukan nasib sendiri."
Dukungan ini, menurut Wakil Presiden Barcelona Carles Vilarrubi, tak terelakkan karena Barca tak bisa dipisahkan dari Catalonia. "Barca memiliki darah masyarakat Catalonia," ujarnya. "Sejarah Barca terhubung langsung dengan sejarah Catalonia. Ia merepresentasikan identitas sebuah bangsa, dengan bahasa dan budayanya sendiri."
Meski Vilarrubi juga buru-buru menambahkan bahwa klubnya tidak bermaksud memihak secara politis, "Apa yang jelas adalah ikatan kami dengan rakyat Catalonia. Maka kami tidak akan berpisah dari mereka, apa pun konsekuensinya!"
Salah satu pemain Barca, Gerard Pique, juga mendukung gerakan ini. Dia berada di tengah kerumunan warga Catalonia yang sedang merayakan peristiwa 1714 tersebut. "Saya adalah warga Catalonia dan ini adalah hari nasional Catalonia yang sedang dirayakan," katanya.
Namun tentu saja orang tidak lupa dia juga telah memperkuat tim nasional Spanyol. Aksi Pique di jalanan itu langsung mengundang kritik. Tapi dia tetap pada pendiriannya. "Ada 1,8 juta orang di sana dan saya pergi bersama teman serta keluarga menikmati waktu itu. Saya tidak mengerti mengapa orang lain kecewa."
Pique menegaskan, semestinya tak ada yang ragu terhadap dia. "Saya telah bermain untuk tim nasional Spanyol selama sebelas tahun," ujarnya. Namun Pique mengingatkan, bagaimanapun, dia adalah orang Catalonia, maka wajar jika mendukung proses demokratis bernama referendum. "Dan ini tidak ada hubungannya dengan tim nasional."
Dukungan Barca bagi perjuangan warga Catalonia sejatinya bukanlah hal baru. Presiden Barcelona periode 2003-2010, Joan Laporta, terang-terangan menggunakan Barca sebagai alat mempromosikan kemerdekaan Catalonia. "Buat saya, menjadi Presiden Barca adalah jalan lain untuk mengetengahkan dan mempertahankan hak dan kebebasan Catalonia," kata Laporta.
Jalan itu masih demikian panjang. Pemerintah Spanyol masih saja tak mengizinkan referendum. Namun mereka yang berjuang selalu punya cara untuk melakukan tekanan. Demikian pula yang dilakukan otoritas Catalonia. Tak ada izin dari pemerintah, maka mereka mengadakan referendum "simbolis" (tidak resmi), 9 November lalu. Hasilnya? Mereka mengklaim 80 persen warga Catalonia setuju merdeka dari Spanyol.
"Kami akan mencoba meyakinkan orang-orang di Madrid bahwa warga Catalonia berhak mengadakan referendum dengan semua konsekuensi politis," ujar Artur Mas, pemimpin Convergencia i Unio, organisasi yang menaungi dua partai politik di Catalonia.
Baiklah, mari berandai-andai. Jika referendum bayangan itu mencerminkan keadaan sebenarnya, kisah tentang sebuah klub elite dunia sesungguhnya tengah memasuki babak baru. Jika Catalonia benar-benar merdeka, Barca tentu saja tidak mungkin berkompetisi lagi di La Liga, bukan?
Menurut Presiden Federasi Sepak Bola Spanyol Javier Tebas, hukum olahraga di sana hanya membolehkan satu negara di luar Spanyol bermain di La Liga. Dan negara itu adalah Andorra. Jadi silakan Barca bermain di kompetisi sendiri, yakni kompetisi Catalonia. Di kompetisi itu, Barca akan bersaing dengan klub-klub yang selama ini hanya mondar-mandir di bawah Divisi Primer. Dan itulah soalnya. Apa serunya bagi Lionel Messi, Neymar, dan sekumpulan bintang sepak bola dunia itu bertanding melawan klub yang kualitasnya dua atau tiga tingkat di bawah mereka?
Wali Kota Barcelona Xavier Trias mengakui Catalonia bukan lingkungan yang tepat untuk tim sekelas Barca. "Kami tidak memiliki kemungkinan membuat liga yang kompetitif," katanya. "Kami hanya memiliki sedikit tim dan Barcelona harus bergabung dengan liga lain."
Tak hanya itu, sudah pasti Barca juga akan ditinggalkan sponsor karena hanya bermain di liga kecil. Ini kerugian besar secara ekonomis bagi juara La Liga 22 kali itu. Jimmy Burns, penulis buku Barca: A People's Passion, menyatakan Nike dan Qatar Airways, yang sejak 2004 membuat penerimaan Barca membesar tiga kali lipat, diprediksi akan mundur. Jika itu terjadi, Barca bisa kehilangan peluang penerimaan tahunan sebesar USS 680 juta.
Kerugian tidak hanya akan ditanggung Barca, tapi bahkan juga La Liga sendiri. Ini diakui Javier Tebas. "Sama seperti Spanyol tanpa Catalonia, saya tidak bisa membayangkan La Liga tanpa Barca," katanya. "Konsekuensi finansial yang akan dialami menjadi bencana bagi sebuah industri sepak bola."
Burns dan Tebas tidak mengada-ada. Bagaimanapun, nama besar Barca dibangun di atas partisipasinya di Liga Spanyol—liga yang memungkinkan drama rivalitas Barca dengan Real Madrid terus berlangsung. Real Madrid adalah musuh abadi Barcelona dalam La Liga. Duel klasik kedua klub, disebut El Clasico, selalu ditunggu warga sepak bola di kolong jagat. Dan drama itulah yang tentu memancing fulus datang.
Kemungkinan Barca keluar dari La Liga juga mencemaskan kalangan pemain. Salah satu penggawa Real Madrid, Karim Benzema, tak setuju Barca pergi dari kompetisi. "Kami membutuhkan Barca di La Liga," katanya. "Ini adalah segalanya tentang sepak bola: dua tim hebat seperti Madrid dan Barca berhadap-hadapan. Jika mereka harus keluar dari La Liga, itu akan menjadi masalah, jadi saya berharap mereka tetap tinggal."
Keadaan ini seperti akan menemukan jalan buntu. Barca sudah bertekad mendukung kemerdekaan Catalonia. Namun, di sisi lain, banyak kalangan tak menghendaki seragam Barca hilang dari La Liga. Hanya parlemen Spanyollah yang bisa mengatasi deadlock ini. Mereka punya wewenang mengubah peraturan yang hanya membolehkan satu negara bermain di La Liga. Soalnya, sampai sekarang, sikap parlemen belum jelas.
Toh, Carles Vilarrubi yakin semua bakal nyaman pada akhirnya. "Dengan 70 juta fan di Facebook, 500 juta euro lebih dari sisi penerimaan, plus Messi dan Neymar, kami pikir kami tidak akan bermasalah menemukan lawan," ujar Vilarrubi. "Orang-orang akan saling memukul demi bisa bermain melawan kami."
Jadi Barca akan melanjutkan petualangannya di La Liga jika parlemen mengubah aturan. Dan ini berarti persaingan antara Cules (penggemar Barca) dan Madridista (pendukung Real Madrid) di seluruh dunia masih bisa diteruskan. Mainkan!
Gadi Makitan (ESPN, AP, Bloomberg, Goal)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo