Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Pulang Murung Dari Novi Sad

Regu putra/putri tenis meja indonesia mengalami kekalahan di kejuaran dunia tenis meja di novi sad, yugoslavia. pembinaan kurang dan tak ada sponsor. (or)

2 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WILLY Warokka, Sekjen Persatuan Tenis Meja Indonesia, kelihatan murung tiba di J akarta. Dari Kejuaraan Dunia Tenis meja (14-27 April) di Novi Sad, Yugoslavia, ia membawa kabar buruk. Setelah dikalahkan Uni Soviet, kedudukan regu putra Indonesia terlempar dari Divisi I ke Divisi II. Sedang regu putri, yang masih di Divisi II, kini masuk urutan kesepuluh -- dari sebelumnya keenam. Serangan flu, menurut Warokka, menghambat gerak maju regu putra. Hampir sebagian besar pemain, terutama Gunawan Suteja, andalan utama terserang flu cukup berat. Karenanya, demikian Warokka, anak asuhannya tak mampu membendung gempuran regu Soviet yang di atas kertas kemampuannya berada di bawah Indonesia. Kekalahan menyolok itu tentu mengejutkan karena jauh sebelum turun di Novi Sad regu putra Indonesia sudah berlatih sebulan di Budapest (Hungaria) dan dua bulan di Seoul (Korea Selatan). Budapest sengaja dipilih karena dalam Kejuaraan Dunia Tenis Meja di Pyongyang (1979), regu putra Hungaria tampil sebagal juara mcllulldukkan RRC. Di Budapest itulah keenam pemain Indonesia tadi memperoleh kesempatan menjajal kemampuan sejumlah pemain dunia Hungaria -- antara lain Tibor Klampar, 26 tahun. Adalah di Pyongyang, dua tahun lalu, regu putra Indonesia meloncat dari Divisi II ke Divisi I sementara regu putri tetap berada di urutan keenam Divisi II. Pelatih Sugeng Utomo ketika itu menyebut perlunya suatu kaderisasi buat meningkatkan kualitas pemain. Sinyo Supit, laisal Raehman, Gunawan Suteja, dan Abdul Rodjak merupakan pemain lama katanya, tapi masih harus diturunkan juga. Di bagian putri, Ambar Maladi, Ny. Diana Wuisan dan Beatrix Pieterz merupakan muka lama yang masih juga bertanding di Novi Sad. Warokka sudah menyadari kelemahan pembibitan. Ia mengakui bahwa pembinaan atlet tenis meja hanya dilakukan secara musiman. Selain pemain, ia mengusulkan agar pembina tenis meja pun juga diprofesionalkan. Kabarnya pengurus pusat KONI menyetujui usul itu. Yang jelas Ketua Umum PTMSI, Ali Said, akan menaruh perhatian lebih besar dalam soal pembibitan itu. "Masakan dari 147 juta lebih rakyat, Indonesia tidak bisa memiliki 100 pemain nasional," katanya. Jumlah pemain tenis meja nasional memang cuma 16 putra dan 8 putri. Kesulitan lain yang dihadapi PTMSI, demikian Ketua Ali Said, olahraga tenis meja kurang menarik sponsor. Sangat jarang memang perusahaan besar mau jadi sponsornya -- sangat berbeda halnya di sepakbola dan bulutangkis. "Mau tak mau pula pembinaannya kini bersifat full amateur," sebut Ali Said. Sekalipun demikian, Warokka memuji upaya sang ketua yang banyak membantu mencarikan dana buat latihan di Seoul dan Budapest tempo hari. "Banyak urusan nonteknis justru diperhatikan beliau," sambut Warokka. Sementara Indonesia sedang berpikir, RRC sudah meremajakan para pemainnya. Dalam kejuaraan di Novi Sad itu, RRC menjuarai nomor tunggal putra/putri, ganda putra/putri, ganda campuran sekaligus juara beregu putra/putri. Di arena itu Guo Yuehua, 25 tahun, seorang guru, tampil sebagai pemain tunggal putri juara dunia. Di final ia berhadapan dengan rekan senegaranya, Cao Zhenhua, 18 tahun, menyuguhkan suatu permainan mengagumkan. Kejuaraan di Novi Sad itu diikuti 457 pemain dari 59 negara. Dari Novi Sad itu, Federasi Tenis Meja Internasional (ITTF) akan berusaha memasukkan tenis meja sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan di Olympiade. Suatu rapat Komite Olympiade Internasioal di Baden-Baden, Jerman Barat, akan memutuskannya September mendatang, "Jika Olympiade 1988 jadi dilangsungkan di Nagoya, Jepang, kami punya peluang tenis meja dimasukkan dalam Olympiade," ujar Roy Evans, Presiden ITTF.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus