Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bom harga sebelum Jenewa

Arab saudi menurunkan harga minyak bantuan perang, & kuwait membatalkan tuntutan kenaikan harga premium produknya, tindakan ini mencerminkan krisis yang dihadapi opec akibat minyak dunia berlimpah. (eb)

2 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

APA yang dikhawatirkan negara-negara penghasil minyak akhirnya terjadi juga. OPEC, organisasi negara-negara pengekspor minyak mentah, akhirnya harus menelan kenyataan pahit, bahwa kekuatan dunia untuk menerima lagi kenaikan harga minyak ada batasnya. Menjelang pertemuan OPEC di Jenewa 25 Mei nanti, organisasi yang berangotakan 13 negara itu menhadapi keadaan yang terpaksa harus mereka terima. Akibat masih adanya resesi dan usaha penghematan energi yang secara gencar dilakukan negara-negara industri dunia dewasa ini kelebihan minyak mentah sekitar 2Ih juta barrel sehari. Tahun lalu konsumsi minyak dunia sudah turun dengan 6%, dan Badan Energi Internasional (IEA) yang bermarkas di Paris memperkirakan tahun ini konsumsiminyak dunia paling sedikit akan turun dengan jumlah yang sama. Konsumsi minyak dunia yang berasal dari OPEC turun menjadi 25 juta barrel sehari tahun lalu, dari 32 juta barrel sehari. Kenyataan pengurangan konsumsi itu oleh kalangan OPEC diakui akibat tindakan organisasi itu untuk secara teratur menaikkan harga minyak, tanpa diikuti suatu pengaturan produksi. Maka, seperti diakui oleh Menteri Pertambangan dan Energi Subroto ketika melantik direksi baru Pertamina 20 April, "bukannya tidak mungkin negara-negara OPEC akan dituntut untuk menurunkan volume produksi mereka, yang tentu akan membawa pengaruh bagi Indonesia." OPEC sendiri tidak ingin berunding tentang pengaturan produksi. Dan yang paling gigih menentangnya adalah Menteri Minyak Arab Saudi, Sheikh Zaki Yamani, dengan alasan agar OPEC tidak dituduh berlaku sebagai suatu kartel produksi. Ketentuan tersebut, sesuai dengan keputusan konperensi OPEC di Bali pertengahan Desember tahun lalu, tetap dipatuhi. Tapi yang pasti, seperti diakui berbagai kalangan OPEC, kenaikan harga minyak itu berlangsung terlalu cepat, hingga negara-negara industri dengan cepat pula mengatur siasat untuk beralih ke energi lain. Fadhil al-Chalabi, Wakil Sekjen OPEC dari Irak memperingatkan "Kenaikan harga minyak yang cepat akan mempercepat proses perpindahan penggunaan minyak ke bahan lain oleh negara-negara industri." Suara orang Irak ini sejalan dengan peringatan Zaki Yamani: "Kalau kita memaksa Barat untuk menggunakan energi lain, mereka akan melakukannya." Kritis Tapi senior OPEC itu rupanya tak berhenti pada mengingatkan rekan-rekannya. Tindakan Arab Saudi yang terakhir, yakni menurunkan harga minyak untuk pertolongan masa perang (Iran-lrak) dengan US$ 2 per barrel, menjadi US$ 34 per barrel, sungguh memukul banyak negara penghasil minyak. SeKalipun jumlah minyak itu hanya 600.000 barrel sehari (1 barrel kurang lebih 159 liter) Di atas itu Arab Saudi masih tetap membanjiri dunia dengan 10,3 juta barrel sehari. Mereka, sesuai dengan keputusan sidang di Bali, tetap mempertahankan harga patokan US$ 32 per barrel untuk jenis Saudi Arabian Ligh. Sedang para anggota yang lain rata-rata memasang harga US$ 36 per barrel, berikut premium -- pungutan ekstra karena perbedaan kualitas dan jarak angkutan. Pungutan ekstra itu berkisar dari US$ 2 sampai US$ 5 per barrel. Adalah Kuwait yang pertama merasakan akibat tindakan Saudi itu. Mereka terpaksa menurunkan premium yang dljual kepada tiga perusahaan, masing-masing British Petroleum, Gulf Oil dan Royal Dutch/Shell. Sebelumnya Kuwait minta kenaikan premium menjadi US$ 5,50 per barrel, tapi ketiga maskapai minyac itu menolak. Akhirnya, setelah melakukan perundingan yang gigih, Kuwait dipaksa untuk setuju menerima premium US$ 2 per barrel. Perusahaan Atlantic Ritchfield secara sepihak telah membatalkan kontrak pembelian 50.000 barrel sehari dengan Nigeria. Ini suatu tindakan yang tak terbayangkan beberapa waktu lalu. Akibatnya negara penghasil minyak paling besar di Afrika itu kehilangan US$ 900 juta. Menteri Energi Venezuela, Humberto Calderon Berti, pekan lalu mengakui pasaran minyak sekarang mendekati suatu situasi "kritis" bagi OPEC. Namun begitu Venezuela belum memandang perlu untuk menurunkan harga minyak mereka. Gerakan turunkan harga dengan US$ 2 per barrel yang dilakukan oleh negara-negara seperti Meksiko, Malaysia dan Equador, menurut Berti, karena para eksportir minyak itu telah memasang harga jauh di atas yang disepakati OPEC di Bali. Benarkah? Indonesia yang kini menghasilkan sekitar 1,6 juta barrel sehari, juga akan mengikuti jejak Venezuela. Sehari sebelum bertolak ke Kuala Lumpur awal pekan lalu untuk menghadiri sidang Menteri Energi ASEAN, Subroto yang masih akan memimpin sidang OPEC, di Jenewa, mengatakan harga minyak Indonesia tak akan terpengaruh dengan tindakan Arab Saudi. Benarkah? Harga minyak jenis Sumatran Light atau Minas Crude yang paling banyak diproduksikan di sini, mencapai US$ 35 per barrel. Sehingga harga minyak Indonesia pukul rata berkisar sekitar US$ 35,50 per barrel. Berikut premium, ekspor minyak dari Indonesia jatuh pada US$ 37 per barrel. Beberapa sumber minyak asing di Jakarta mendukung pendapat Subroto. Tapi menurut mereka, Indonesia terpaksa harus mengurangi premium mereka dengan minimal US$ 0,50 per barrel, menjadi US$ 1,50 per barrel. Dari perkembangan tersebut bisa diramalkan OPEC tak akan menaikkan harga minyak mereka tahun ini. Menteri Perminyakan Kuwait Ali al-Khalifa al-Saba memperingatkan, "kalau anda akan menaikkan harga lagi, maka permintaan minyak akan turun." Bahkan Lybia, anggota sayap keras, tak lagi lantang suaranya. "Bila produsen yang lain setuju, kami akan setuju untuk membekukan harga minyak dalam sidane di Jenewa," kata Abdul Salam al-Zagaar, Menteri Perminyakan Lybia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus