Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Profesor Hadiah Nobel Hessen

Seri condor nainggolan, dituntut oleh mahasiswa-mahasiswa uki supaya mengundurkan diri sebagai rektor, dan gelar profesornya dimasalahkan.

18 Oktober 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIGANTI atau tidak, dr. Seri Condar Nainggolan, MPh, Rektor Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta ini, dipermasalahkan gelar profesornya. Kamis pagi pekan lalu sejumlah mahasiswa UKI protes, lewat berbagai poster agar rektor mereka mundur saja. Sebabnya, menurut Indra Iwan, Ketua II Senat Mahasiswa Fak. Ekonomi UI, "banyak sekali tindakan Rektor yang menjurus ke kediktatoran" memberhentikan Pembantu Rektor I dan III (Drs. Tupano dan Anton Reinhart), juga menskors sejumlah mahasiswa untuk jangka yang lama, tiga tahun, sejak pertengahan Juli lalu. Yakni 10 mahasiswa yang setelah menganggap rektor "tak ada lagi", duduk dalam sebuah badan yang dibentuk untuk mendesak yayasan universitas agar mengganti Nainggolan. Ditambah soal "profesor palsu" yang ramai itu. Soal terakhir itu bermula pada 20 Mei lalu. Dari Direktur Pembinaan Sarana Akademis, Dep. P&K, datang surat yang mengatakan tentang gelar profesornya: "tidak dibenarkan kelanjutan pemakaiannya di Indonesia." Dan "ini memalukan," kata Indra Iwan pula. Padahal gelar itu konon diterimanya dari Menteri Kebudayaan Negara Bagian Hessen, Jerman Rarat, 14 Maret yang lalu -- karena Nainggolan diangkat sebagai guru besar tamu di Universitas Giessen di Hessen itu untuk dua bulan. Tentang itu, kata Nainggolan kepada TEMPO: "Pemakaian gelar profesor ini menjadi kacau, sebab belum ada UU yang mengaturnya." Tapi menurut Direktur Sarana Akademis, Prof. Ir. Pramoetadi kepada TEMPO, gelar profesor yang diperoleh hanya karena diangkat sebagai guru besar tamu (selama dua bulan), tak diakui pemerintah Indonesia. Gelar profesor dari universitas di luar negeri memang mesti dinilai. Dan "kalau memang bukan hanya karena diangkat sebagai guru besar, ya pemerintah tak sulit mengakuinya." Di dalam negeri sendiri, gelar profesor yang diberikan universitas "harus lewat SK Presiden", lanjut Pramoetadi. Nainggolan lahir di Tapanuli Selatan 21 Juni 1911. Beroleh gelar dr. dari Fak Kedokteran Universitas Airlangga (1940), pernah mengajar di UI, pernah menjabat Kepala Dinas Kesehatan DKI, dan sebelum menjadi rektor UKI, menjabat Dekan FK UI (1965-1978). Ia menyatakan telah menulis sekitar delapan buku dalam bahasa Inggris. Satu buku, Effective Strategy of Total Heall Care Supplay for Developing Nations, katanya menjadi salah satu kontestan untuk Hadiah Nobel 1978.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus