Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Saya akan datang lagi

Arturo barrios dari meksiko, hanya menempati urutan kedua, kalah oleh musuh bebuyutannya, marc nenow dari as. elizabeth lynch dari inggris memenangkan urutan pertama putri, inggrid k, urutan ke dua.

14 Februari 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAMPAI mendekati hari perlombaan, banyak orang menjagokan pelari asal Meksiko, Arturo Barrios, 24, yang akan memenangkan Bali 10-K. Itu karena iklim di negeri Barrios tak jauh berbeda dengan di sini. Usianya muda, dan persiapannya serius. Dia adalah pemegang rekor 10 km jalanan ulang alik, yang diciptakannya pada kejuaraan Continental Homes 10-K di Phoenix, Arizona AS, Maret 1985. Lomba itu memang berbeda dengan Bali 10-K yang start dan finish-nya pada titik berbeda. Datang bersama pacarnya, seorang gadis Amerika yang jangkung, Barrios termasuk rombongan pelari asing yang mendarat paling awal di Bali, pada 2 Februari yang lalu. Dia memang tak kelihatan berlatih di lintasan Bali 10-K yang sudah ditentukan, melainkan mengitari jalan desa, di bawah pohon-pohon nyiur, di seputar Hotel Nusa Dua Beach tempatnya menginap. Selain itu? "Saya sudah mempersiapkan diri secara intensif 4 bulan," kata pemuda bertampang klimis dengan rambutnya tersisir rapi ke belakang. Persiapannya memang bukan khusus untuk bertarung di Bali, tetapi sekaligus untuk menghadapi Olimpiade Seoul, tahun depan. Di Bali 10-K, di hari Minggu itu, Barrios dihadang musuh bebuyutan, Marc Nenow, pelari yang 5 tahun lebih tua. Pada 1 km terakhir, Nenow memimpin di depan, sementara Barrios habis-habisan berusaha mengejar. Toh ia gagal. Pelari Meksiko itu hanya berada di urutan ke-2, di belakang Nenow. "Semula saya tak yakin akan menang, karena saya kira yang akan jadi juara adalah Barrios yang berasal dari negeri panas itu," ujar Nenow gembira, setelah menyelesaikan lomba. Dia mengguyur sekujur tubuhnya di pancuran yang disediakan panitia, tak jauh dari garis finish. Ini bukan pertama kali Nenow mempecundangi pelari Meksiko tadi. Pemegang rekor dunia 10 km point to point -- ini start dan finish ada titik berbeda, seperti Bali 10-K -- juga mengalahkan Barrios di New Orleans, tahun lalu. Mengaku kondisinya cukup segar, bujangan berambut gondrong dari Amerika Serikat ini menyebut cuaca sebagai penghalang mengapa dia tak memecahkan rekor untuk merebut hadiah ratusan juta rupiah itu. Memang, Bali bukan yang terberat. Nenow menyebut Jamaika sebagai contoh. "Medannya lebih berat, karena iklim yang lebih panas," tuturnya. Dengan hadiah US$ 50.000 di koceknya, sementara semua biaya kedatangan dan akomodasinya selama di Bali ditanggung panitia, Nenow menyebut, yang diperolehnya itu sebagai hadiah yang besar. "Sebagian akan saya pakai untuk membayar pajak, yang lain buat biaya latihan lari," katanya sambil tersenyum. Dan tahun depan ? "Saya tentu akan datang." Di kelompok putri, persaingan lebih seru. Karena itu, barangkali, begitu melewati garis finish, Elizabeth Lynch, 22, pemegang rekor Inggris 10 km, menangis terisak-isak. "Saya merasa surprise," teriaknya. Dua petugas Satpam memapahnya. Sebetulnya, Lynch mengaku amat tersiksa oleh cuaca. "Sejak km ke-6, saya sudah merasakan amat berat," tuturnya lagi. Untung, Lynch punya waktu 10 hari menyesuaikan diri dengan iklim Bali, dan itu dimanfaatkannya dengan baik. Setiap hari, pukul 6.00, dia sudah berlari mengitari Denpasar. Selain itu, kata gadis ini, "Saya sudah berlatih berat untuk Bali 10 K ini sejak September yang lalu." Dia sudah mulai berlari sejak di sekolah menengah di kampung halamannya, Skotlandia. Ingrid Kristiansen, yang dikalahkan Lynch, berumur lebih tua 8 tahun. Sekalipun kalah, dia adalah seorang atlet yang pantang menyerah. Sudah punya putra berumur 3,5 tahun, yang bersama suaminya turut ke Bali, Ingrid mengaku mulai sering kalah dalam berbagai turnamen dalam dua tahun berselang. Tetapi karena gigihnya berlatih pada Juli tahun lalu, dia malah berhasil mencatat rekor lari 10 km lintasan di Stadion Bislet, Oslo, Norwegia. Catatan waktunya ketika itu 30 menit 13 detik. Seusai Bali 10-K, Ingrid akan menetap 2 pekan di Bali. Sebab, 22 Februari yang akan datang, dia akan mengikuti lomba 10 km di Jepang. Begitu kembali ke Norwegia, insinyur laboratorium mekanik ini sudah terjerat dalam program latihan di negerinya, yang kini dilanda musim dingin. "Paling-paling saya istirahat 4 atau 5 hari," katanya. Menurut Ingrid, seorang pelari tak boleh beristirahat lama, "Agar tak kehilangan banyak air tubuh ketika mulai lagi latihan." Berlatih pada suhu yang rendah, dia akan menambah porsi latihan menjadi 15 atau 20 km, untuk menghadapi berbagai perlombaan musim panas, Mei -- September.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus