Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Setelah Gagal Ke Galatama

Klub Jakarta Putra dan Sawunggaling (Surabaya) gagal memasuki galatama karena menempati urutan terbawah dalam pertandingan seleksi. jakarta putra bergabung lagi dalam persija. sawung galing mau bubar.

1 November 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA Putra dan Sawunggaling gagal memasuki Galatama. Keduanya menduduki urutan paling bawah dalam pertandingan seleksi calon anggota Galatama, sedang lima perkumpulan lainnya terpilih untuk mengikuti putaran kompetisi 1980-1981. Kecewakah dua klub tadi? Erwin Baharuddin, Ketua Jakarta Putra, tampak tak begitu merisaukannya. Para pemain klubnya masih lengkap berkumpul di asrama yang terletak di pinggir lapangan sepakbola VIJ, Petojo, dan tetap berlatih. Sebagian besar mereka adalah juga pemain inti Jakarta Putra dalam kompetisi perserikatan. Jakarta Putra tergabung dalam Divisi I Persija. "Tak jadi di Galatama," kata Erwin pekan lalu, "ya, balik lagi ke Persija." Namun sewaktu mempersiapkan diri mengikuti seleksi Galatama, klub itu menghabiskan Rp 10 juta selama tiga bulan. Itu belum termasuk honor pelatih dan sewa asrama. Sebab pelatihnya, Anwar Dado, yang juga menyediakan rumah sendiri untuk menampung 22 pemain, kebetulan anggota pengurus Jakarta Putra. Jakarta Putra semula diperkirakan bakal jadi anggota Galatama, mengingat prestasinya di perserikatan tak begitu jelek. Bahkan pernah ia menjuarai kompetisi Persija 1961, 1967 dan 1970. Hanya belakangan ini beberapa pemain intinya hijrah ke klub lain. Seperti Ishak Lisa yang kini di Jayakarta. "Kalau kiper Aladdin (Reynaldi) tidak sakit waktu melawan Bintang Timur belum tentu kami tersisih," ujar Erwin. Jakarta Putra dikalahkan Bintang Timur 0-5. Selain 13intang Timur, mereka yang lolos seleksi adalah Angkasa, UMS 80, Mercu Buana dan Makassar Utama. Kelimanya kini menambah jumlah anggota Galatama jadi 18. Jakarta Putra belum pasti akan mengadu nasib lagi di Galatama. "Mencari pemain baik dan sponsor sudah akan lebih susah," kata Dado. Ia juga mempertimbangkan kemungkinan pembaglan dlvisdari 18 klub Galatama dalam putaran 1981-1982. Bila itu terjadi, maka Jakarta Putra, kalau mau ikut, harus memulai kompetisi di papan paling bawah. "Padahal jika ikut sekarang, kami yakin Jakarta Putra bisa masuk 10 besar," lanjut Dado. Sawunggaling dari Surabaya secara resmi belum membubarkan diri. Tapi terhitung 7 Oktober klub ini memutuskan hubungan kerja dengan 17 pemainnya. Di asrama Sawunggaling kini bersisa empat pemain yang berasal dari luarJawa Timur. Mereka kabarnya sedang menunggu tiket dari Ketua Sawunggaling, Djoko Sutopo, untuk mudik. "Mau masuk klub lain tidak pula gampang," kata Raples Nakamura, pemain yang masih di asrama. Mengapa? Sawunggaling ternyata masih mengikat dengan suatu klausul. Yaitu mereka yang ingin pindah ke perkumpulan lain diharuskan minta persetujuan Sawunggaling terlebih dahulu. Alasannya, menurut Djoko, Sawunggaling telah mengeluarkan biaya untuk mereka sebesar Rp 20 juta selama tiga bulan. "Kalau ada klub yang mau mengambil pemain Sawunggaling, tentu saja, pengeluaran itu harus diperhitungkan," katanya. Setelah Sawunggaling gagal dalam seleksi Galatama September lalu, menurut Raples, memang ada klub yang menawarkan kesempatan. "Kalau pun mereka harus bayar," sambung pemain Jemmi Laming, "kami belum tahu apakah mereka masih tertarik. Sebab kami bukanlah pemain terkenal." Selama di Sawunggaling setiap pemain, menurut Laming, dapat uang saku Rp 15.000 per bulan, sedang makan dan pemondokan gratis. Umumnya pemain Sawunggaling belum berpengalaman. Usia rata-rata mereka adalah 23 tahun. "Selain mental mereka belum stabil," kata Djoko, "juga mereka tidak terbiasa bermain pakai lampu." Pertandingan seleksi yang lalu diselenggarakan malam hari. Djoko sebetulnya punya rencana mengikuti kompetisi perserikatan sambil menunggu kesempatan untuk ke Galatama lagi. Tapi soal uang belum bisa diatasinya. "Kalau ada dermawan mau membantu, kami optimistis Sawunggaling akan menjadi klub tangguh," kata Djoko yang juga Ketua Persebaya. o

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus