Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Sosothikul Membujuk

World Badminton Federation (WBF) membujuk Indonesia untuk berpartisipasi dalam turnamen bulu tangkis versi WBF. Dalam usahanya disinggung pula masalah solidaritas ASEAN. (or)

23 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

USAHA World Badminton Federation (WBF) membujuk Indonesia untuk berpartisipasi dalam turnamen bulutangkis versi organisasi tandingan International Badminton Federation (IBF) tak pernah kendor. Dalam pertemuan dengan pimpinan PBSI di Jakarta pekan lampau, perutusan WBF Phiensak Sosothikul dan Lee Kin Tat tak kurang mengungkapkan masalah solidaritas ASEAN guna melicinkan misi mereka. Diangkatnya soal solidaritas ASEAN ke gelanggang bulutangkis tak lain agar Indonesia mau memperlunak sikap mereka terhadap turnamen WBF. Indonesia, anggota IBF, dalam keterangan terdahulu menyatakan secara pasti tidak akan ambil bagian pada kejuaraan yang dilangsungkan di Bangkok nanti. Menurut rencana semula, kejuaraan akan diselenggarakan dari tanggal 3 s/d 7 Oktober depan. Karena beberapa anggota WBF tak dapat hadir pada waktu yang telah disepakati maka penyelenggaraan diundurkan sampai bulan berikutnya. Penundaan penyelenggaraan turnamen versi WBF bukan tak punya dasar lain. Tanggal 12 Oktober depan di London akan berlangsung pertemuan dewan pengurus IBF. Lewat pertemuan ini WBF ingin membujuk IBF agar mengizinkan anggotanya untuk berpartisipasi di kejuaraan WBF. Menurut Ketua Bidang Luar Negeri PBSI, Suharso Suhandinata, yang juga akan hadir dalam pertemuan IBF nanti, kemungkinanpemberian izin itu fifty-fifty. Tapi jika dikaitkan dengan sikap negara-negara Eropa yang diundang WBF, nota bene adalah pendukung IBF, kemungkinan yang diperkirakan Suhandinata kelihatan tipis sekali. Sebab belum satu pun dari negara-negara Eropa tersebut yang telah menyatakan kesediaan mereka. Juga dari negara-negara lain non-WBF seperti India maupun Jepang. Tidakkah, seandainya IBF memberikan dispensasi pada anggotanya untuk mengikuti turnamen WBF, peluang itu akan merupakan bumerang bagi mereka? Diperkirakan tak ada jawaban dari negaranegara Eropa maupun India dan Jepang tak lain punya hubungan erat dengan kekuatiran itu. Bagaimana dengan sikap Indonesia? "Prinsip PBSI adalah pemain jangan sampai dirugikan oleh pertentangan kedua badan ini. Kita mau main dengan siapa saja di seluruh dunia," kata Suhandinata. Sekalipun kemudian Suhandinata menambahkan adanya keterikatan PBSI pada IBF dan KONI, Sosothikul menangkap juga yang tersirat di balik penjelasan tersebut. Di situlah dimasukkannya faktor kerjasama ASEAN untuk menunjang misinya. "WBF akan tetap menyambut gembira sekalipun Indonesia hanya mengirimkan pemain kelas dua atau junior," kata Sosothikul merendah. Ketika menyampaikan soal solidaritas ASEAN, Sosothikul tak kurang mengharapkan masalah ini jangan dicampur adukan dengan masalah lain umpamanya politik. Tapi, tidakkah ia sendiri telah menyentuh soal politik? Suatu dilema yang tidak gampang bagi Indonesia (baca PBSI) yang di satu pihak terikat pada keanggotaan IBF, di lain pihak punya ikatan batin dengan ASEAN. Di samping berkehendak pula untuk memisahkan masalah politik dari olahraga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus