SEBUAH pesta besar digelar di Stadion Utama Senayan, Jakarta, Rabu pekan ini: pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XII. Sembilan grup marching band dengan 530 personel memperagakan gerak dan lagu. Sebanyak 262 anggota korps musik dibantu 475 penyanyi menembangkan lagu-lagu daerah. Lalu ada sejumlah penyanyi beken, antara lain Achmad Albar, Ikang Fawzi, Utha Likumahuwa, menyanyikan Song of Spirit PON XII Tak cuma lagu. Para penerjun dari Federasi Aero Sport Indonesia meramaikan suasana. Lalu, seperti biasa, ada konfigurasi yang dibawakan 5.600 siswa SMTA di Jakarta. Juga senam masal dengan melibatkan 6.000 siswa SMTP. Tentu saja, puncak acara adalah penyulutan api PON ke kouldron yang akan dilakukan dua bekas atlet bulu tangkis, Imelda Wiguna Kurniawan dan Christian Hadinata. Presiden Soeharto, begitu dalam rencana, meresmikan dimulainya PON XII ini. Inilah pesta olahraga yang termahal di Indonesia. Untuk upacara pembukaan saja, dihabiskan Rp 900 juta -- memang masih kalah dibandingkan pembukaan SEA Games XV Kuala Lumpur yang menelan sekitar Rp 10 milyar. Seluruhnya, anggaran PON yang mempertandingkan 30 cabang olahraga ini sebesar Rp 7,75 milyar: Dana itu, untuk pertama kalinya dalam sejarah PON, sebagian besar dipikul sponsor. Ketua Umum PB PON XII, Gubernur DKI Wiyogo Atmodarminto, mengakui ide sponsor ini datang dari Olimpiade Los Angeles Peter Ueberroth tak cuma berhasil membebankan pesta mahal itu kepada sponsor, tapi juga mengeduk untung Rp 385 milyar. Di Olimpiade Seoul 1988, "ulah" Ueberroth ditiru. Park Seh-Jik, yang dipercaya mengelola pendanaan, menggaet laba Rp 700 milyar. Terakhir, SEA Games XV Kuala Lumpur, panitia mengail untung Rp 3,68 milyar. Nah, PB PON lalu menunjuk Matari Inc. -- sebuah perusahaan periklanan -- untuk mengemas PON dalam paket-paket yang laku dijual. Sampai pekan ini, Matari yang dipimpin Ken Sudarto berhasil menggaet 13 sponsor. Dengan paket seharga Rp 650 juta, sponsor diberi hak memakai logo maskot PON XII, Bang Poni -- manusia berkepala kuda, berkaus singlet merah, celana pendek putih, dengan peci hitam kecil dan membawa obor. Para sponsor diberi hak mencantumkan kata "resmi" pada produknya. Juga pemasangan umbul-umbul. Tapi, tak semua sponsor resmi membayar dengan uang tunai. Aqua, misalnya, membayar sebagian dengan menjual kembali airnya. "Untuk event olahraga kan dibutuhkan air putih," kilah Ida Siagian Promotion Manager PT Golden Mississippi, penghasil Aqua. Aqua lantas menawarkan airnya seharga Rp 700 juta selama PON. PB PON menawar dan dicapai kesepakatan harga Rp 390 juta. Nah, begitulah dan sebagai sponsor resmi Aqua tinggal menambah Rp 260 juta. Cara Aqua diikuti sponsor lain. PT Great River Garment Industries memberikan jaket Arrow hasil produksinya seharga Rp 65 juta. Konimex, NIMM's, serta Indomie juga menjual produk seharga masing-masing Rp 65 juta -- tak peduli ada atau tidak orang sakit kepala. Komputer WANG bahkan sama sekali tak keluar uang dengan produknya. Tarif sponsor ini -- jika dibayar kontan memang lebih mahal dibandingkan di SEA Games Kuala Lumpur yang jangkauan pemirsanya lebih luas. "Di SEA Games 1987 Jakarta, kami menjadi film resmi dengan membayar Rp 200 juta. Di Kuala Lumpur, kami ditarik US$ 400 ribu," kata Yunus Asikin dari PT Modern Photo Co., distributor Fuji Film. Fuji Film, yang menguasai 81% pangsa pasar film di Indonesia, tak ikut membeli "produk resmi". "Fuji cuma bayar Rp 30 juta untuk buka warung di arena PON," tambah Asikin. Lumayan iuga. Dari sponsor-sponsor itu terkumpul dana Rp 10-11 milyar. "Tinggal kami, bisa atau tidak memenuhi apa yang sudah dibeli sponsor," ujar Ken Sudarto. Menurut Ketua Pelaksana Bidang Dana PB PON XII Eddy Ruchijat Soheh, S.H., dana itu masih angka kotor karena harus dikurangi biaya produksi, iklan, operasional, dan lainnya. Angka bersihnya diperkirakan sekitar 2030. Atau menurut Ken malah hanya Rp 3,3 milyar. Kalau ingin tahu persisnya, baru setelah PON berakhir -- saat itulah sponsor melunasi pembayarannya. Selain sponsor, PB PON mendapat dana dari SDSB Rp 2,5 milyar. Dari APBD DKI dicadangkan Rp 1 milyar. Kalau nantinya dana sponsor melebihi target, dana APBD DKI dikembalikan. Namun, Pemda DKI sudah mengutip dana dari masyarakat lewat penjualan stiker pada pengunjung panti pijat, bioskop, motel, pemohon kir kendaraan bermotor, pemohon IMB, pelanggan telepon, pelanggan listrik berkekuatan 1.300 watt ke atas. Target dari kutipan ke masyarakat ini Rp 1,25 milyar. Jangan lupa, kontingen daerah dikutip "uang PON". Tak diketahui berapa persisnya tiap kontingen membayar, tapi targetnya Rp 500 juta. Lalu, hasil penjualan karcis masuk yang diperkirakan sampai Rp 200 juta selama 11 hari pesta ini berlangsung. Sampai hari-hari terakhir, PB PON XII masih sibuk mencari tambahan dana. Antara lain lewat buklet daftar acara dan beberapa paket kecil. Entah masih berapa besar dana yang diincar agar PON tak merugi -- kalau bisa sih untung -- lantaran hasil bersih dari sponsor resmi itu belum jelas. Sementara itu, sampai Senin pekan ini semua atlet sudah masuk perkampungan yang disediakan panitia. Sejauh ini belum ada yang protes, kecuali "peristiwa kecil" di perkampungan atlet Senayan, Sabtu pekan lalu. Aliran air tiba-tiba terhenti. Terpaksa didatangkan air dari luar melalui mobil-mobil tangki. Sejumlah atlet mengaku tak mandi di malam panjang itu. Soal sepele, memang. Yang tak sepele adalah akankah PON XII ini bisa menjadi "PON Pretasi" seperti yang dicanangkan sejak 1973. Toriq Hadad, Mukhlis HJ, dan Tommy Tamtomo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini