Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Stadion San Siro, Milan, 24 November lalu. Sebuah spanduk terpajang di sudut stadion. Yang membentangkannya pendukung Shakhtar Donetsk, klub asal Ukraina yang hari itu berhadapan dengan AC Milan. "Shevchenko, Anda memalukan. Pilihan Anda telah membuat warga Anda menangis," bunyi spanduk itu.
Hari itu, Milan mencukur Donetsk 4-0. Tapi, bukan karena Shevchenko membela klub Italia itu yang membuat publik Ukraina marah. Beberapa hari sebelumnya, Shevchenko tampil di layar televisi dan menunjukkan dukungannya terhadap kandidat presiden Viktor Yanukovych menjelang pemilu putaran kedua.
Tingginya suhu politik di seputar pemilihan presiden Ukraina memang merambat ke lapangan hijau. Saat Dynamo Kiev mengalahkan AS Roma 2-0, pertandingan menggunakan bola berwarna oranye. Viktor Yushchenko, kandidat dari partai oposisi menggunakan warna tersebut dalam kampanyenya. Tapi, dalam pertandingan, Kiev menggunakan kostum biru bergaris putih, warna khas Perdana Menteri Viktor Yanukovych dari partai pro-pemerintah, sementara sekitar 60 ribu penonton mengusung spanduk, bendera, dan pita berwarna oranye.
Beberapa hari sebelumnya, menjelang pemilihan presiden, sejumlah pendukung Shakhtar Donetsk memprotes klubnya karena menggunakan kostum hitam bergaris-garis di Piala Ukraina, bukan warna oranye yang biasa mereka pakai. Donetsk, kota industri di timur Ukraina adalah pendukung Yanukovych.
Sebaliknya, dua pemain bola Ukraina, Serhiy Rebrov, bekas rekan Sheva di Dynamo Kiev dan Oleg Luzhny terang-terangan mendukung Yushchenko. Rebrov bahkan ikut demontrasi di London. Dua petinju kelas berat dunia yang dimiliki Ukraina, Klitschko bersaudara, juga mendukung Yuschenko.
Shevchenko sendiri belakangan membantah bahwa dirinya mendukung Yakunovych. "Tak ada hak saya mempengaruhi pemilu di negara saya. Misi saya untuk Ukraina hanyalah bermain bola untuk masyarakatnya," ujar penyerang AC Milan itu. Boleh jadi, ia telah berubah. Soalnya, belakangan organisasi korban Chernobyl menyatakan dukungannya terhadap Yuschenko. Kebetulan Shevchenko datang dari sebuah keluarga yang terpaksa meninggalkan kampung halamannya karena bencana maut itu.
Zulfirman
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo