Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Ultimatum untuk Ganda Putri

Indonesia tanpa gelar di turnamen Thailand Terbuka 2019.

5 Agustus 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
material-symbols:fullscreenPerbesar
Rizki Amelia Pradipta dan Della Destiara Haris di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - Indonesia terpuruk di turnamen Thailand Terbuka 2019. Hanya ada empat wakil yang sampai babak perempat final dalam kejuaraan yang digelar di Bangkok, Thailand, pada pekan lalu itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menyoroti hasil ganda putri nasional di Thailand Terbuka 2019, Kepala Pelatih Ganda Putri Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia, Eng Hian, mengatakan tak puas. Sebab, selain Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang mencapai babak perempat final, tiga pasangan ganda putri lainnya harus terhenti di babak pertama turnamen level Super 500 ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Duet Rizki Amelia Pradipta/Della Destiara Haris, Yulfira Barkah/Jauza Fadhila Sugiarto, dan Siti Fadia Silva Ramadhanti/Ribka Sugiarto langsung angkat koper setelah laga perdana mereka. Rizki/Della dikandaskan pasangan Jepang, Koharu Yonemoto/Shiho Tanaka, dengan skor 20-22, 9-21.

Menurut Eng, penyebab utama kekalahan Rizki/Della adalah faktor non-teknis. "Saya lihat ada masalah dengan motivasi mereka untuk mau menjadi lebih baik. Evaluasi setiap turnamen hampir selalu sama, kekurangan dan kelemahannya di mana saja. Tapi saya tidak melihat usaha keras mereka untuk memperbaiki," ujar Eng.

Dengan hasil ini, Eng pun memberikan ultimatum kepada Rizki/Della. Jika tak berhasil memperbaiki penampilan dan tak dapat menembus peringkat sepuluh besar dunia, Rizki/Della terancam kehilangan kesempatan untuk memperebutkan tiket Olimpiade pada tahun depan.

"Saya akan memberikan kesempatan sampai akhir tahun ini. Kalau mereka gagal, saya akan setop memberikan kesempatan kepada mereka untuk meraih tiket ke Olimpiade. Lebih baik kesempatan itu saya berikan kepada pemain-pemain muda," tuturnya.

Hal yang sama, menurut Eng, juga berlaku untuk pasangan Yulfira/Jauza yang belum menunjukkan performa menggembirakan. Pada turnamen pekan lalu itu, Yulfira/Jauza tersingkir di babak pertama oleh Chang Ye-na/Kim Hye-rin (Korea Selatan). Sedangkan Siti Fadia/Ribka Sugiarto dihentikan Greysia/Apriyani.

"Permasalahan Yulfira/Jauza hampir sama dengan Rizki/Della. Dari awal tahun, mereka sudah diberi kesempatan. Tapi kemajuannya jalan di tempat," kata Eng. "Kejuaraan dunia mungkin akan jadi turnamen terakhir pasangan ini kalau mereka tidak bisa menunjukkan hasil yang luar biasa."

Yulfira/Jauza mendapat kesempatan untuk bertanding di Kejuaraan Dunia 2019 pada 19-25 Agustus mendatang di Basel, Swiss. Pasangan muda ini mendapat undangan untuk berlaga di kejuaraan bergengsi ini bersama Greysia/Apriyani dan Rizki/Della.

Eng juga mengomentari penampilan Greysia/Apriyani dalam laga perempat final Thailand Terbuka. Menurut Eng, ada perubahan pola permainan yang tidak mereka sadari sehingga balik tertekan lawan. "Bisa jadi karena sudah terlalu yakin menang," kata Eng kepada Badmintonindonesia.org.

Greysia/Apriyani mengalami kekalahan pahit dalam duel tiga game melawan Chang Ye-na/Kim Hye-rin dengan skor akhir 21-9, 21-23, 19-21. Padahal mereka punya dua kali kesempatan besar untuk memenangi pertandingan. Di game kedua, mereka sudah unggul 20-18. Di game ketiga, mereka juga unggul jauh 16-7. Tapi lawan perlahan mulai mengejar dan berhasil menyusul sehingga Greysia/Apriyani balik dalam tekanan.

"Pada saat poin lawan mendekat, mereka jadi bingung, tidak bisa mengembalikan pola permainan dan mengontrol pukulan. Akibatnya, semua otot jadi tegang dan jadi takut salah. Akhirnya ya malah membuat banyak kesalahan sendiri," kata Eng.

Selanjutnya, Greysia/Apriyani punya waktu kurang-lebih dua minggu untuk menghadapi Kejuaraan Dunia 2019. Diharapkan, mereka bisa tampil maksimal dan mencapai hasil terbaik di kejuaraan paling bergengsi ini.

Sementara itu, di sektor lainnya, wakil Indonesia yang tampil di perempat final adalah ganda putra Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo. Sayangnya, langkah mereka dihentikan pasangan Jepang Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe. Di tunggal putra dan putri, Shesar Hiren Rhustavito dan Fitriani juga tak berkutik menghadapi lawan-lawan mereka. Shesar, yang membuat kejutan dengan menumbangkan Lin Dan (Cina), harus menyerah oleh Lee Zii Jia (Malaysia). Sedangkan Fitriani gagal mengatasi permainan Sayaka Takahashi dari Jepang.

Adapun Kevin/Marcus, menurut Kepala Pelatih Ganda Putra PBSI, Herry Iman Pierngadi, tak dapat tampil seratus persen akibat kelelahan setelah merebut dua gelar beruntun di Indonesia Terbuka dan Jepang Terbuka.  "Mereka sudah capek. Jadi, fokus dan konsentrasinya menurun," kata Herry.

Herry justru menyesalkan prestasi pasangan muda Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto yang dinilai menurun karena masalah non-teknis. "Mentalnya harus dirombak total," kata dia.

Fajar/Rian terhenti di babak kedua di Thailand Terbuka. Sebelumnya, mereka juga harus tersingkir setelah laga kedua di Jepang Terbuka. Pasangan ini hanya tampil cukup meyakinkan di Indonesia Terbuka dengan mencapai babak perempat final.

"Kalau soal beban persaingan menuju Olimpiade, seharusnya mereka enggak beban karena mereka masih muda. Cara berpikirnya harus diubah, motivasinya ditambah," kata Herry.

NUR HARYANTO

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus