Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Yang Muda Mengincar Takhta

Sederet pembalap muda berusaha membuat kejutan dalam Tour de France. Alejandro Valverde paling menonjol.

18 Juli 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lance Armstrong tampak termehek-mehek mendaki jalan terjal pegunungan Alpen. Pembalap 34 tahun ini kadang-kadang harus berdiri di sadelnya untuk menghela genjotannya. Toh, dia agak tenang—di etape ke-10 Tour de France 2005, Rabu lalu itu, dia masih memimpin sendirian, meninggalkan pembalap lain terserak-serak di belakangnya.

Belakangan, ketenangannya benar-benar terusik. Penonton di pinggir jalan tiba-tiba bersorak riuh. Armstrong menengok ke belakang. Ah, ternyata ada dua pembalap mendekat. Itulah Mickael Rasmussen, pembalap Rabobank asal Denmark, dan pembalap muda Spanyol dari tim Illes Balears, Alejandro Valverde.

Pembalap Amerika Serikat itu memaksimalkan genjotannya, tapi kedua pembalap di belakangnya makin mendekat. Pada jarak 100 meter menjelang garis finis, keduanya berhasil mengejar. Dalam posisi sejajar, pertarungan ketat terjadi. Saat mendekati garis finis di stasiun ski Courchevel, Alejandro Valverde berhasil memimpin. Dia akhirnya mencatat kemenangan di etape itu dengan jarak tak sampai satu sepeda dari dua lawannya.

Di garis finis, Armstrong menyalami sang pemenang. "Lomba yang bagus," katanya. Valverde tersenyum bangga mendapat pujian dari juara dunia enam kali itu. Berkat kemenangan di etape ke-10, dia bertengger di posisi kelima klasemen umum dan posisi teratas klasemen pembalap muda (berusia 25 tahun ke bawah), sekaligus mengantarnya menjadi salah satu pesaing kuat Armstrong dalam perebutan gelar juara.

Keberhasilan Valverde menarik perhatian karena usianya yang muda dan balapan ini juga merupakan yang pertama baginya. Sebaliknya bagi Armstrong,

Tour de France yang berlangsung pada 2-24 Juli ini menjadi yang terakhir baginya. Dia berambisi meraih gelar ketujuh, lalu pensiun. Tapi pembalap kawakan ini agak mengeluh tentang penampilannya. "Saya tak tahu apa yang harus dilakukan untuk memenangkan etape. Saya sering sekali menjadi yang kedua di garis finis," katanya.

Memang, dia hanya menang di etape keempat. Di etape lain, Armstrong lebih sering masuk rombongan besar saat masuk garis finis. Kendati begitu, dia tetap berpeluang besar merebut kemenangan dalam lomba yang terdiri dari 21 etape sepanjang 3.607 km ini. Soalnya, para pesaing yang diprediksi akan memberikan perlawanan ketat tak juga menunjukkan taji. Mantan juara asal Jerman, Jan Ullrich dari tim T-Mobile, kini hanya berada di posisi kedelapan klasemen sementara. Demikian pula rekannya, Andreas Kloden, hanya bertengger di posisi kesembilan.

Perlawanan sengit justru datang dari Valverde, Mickael Rasmussen, Ivan Basso (pembalap CSC asal Italia), dan Christophe Moreau, pembalap tuan rumah dari tim Credit Agricole. Jangan lupakan juga pembalap Belgia asal tim Quickstep, Tom Boonen. Tak hanya menjuarai etape kedua dan ketiga, lelaki 25 tahun ini masih memegang kaus hijau sebagai raja sprint.

Rekan satu tim Armstrong asal Ukraina, Yaroslav Popovych, juga sempat bersinar di etape keempat dan terus tampil konsisten di rombongan depan. Kini pembalap berusia 25 tahun ini menghuni posisi kedua klasemen pembalap muda serta posisi 14 klasemen umum. Selain itu, ada pembalap Rabobank asal Belanda, Pieter Weening, 25 tahun, yang menjuarai etape kedelapan.

Di antara para penjegal Armstrong, Valverde tetap yang paling mencorong. Dia membuat kejutan di penampilan perdananya. Bahkan Valverde sendiri mengaku terkejut dengan hasil yang diraihnya. "Semula semua ini hanya ada dalam impian terliar saya," katanya.

Lahir di Murcia, Spanyol, dia baru menjadi pembalap profesional tiga tahun lalu. Dalam waktu singkat, sederet prestasi diraihnya, termasuk menjadi runner-up kejuaraan dunia di Kanada pada 2003. Dia juga dikenal mengutamakan kepentingan tim. Dalam sebuah kejuaraan di Valencia pada 2003, dia merelakan medali yang bisa diraihnya demi mendukung rekannya, Oscar Freire, menjadi juara.

Setelah berhasil merajai etape ke-10 Tour de France, Valverde berharap bisa membuat kejutan lagi, mesti tak terlalu optimistis bisa jadi juara. "Saya targetkan bisa jadi juara tiga tahun mendatang," katanya.

Bukan tidak mungkin impian itu akan datang lebih cepat. Yang pasti, dia telah mendapat seabrek pujian dari Armstrong. "Valverde adalah juara masa depan lomba ini," katanya. "Dia muda, cepat, dan kuat. Dia juga cerdas dan sabar, selain memiliki kemampuan yang komplet di jalan datar dan tanjakan."

Nurdin Saleh

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus