SIAPAKAH yang pantas menyandang gelar Olahragawan, Pembina
Olahraga, dan Penunjang Olahraga semuanya yang 'terbaik' untuk
1977?
Di Sekretariat SlWO/PWI Jakarta, Sabtu 31 Desember siang, 35
pemilih berdebat seru dalam menilai kandidat yang pantas. Sebab
kegiatan olahraga tahun lampau memang banyak melahirkan
olahragawan maupun olahragawati dengan prestasi memukau - di
samping pembina dan penunjang yang menopang keberhasilan mereka.
Kandidat
Dalam kelompok olahragawan-olahragawati, muncul 15 calon yang
dianggap pantas oleh wartawan olahraga Jakarta: pasangan
Tjuntjun/Johan Wahyudi (Bulutangkis), Kristiono (renang),
Syamiul Anwar (Tinju), Donald Pandiangan (Panahan), Sutiyono
(Balap Sepeda), Naniek Juliati Suwaji (Renang). Johny Riberu
(Tinju), Gerald (Jerry) Item (Renang), Cecilia Sujak (iki Air),
Wiem Gommies (Tinju), Herman Suriadireja (Catur), Ny. Lely
Sampurno (Menembak), ir. Komot Heruwatno (Atletik), Usman
Effendi (Atletik), dan Benny Maniani (Tinju). Tapi siapakah
yangterbaik di antara 15? Setelah kertas pemilihan dikumpulkan,
ternyata yang muncul adalah nama pembalap sepeda, Sutiyono. Ia
berhasil mengantongi nilai 651 dari 30 pemilih.
Melambungnya nama Sutiyono, 26 tahun, mungkin agak mengagetkan
memang. Sebab nama itu sendiri kurang mendapat tempat dalam
publikasi ketimbang nama Kristiono, pemegang 7 medali emas SEA
Games IX, atau Syansul Anwar, juara tinju kelas welter ringan
Asia, maupun pasangan juara dnnia bulutangkis Tjuntjun/Johan
Wahyudi. Tapi sesungguhnya dialah profil olahragawan Indonesia
1977. Ia nyaris tak pernah absen dalam setiap pertandingan balap
sepeda di tingkat nasional maupun Asia. Dan tak pernah pulang
dengan tangan hampa. Untuk tahun 1977 ia telah mengantongi
medali emas nomor Open Road Race Kejuaraan Balap Sepeda Asia,
medali perunggu Tour de Picca keduanya diselenggarakan di
Manila. Juga medali emas invitasiAsia, SEA Games, PON IX, Tour
de ISSI, dan tempat utama pada Kejuaraan Piala Walikota
Jakarta Utara.
Sebaliknya Kristiono, 19 tahun. Partisipasinya untuk tahun 1977
baru tercatat dalam SEA Games IX, Nopember lalu, sekalipun
prestasinya sempat melampaui 3 rekor Asian Games: 200 m 400 m,
dan 1.500 m, gaya bebas. Adapun para atlit cabang-cabang
olahraga lain yang memang agak sepi dari kegiatan tahunan.
Perbedaan partisipasi dan prestasi sepanjang tahun itu tak
kurang menempatkan Kristiono dalam posisi yang lebih rendah di
mata pemilih. Pendukungnya terpaut 8 orang dengan Sutiyono. Ia
hanya menduduki urutan ketiga dengan jumlah nilai 400. Urutan
kedua ditempati pasangan Tjuntjun/Johan Wahyudisekalipun
pemilihnya cuma 21 orang. Tapi mereka mengorbit berkat gelar
juara dunia yang diraih. Angka untuk mereka 508.
Di bawah 3 nama itu menyusul Herman Suriadireja, Grand Master
Internasinal Result (342) dan Syamsul Anwar (330).
Memuaskan
Lepas pemilihan 5 Olahragawan Terbaik, pemilihan meningkat pada
Pembina Terbaik. Untuk kelompok pembina muncul 4 ealon.
Masing-masing Zulkaryono Arifia (Tinju), R.A.S. Kartadidjaja
(Sepakbola), Joel Lambert Sepakbola) dan W.T. Item (lenang).
Yang terpilin: Zulkaryono Arifin. Ia mengantongi 25 suara.
Di kelompok Penunjang Olahraga persaingan terjadi antara Saleh
Basarah (Tinju), Herlina (Sepakbola), Jonosewojo (Tenis), dan
Ponco Sutowo (Balap Mobil). Yang mendapat gelar adalah
Jonosewojo dengan 16 pemilih. Ia dinilai pendukungnya sebagai
tokoh olahraga yang tak segan-segan membuka kocek sendiri untuk
membiayai maupun memberi uang saku ekstra para atlitnya.
Jonosewojo juga aktif dalam pembinaan Angkat Besi dan beberapa
cabang olahraga lain.
Munculnya nama-nama terpilih itu tampak melegakan. Baik di mata
pengurus SIWO/PWI Pusat maupun PWI Jakarta. "Pemilihan yang
memuaskan," komentar Sondang Meliala, Ketua SIWO PWI Pusat
selepas acara. Juga bagi Sekretaris PWI Jakarta, Bram
Tuapattinaya yang menyaksikan jalan pemilihan. Artinya pemilihan
telah berjalan dengan bersih. Maklum, selama 3 kali acara
seperti itu, masyarakat selalu dihebohkan oleh nama-nama
terpilih yang mengejutkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini