Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pedagang sayur keliling biasanya memilih sepeda motor bebek yang murah sebagai kendaraan operasionalnya. Namun, di Kota Jayapura, Papua, penjual justru memilih sepeda motor sport.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Mereka menggunakan motor sport seperti Honda CBR250RR, Kawasaki Ninja 250 R dan Yamaha R25,” ujar Hari Suroto yang bekerja di Balai Arkeologi Papua, sebagai Arkeolog, Minggu, 4 April 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sepeda motor sport merupakan kendaraan mewah, berharga puluhan juta dan biasanya dimiliki oleh biker yang hobi touring. Jenis motor bertampang ini tampilannya seperti motor balap, dengan performa di atas rata-rata.
Baca juga: Kawasaki Ninja 250 MY2021 Punya Warna Baru, Harga Rp 64,2 Juta
Dimensi bodinya besar, tanpa kompartemen barang bawaan. Posisi duduknya menunduk membuat motor sport kurang bisa diandalkan untuk menunjang aktivitas sehari-hari.
Pedagang sayur di Kota Jayapura, Papua, pakai sepeda motor Ninja 250 R sebagai kendaraan operasionalnya. Kredit: Hari Suroto (Arkeolog Balai Arkeologi Papua)
Namun, menurut Hari, teori itu tidak berlaku bagi para pedagang sayur keliling di Kota Jayapura. “Mereka memilih motor yang ber-cc besar untuk mengangkut rak sayur. Rak berisi sayur ini berbobot sekitar 200 kg,” katanya.
Hari menjelaskan, para pedagang sayur keliling ini wilayah operasionalnya dari Jayapura hingga ke luar kota. Bahkan sampai Sentani, Kabupaten Jayapura, yang berjarak sekitar 30 kilometer dari pusat Kota Jayapura.
“Alasan motor sport bertenaga lebih besar ini dipilih sebagai kendaraan operasional penjual sayur,” tutur Hari
Kalau diperhatikan total harga sayur dagangan, tidak sebanding dengan harga motor yang puluhan juta. Hal yang paling dikhawatirkan para pedagang sayur keliling, kata dia, jika motor mereka ambruk atau nyungsep. “Sayur akan berhamburan dan tahu tempe hancur berantakan.”