Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ada pengalaman baru saat Tempo menjajal Ferrari 296 GTB di kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, pada awal Agustus 2022. Start dari club house Sedayu Golf Course, kami membawa 296 GTB di jalan raya kawasan PIK, kira-kira 10 kilometer perjalanan.
Saat mobil dinyalakan dengan menyentuh tombol di setir bagian bawah, sama sekali tidak terdengar raungan khas dari knalpot Ferrari. Rupanya, mobil menyala dalam mode listrik karena model ini merupakan mobil sport plug-in hybrid (PHEV) yang dikombinasikan dengan mesin berkonfugirasi V6 twin turbo.
Dalam dua kilometer pertama, kami melaju nyaris tanpa suara. Senyap di kabin dan hanya suara dari tapak ban yang melaju di atas jalanan aspal. Dan di dua kilometer pertama itu kami hanya menggunakan mode baterai alias listrik saja.
Ferrari 296 GTB, 14 Juli 2022. TEMPO/Wawan Priyanto
Di kilometer selanjutnya, barulah kami bisa mendengar suara asli Ferrari yang meraung dari lubang knalpot di tengah-tengah bemper belakang.
Dari pengalaman di atas, mobil ini menjadi yang ramah polusi suara ketika pemilik pulang ke rumah di tengah malam sekalipun. Nyaris tak terdengar suaranya. Aman untuk tetangga di komplek yang terganggu dengan bisingnya suara knalpot mobil sport.
Ok. Kami memang mengangkat mode listrik ini menjadi salah satu keunggulan yang ditawarkan 296 GTB. Dengan mode listrik ini, mobil yang dilengkapi baterai lithium-ion 7,45 kWh 80 sel bisa melaju sejauh 25 kilometer tanpa bantuan dari mesin V6. Meski hanya mengandalkan mode listrik, 296 GTB bisa dipacu hingga kecepatan 135 km per jam.
Suara Mesin Khas Ferrari
Kami sempat ragu dengan janji President Ferrari Far East & Midle East Dieter Knechtel saat peluncuran mobil ini di Jakarta pada 14 Juli 2022, bahwa mesin V6 turbocharged 296 GTB tetap membawa ciri khas suara lengkingan merdu yang tidak kalah dari mesin V8 dan V12 Ferrari lainnya.
Janji itu terbukti benar. Saat pedal gas diinjak dalam-dalam, seketika mesin menyalak keras. Di sini, mesin V6 twin turbo bekerja 100 persen. Suara lengkingan mesin terdengar nyaring di telinga. Suaranya semakin melengking saat jarum rpm mendekati red line.
Sayang, kami tak dapat memacu lebih kencang lagi karena faktor keselamatan di jalan raya yang digunakan untuk uji coba.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kembali ke powertrain ini, V6 turbo merupakan mesin pertama Ferrari yang dipasarkan secara massal untuk penggunaan jalan raya. Pada tahun 1967 dan 1974, Ferrari memang membuat mesin V6 pada Dino 206 dan 246, tetapi mobil tersebut tidak dipasarkan.
296 GTB menggendong mesin yang berlokasi di belakang (mid engine range) dengan konfigurasi V6 twin turbo berkapasitas 2.992cc. Mesin ini menghasilkan daya 654 hp dan motor listrik berdaya 164 hp. Kombinasi keduanya menghasilkan daya 818 hp pada 8.000 rpm dan torsi puncak 740 Nm pada 6.250 rpm.
Tenaga super ini disalurkan ke roda penggerak melalui transmisi dual-clutch basah delapan percepatan, sama seperti yang digunakan pada SF90 Stradale dan Roma yang sudah lebih dulu dipasarkan di Indonesia.
Mesin Twin Turbo 2.992 cc Ferrari 296 GTB, 14 Juli 2022. TEMPO/Wawan Priyanto
Dengan torsi melimpah dan bantuan motor listrik yang memberikan dorongan instan ke roda membuat 296 GTB memiliki akselerasi yang mumpuni. Kecepatan 0 - 100 km per jam dapat ditempuh dalam waktu 2,9 detik, waktu 0 - 200 km per jam dalam 7,3 detik dengan kecepatan maksimum 330 km per jam. Cukup impresif untuk sebuah Ferrari bermesin V6.
Insinyur Ferrari bekerja keras pada harmonik knalpot Inconel, yang disalurkan ke satu lubang besar di tengah bemper belakang, membuat suara keras knalpot lebih terdengar di telinga ketika Anda sedang mengemudi. Suara (juga performa) mesin akan benar-benar mulai terdengar merdu saat jarum odometer menyentuh angka 6.000 rpm ke atas.
Fun To Drive
Saat peluncuran di Jakarta, Knechtel juga mengatakan bahwa 296 GTB dirancang untuk mudah dikendarai dibanding model Ferrari lainnya. “Teknologi baru yang telah dikembangkan membuat 296 GTB menjadi mudah untuk dikendarai, lebih fun to drive,” kata Knechtel.
Apa yang dikatakan Knechtel itu memang kami rasakan saat mengemudikan 296 GTB. Sebagai contoh, sektor kaki-kaki lebih nyaman dibanding saat kami mencoba 488 GTB ketika melalui jalanan kriting maupun jalanan dari paving block.
Suspensi tidak terlalu keras terasa di dalam kokpit karena memang bisa diatur sesuai dengan kondisi mengemudi. Begitu juga dengan shifting gear saat mobil digeber. Hentakan mesin tidak terlalu liar dan terasa lebih halus.
Ferrari 296 GTB 2022. TEMPO/Wawan Priyanto
Wheelbase atau jarak sumbu roda yang tidak terlalu panjang juga membuat 296 GTB lebih mudah digunakan untuk bermanuver.
Pengemudi juga dapat memilih empat mode mengemudi dengan memutar tombol (maniteno) di sisi kanan bawah. Keempat mode mengemudi itu terdiri dari Wet (untuk mengemudi di saat hujan), Sport, Race, dan CT Off.
Untuk mendukung performa (kecepatan) sayap atau spoiler belakang yang terletak di bagian atas bemper bersifat aktif. Secara otomatis akan aktif (terangkat) bila kecepatan mobil menyentuh angka 250 km per jam (155 mph). Spolier aktif ini berfungsi memberikan tambahan downforce sebesar 100 kg.
Secara keseluruhan, Ferrari 296 GTB memang menyenangkan untuk dikendarai, tetapi juga memiliki nuansa sporty khas Ferrari dengan tampilan lebih modern.
Baca juga: Ferrari 296 GTB Resmi Masuk Indonesia, Simak Perkiraan Harganya
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto.