Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gus Dur, menurut sumber TEMPO, semula tidak setuju dengan ide itu. Sebab, pengalaman Pam Swakarsa menunjukkan bahwa rekrutmen dilakukan di kalangan organisasi berbendera Islam yang beraliran "keras". NU, yang punya pasukan Banser, tak dikontak sama sekali. Maka, Gus Dur bertanya, "Apa itu Ratih? Saya sampai enggak bisa tidur sebab enggak jelas apa itu Ratih." Oleh Wiranto dijelaskan bahwa ada undang-undang yang mengaturnya, sedangkan rekrutmennya dilakukan polisi. Yang bertanggung jawab adalah Panglima ABRI. Dan yang penting: Ratih tidak dipersenjatai.
Gus Dur mengatakan, dalam bayangannya, Ratih itu seperti banpol (pembantu polisi), tapi Menhankam meluruskan anggapan itu seraya menyebutkan bahwa tujuan lainnya adalah menampung banyaknya tenaga kerja yang kena PHK. Gus Dur pun lega, dan berkata, "Kalau seperti itu, dan tanggung jawabnya Pak Wiranto, ya, saya bisa tidur."
Yang jadi soal, "sekutu" Gus Dur di Kelompok Ciganjur, Amien Rais, di Medan, menolak hadirnya Ratih. "Mister Habibie, Mister Wiranto, dan mister yang lain, jangan diteruskan. Batalkan saja (Ratih)," kata Ketua Umum Partai Amanat Nasional itu. Alasan Amien, kalau rakyat dilatih militer, apalagi dipersenjatai, akan segera terjadi perang saudara. Perdebatan rupanya masih akan panjang.
Kabarnya, dari Laboratorium Gigi RSAL itulah lahir gagasan Wiranto untuk mempertemukan Gus Dur dengan Presiden Habibie. Gayung bersambut dengan cepat. Sabtu lalu, di rumah Habibie di kawasan Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Gus Dur bertemu dengan Habibie--sebuah pertemuan yang, menurut pengamat Arief Budiman, sangat penting untuk memperkuat legitimasi Habibie. Dan Minggu lalu, Presiden Habibie bersalat subuh bersama sejumlah ulama Jakarta. Satu lagi kartu truf jatuh ke tangan Habibie.
TH, Agus Riyanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo