Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Mereka Dititipi Sang Bapak

Delapan pengacara mendampingi Soeharto, di antaranya bekas pengacara Bambang Trihatmodjo. Kenapa Adnan Buyung menolak dan Yohanes Yacob dipecat?

14 Desember 1998 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SOEHARTO masih populer. Paling tidak untuk beberapa pengacara yang mendampinginya, walau harus menanggung "hujan hujatan". Saat ia dipanggil Kejaksaan Agung, banyak pengacara datang menawarkan diri. Yang datang paling awal tentulah Yohanes Yacob, yang sebelumnya "bukan siapa-siapa". Ia bertindak cepat dengan membentuk Tim Konsultan Cendana (TKC). Yacob mengaku memiliki ruang khusus di Cendana.

Yacob "melamar" Soeharto sepuluh hari setelah orang Godean itu turun panggung. Bermodal kop surat Lembaga Perlindungan Budaya Hukum Nasional Keadilan Sosial Indonesia, Yacob, yang menyebut Soeharto "Yang Mulia" ini, rupanya mendapat sambutan. Tiga hari setelah "lamaran"-nya, Soeharto memberikan surat kuasa kepada Yacob untuk mengurus segala kepentingannya. Namun, dua minggu kemudian, surat kuasa itu dicabut lagi. Puncaknya, 19 November, Soeharto menyatakan putus hubungan dengan Yacob. Ada apa? Lelaki asal Rote itu meminta dana operasional kepada Sudwikatmono.

Herannya, dua hari menjelang Soeharto diperiksa, Yacob mengaku masih bertemu dengan Soeharto di Cendana. Ia pun memberikan keterangan kepada pers dengan sangat tajam. Antara lain, jika Soeharto diseret, ia akan membawa kroni dan para pejabat tinggi ke pengadilan. Kata sebuah sumber, saat ini sebenarnya Soeharto sudah menunjuk tim lain untuk mendampinginya saat diperiksa tim Kejaksaan Agung.

Tim itu terdiri dari Denny Kailimang, yang menjadi "broker" untuk menghubungi sejumlah pengacara kondang. Di antara yang ditawari adalah Adnan Buyung Nasution. "Saya memang ditawari oleh Denny, tapi saya tolak,?? kata Abang Buyung. Menurut putri tertua Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana, si Abanglah yang "meminang" Soeharto. ??Saya bersedia membela Pak Harto jika keadaan worst of worst, di mana ia tak punya kesempatan untuk membela diri,?? kata pengacara berambut perak itu.

Denny Kailimang pernah membela harian The Jakarta Post saat digugat IPTN. Belakangan Denny menjadi pengacara Sudwikatmono dan Bambang Trihatmodjo ketika Bank Andromeda ditutup dan kemudian berperkara melawan Menteri Keuangan dan Direktur Bank Indonesia. Menurut sebuah sumber, sebenarnya "operator" tim pengacara itu adalah O.C. Kaligis, yang berperan sebagai juru bicara di tim itu. Kaligis mengaku dihubungi Soeharto pada 5 Desember. "Sebagai warga negara, dia sangat sopan meminta saya duduk bersama membicarakan soal itu," katanya. Dua hari menjelang pemeriksaan di Kejaksaan Tinggi Jakarta, baru Kaligis menandatangani kesediaannya menjadi pembela bekas orang nomor satu di Indonesia itu.

Ada lagi Juan Felix Tampubolon, pengacara yang dikenal dekat dengan Bambang Trihatmodjo, bos grup usaha Bimantara.

Selain itu, ada Mohamad Assegaf, alumni Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, yang bercerita bahwa Denny mengontaknya lewat telepon pada 7 Desember. Advokat yang pernah membela Muchtar Pakpahan dan Sri Bintang Pamungkas itu mengaku tidak langsung menerima tawaran Soeharto. Ia bersedia setelah bekas orang nomor satu Indonesia itu sendiri yang mengirim surat permintaan untuk didampingi. Karena surat itu, Assegaf mengaku tak kuasa menolaknya. "Ini panggilan tugas seorang advokat profesional bagi saya,?? kata anggota Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional ini.

Namun Soeharto juga membayar timnya dengan baik. Sebab, Denny, Kaligis, dan Tampubolon adalah pengacara kelas satu, yang bertarif US$ 300 per jam. Anggota tim lainnya adalah Victor Siregar dan Indrianto Senoadji. Putra bekas Menteri Kehakiman Oemar Senoadji (almarhum) itu mengaku mendapat teror setelah menerima tawaran menjadi anggota tim pembela Soeharto.

Ketua Tim Pengacara Soeharto, Brigadir Jenderal (Purn.) TNI Syamsul Hadi, justru diminta oleh Soeharto langsung. ??Tiba-tiba ajudan menghubungi saya. Saya tidak menawarkan diri. Mungkin mereka sudah meneliti saya. Apalagi kebetulan keponakan saya guru mengaji Panji dan Gendhis, cucu-cucu Pak Harto,?? kata Syamsul bangga.

Tugas mereka tak ringan. Menjelang bosnya diperiksa, para pengacara ini harus berada di Jalan Cendana sekitar pukul 06.30. Mereka duduk di ruang tamu bersama Soeharto dan putra-putrinya. Pukul 07.10, saat Soeharto hendak berangkat, Tutut, Titiek, Mamiek, Baby Halimah, Sigit, dan Tommy, berkali-kali bicara kepada para pengacara itu. ??Titip Bapak, ya.... Hati-hati, ya... Pak,?? kata mereka. Sanggupkah mereka melindungi Soeharto?

Ahmad Taufik, A. Karina, Purwani D. Prabandari, Iwan Setiawan, dan I G.G. Maha Adi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus