Debus dan Demo Mahasiswa Indonesia Gelap di Malioboro

TEMPO.CO, Jakarta - Aroma dupa menguar di tengah demo mahasiswa yang digelar di kawasan Malioboro, Yogyakarta kemarin. Di antara kerumunan demonstran, dua mahasiswa memecah lampu neon berbentuk tabung dan memasukkannya ke dalam mulut. Darah segar keluar dari sudut bibir mereka dalam terik matahari yang membakar kulit. Mereka menghancurkan satu per satu empat lampu neon yang diletakkan di kardus bertuliskan maem belgizi gelatis, pelesetan dari Makan Bergizi Gratis. Pecahan lampu menghambur ke udara.

Maul dan Malio, mahasiswa jurusan Teater Institut Seni Indonesia Yogyakarta siang itu menarik perhatian ribuan pengunjuk rasa Aliansi Jogja Memanggil dalam demo bertajuk Indonesia Gelap di sekitar Tugu Ngejaman kawasan Malioboro itu. Sebagian demonstran berkerumun, ada yang menangis karena ngeri melihat seni pertunjukan tersebut. Aliansi itu melibatkan mahasiswa dari berbagai kampus yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia dan berbagai jaringan masyarakat sipil, salah satunya Forum Cik Di Tiro.

Maul dan Mario sedang memprotes berbagai kebijakan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, salah satunya program Makan Bergizi Gratis. “Luka pada bibir kami menggambarkan luka rakyat Indonesia karena program yang menyengsarakan rakyat,” kata Malio ditemui seusai menggelar pertunjukan seni, Kamis, 20 Februari 2025.

Pentas Maul dan Malio menggambarkan kemarahan mereka terhadap kebijakan Prabowo dan Gibran yang tak terbendung. Keduanya terinspirasi dari debus, tontonan dengan berbagai atraksi ajaib yakni melukai tubuh.

Menurut Maul dan Malio, pentas serupa pernah mereka lakukan di Bandung, Jawa Barat untuk mengkritik pemerintah yang gagal mengatasi krisis pangan. Dalam demonstrasi di Yogyakarta, puluhan mahasiswa ISI terlibat aktif dan berkonsolidasi dengan mahasiswa lainnya.

Selain Makan Bergizi Gratis, mereka juga mengecam larangan pementasan teater berjudul Wawancara dengan Mulyono di kampus Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung dan pembredelan pameran seni Yos Suprapto di Galeri Nasional. Ahung, mahasiswa Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta berorasi tentang pembatasan terhadap kebebasan berekspresi seniman. “Kesenian bagian dari demokrasi yang harus dipertahankan kebebasannya,” kata Ahung.

Demo mahasiswa berlangsung sejak siang hingga sore hari. Pengunjuk rasa berjalan dari Taman Parkir Abu Bakar Ali menuju kawasan Malioboro dan berakhir di Titik Nol. Demonstran mengenakan pakaian berwarna hitam, sesuai dengan tanda pagar (tagar) yang mereka usung di media sosial yakni Indonesia Gelap, mewakili kekecewaan dan kekhawatiran pada masa depan Indonesia.

Pilihan Editor: Hasto Tahanan KPK, PDIP: Sudah Ditargetkan Ditahan Sebelum Kongres