Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

<font color=#FF9900>Angin Janda,</font> Teratai Tak Prima

19 Januari 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI ujung musim angin timur, empat bulan lalu. Setelah mangkrak selama dua tahun akibat mahalnya harga solar, kapal motor Teratai Prima kembali melayari rute Samarinda-Parepare, bolak-balik. Untuk menghemat minyak, mesinnya diganti dengan yang tenaganya lebih kecil.

Mesin baru itu—konon dicopot dari dump truck Nissan RE10 atau CWB 520—memang mampu mendorong Teratai saat Selat Makassar sedang ramah. Tapi, di puncak musim barat, selat itu bisa tiba-tiba murka. Diduga gara-gara mesin yang kurang bertenaga untuk bermanuver pada Ahad lalu, sekitar pukul empat pagi, kapal itu karam di perairan Baturoro, Majene.

Ini bukan kapal pertama yang tenggelam di sekitar perairan itu. Inilah laut paling angker di seantero Selat Makassar. Ombaknya bisa mendadak ganas, bahkan saat tanpa angin. Angin puting beliung juga bisa tiba-tiba muncul. Nelayan Majene menyebutnya Angin Janda karena kerap mengakibatkan istri nelayan kehilangan suami.

Yosep Suprayogi, Firman Atmakusuma


Lara di Baturoro
Sejak kecelakaan Adam Air, perairan Baturoro telah menelan empat kapal berbagai jenis.

1 Januari 2007
ADAM AIR
Jenis: pesawat penumpang
Korban: 102 orang meninggal

19 Juli 2007
KM MUTIARA INDAH
Jenis: kapal penumpang
Korban: 29 orang meninggal, 10 terluka

8 Juli 2008
KM SINAR MAS
Jenis: kapal barang
Korban: tidak ada, kerugian lebih dari Rp 1 miliar

20 Juli 2007
KM FAJAR MAS
Jenis: kapal penumpang
Korban: tak ada data

11 Januari 2009
KM TERATAI PRIMA
Jenis: kapal penumpang
Korban: 200-an penumpang belum diketahui nasibnya

Gerbang Kematian
Keganasan Baturoro bersumber pada penyempitan di dasar lautnya. “Wilayah sempit ini disebut Celah Labani,” ujar L.F. Wenno, ahli oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Apa yang terjadi?

  1. Dari Pasifik…
    Sepanjang tahun air laut dari Samudra Pasifik mengalir ke Samudra Indonesia melalui Selat Makassar. Per menit debitnya cukup untuk merendam Jakarta sedalam satu meter.
    Debit: 10 juta meter kubik per detik
    Kecepatan: 4,5-6 km
  2. Via Celah Labani…
    Akibat gerakan tektonik lempeng bumi, palung di wilayah ini menyempit dan lebih dangkal. Ini mengakibatkan air laut mengalir lebih kencang dan terdorong ke permukaan. Inilah mengapa perairan Baturoro kerap bergolak.
    Lebar: 20 kilometer
    Kedalaman: 600-1.000 m
  3. Ke Samudra Indonesia
    Air laut dari Pasifik mengalir ke Samudra Indonesia melalui Selat Lombok dan Laut Timor

Besar Kapal daripada Mesin
PARA saksi hidup karamnya Teratai Prima mengatakan kapal tenggelam setelah dihajar ombak tinggi. Kapal diduga kesulitan menghindari hantaman ombak, karena mesinnya kecil. “Ketika inilah mesin besar menjadi dibutuhkan agar kapal lebih lincah.” ujar marine pilot Pertamina, H Z. Zakaria.

Spesifikasi
Tahun pembuatan: 1999
Dimensi: panjang 50,4 meter, lebar 9,36 meter, tinggi 3,75 meter
Struktur: besi baja
Bobot bersih: 225 ton
Bobot kotor: 747 ton muatan saat kecelakaan
Penumpang: 250 orang, tapi diduga lebih banyak, hingga melebihi kapasitasnya sebesar 300
Kargo: 274 ton

Riwayat Kapal
1999: Dibuat di galangan CV Muji Rahayu Samarinda; pemilik: PT Bunga Teratai
2000: Mulai beroperasi di jalur Samarinda-Parepare
2006: Berhenti beroperasi gara-gara kenaikan harga solar
Awal 2008: Dibeli PT Batari Mulya
Oktober 2008: Mulai beroperasi

Awan Badai
Tak jelas apakah saat Teratai Prima tenggelam di perairan itu terjadi angin puting beliung. Tapi Kukuh Ribudiyanto, Kepala Subbidang Informasi Meteorologi Publik Badan Meteorologi dan Geofisika, menyatakan foto citra satelit menunjukkan kala itu memang ada awan cumulonimbus. Ini bibit badai. “Jika awan ini tumbuh cepat hingga berukuran besar dan menjulang tinggi, dipastikan bakal terjadi puting beliung,” ujarnya.

Ombak Maut
PADA mulanya gerombolan ombak itu berjalan ke utara dengan panjang gelombang yang sama. Akibat perubahan arus dan amuk angin di Celah Labani, ombak tak kompak lagi. Ketika angin kembali kompak, ombak itu menjadi jauh lebih tinggi dan frekuensinya pendek.

Titik Berat Kapal
Setelah miring dihajar ombak tinggi, posisi kapal sukar untuk kembali tegak dengan cepat jika air laut menggenangi kapal. Ombak berikutnya membalikkan kapal.
G1: titik berat kapal
G2: titik berat kapal saat oleng

Mesin
Ketika Batari Mulya membeli KM Teratai Prima Rp 3 miliar, kapal itu tanpa mesin. Batari memasang mesin Nissan RE10, yang biasa dipakai truk berbobot 80 ton, pada kapalnya. Nakhoda kapal tanker Suci Prestasi, Agustinus Pawole, mengatakan dalam keadaan cuaca normal mesin ini cukup untuk membawa Teratai Prima.

SEBELUMNYA...
Mesin: Yanmar 16LAKM-STE
Daya: 2 x 1.500 tenaga kuda
Waktu tempuh: 20 jam

SETELAH DIBELI
Mesin: Nissan tipe RE10
Daya: 2 x 520 tenaga kuda
Waktu tempuh: 38-40 jam

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus