Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAWA Timur telah berubah dari daerah yang mengandalkan sektor pertanian dan industri pengolahan ke sektor jasa (perdagangan, hotel, dan restoran). Menurut Gubernur Jawa Timur Soekarwo, industri berbasis agro tetap jadi andalan. Berikut ini wawancara wartawan Tempo Agus Supriyanto, Agita Sukma Listyanti, dan Endri Kurniawati di kantor gubernur, Gedung Grahadi, Surabaya, dua pekan lalu.
Bagaimana Anda memandang perekonomian ke depan?
Penyokong perekonomian berubah dari pertanian dan industri ke jasa. Perubahan ini sangat penting agar tidak muncul masalah disparitas. Karena 39 persen penduduk bergantung pada sektor pertanian, yang harus kami bangun adalah off farm-nya, yaitu industri pascapanen. Sejak saya menjabat pada 2009, program kami mendorong usaha di bidang agro dengan memberi nilai tambah ke petani. Jangan jualan nangka, tapi keripik nangka. Progresnya bagus, dari 26,7 persen industri pengolahan tadi, sebanyak 55 persen adalah industri agro. Berarti struktur industri Jawa Timur 98 persen di usaha menengah dan kecil. Ini bagus.
Bagaimana mengatasi ekspor yang masih lemah?
Jawa Timur punya 15 atase perdagangan. Sejak kami kuatkan perdagangan antarpulau, nilai perdagangan Jawa Timur naik 19 persen. Ekspor-impor Jawa Timur minus Rp 8 triliun, tapi surplus perdagangan antarpulau Rp 58 triliun.
Pertumbuhan sektor pertanian sangat kecil (hanya naik 2 persen) dan trennya terus menurun. Bagaimana Anda mengatasinya?
Iya, sangat kecil karena ada pengurangan 44 ribu hektare lahan tiap tahun. Namun kami kuatkan produktivitasnya. Pertanian itu problemnya di indeks pertaÂnaman (IP). IP di Jawa Timur untuk padi, jagung, dan kedelai hanya 1,8 kali panen per tahun. Baru di daerah aliran Sungai Brantas 2,1. Sedangkan di daerah Bengawan Solo lebih hancur. Bojonegoro hanya 1,2. Makanya dibangun bendungan untuk menampung air Bengawan dan mengairi 23 ribu hektare sawah. Target 2014 akan menaikkan IP dua kali lebih. Surplus beras Jawa Timur akan menjadi 6 juta ton.
Industri masih menumpuk di bagian utara (Surabaya dan sekitarnya).
Tidak juga. Ada catatan kurva WilliamÂson, Jawa Timur turun dari 115,85 menjadi 112,53. Angka ini menunjukkan disparitas antarwilayah mengecil. Coba ke Tulungagung, Bojonegoro, atau Banyuwangi, industri tumbuh di sana. Hotel tahun lalu tambah 15 unit, sekarang ada lagi 25 izin baru. Sembilan di Surabaya, sisanya tersebar di berbagai daerah.
Angka kemiskinan masih cukup tinggi (13,08 persen) di Jawa Timur….
Persoalan paling berat kemiskinan. Masih tinggi, tapi mulai 2009 kedalaman dan keparahan kemiskinan berkurang. Sudah near poor, bukan very poor. Disparitas antara orang miskin dan sangat miskin semakin dekat, dari 0,56 ke 0,44.
Bagaimana Anda mengupayakan peningkatan investasi?
Ada tiga kelompok dengan penanganan berbeda. Pertama, mereka yang punya uang, orang penting yang minta tempat nyaman. Kami siapkan help desk, unit reaksi cepat. Kami punya P2T (pusat pelayanan terpadu). Kami membuat government Âguarantee, termasuk kemudahan mendapatkan lahan. Untuk perizinan nonmodal asing hanya 11 hari selesai, penanaman modal asing 17 hari, setara dengan Singapura.
Kedua, kelompok tengah. Yang mereka butuhkan adalah akses permodalan. Kami membentuk bank usaha mikro, kecil, dan menengah serta lembaga penjaminan kredit. Kelompok ketiga, orang miskin. Kami punya konsep jalinkesra (jalan lain menuju kesejahteraan) dengan memberi mereka aset untuk usaha. Ada 493 ribu rumah tangga sangat miskin, sebanyak 320 ribu mendapat jalinkesra.
Ada persoalan yang belum tuntas, terutama investasi di sektor migas. Masalah soÂsial karena trauma lumpur Lapindo….
Kalau masalah trauma Lapindo memang agak sulit. Sekarang untuk investasi migas lebih digalakkan di lepas pantai. Kalau di darat ketemu orang, kalau di laut ketemu ikan. Tidak ada penolakan di laut. Itu yang jadi alasan Exxon membuat floating tanker di Tuban. Padahal investasinya lebih mahal. Harus diakui risiko sosial masih tinggi sekali. Karena itu, harus ada solusi, termasuk pola redistribusi yang adil untuk masyarakat yang terkena tambang. l
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo