Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Dewi Sri Kurang Berseri

Sektor pertanian dan perkebunan hanya tumbuh dua persen. Mutasi lahan menghantui.

27 Januari 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Senyum Ghofar, 42 tahun, mengembang begitu panen pertama 25 ribu batang tanaman cabai miliknya. "Harga cabai sedang bagus. Hasil padi ditambah cabai ini cukup untuk menutup kerugian tanaman tembakau tahun lalu," kata penduduk Desa Sumberpinang Pakusari, Jember, ini Selasa pekan lalu.

Tapi keceriaan Ghofar tak tergambar pada pertanian dan perkebunan Jawa Timur. Tahun lalu sektor ini hanya tumbuh dua persen dan menyumbang 16,45 persen terhadap produk domestik provinsi. Padahal 39 persen penduduk Jawa Timur hidup di sektor pertanian dan perkebunan.

Kecilnya sumbangan sektor pertanian ini karena terus menyusutnya luas lahan akibat tergerus pembangunan perumahan dan industri. Kepala Dinas Pertanian Jawa timur Wibowo Ekoputro mengatakan, sepanjang 2006-2011, terdapat mutasi lahan pertanian sekitar 214 ribu hektare.

Untungnya, produksi beras Jawa Timur masih yahud dan tetap jadi lumbung pangan nasional. Tahun lalu dihasilkan 7,8 juta ton, dua kali lipat dari kebutuhan konsumsi provinsi. "Kelebihan produksi kami 3,4 juta ton," ujar Gubernur Jawa Timur Soekarwo kepada Tempo.

Surplus juga terjadi di komoditas lain di sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan. Jagung, yang menghasilkan hampir 6 juta ton, dan sapi sebanyak 4, 9 juta ekor tahun lalu masih berlebih untuk dikonsumsi sendiri. Produksi telur bahkan menopang 55 persen kebutuhan nasional. Yang diakui Soekarwo rada kedodoran adalah produksi kedelai. Dari kebutuhan 420 ribu ton, hanya bisa dipenuhi tiga per­empatnya.

Pemerintah Jawa Timur tidak punya pilihan selain memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produksi pertanian di tengah ancaman terus menyusutnya lahan. Menurut Soekarwo, jika selama ini sawah bisa dipanen 1,8 kali setahun, akan didorong menjadi di atas dua kali tahun ini. Salah satu upayanya adalah memperbaiki irigasi untuk mendongkrak produksi di daerah aliran Sungai Bengawan Solo, yang baru bisa panen 1,2 kali setahun. Soekarwo bermimpi, dengan teknologi lebih maju, suatu saat petani Jawa Timur bisa panen empat kali setahun seperti di Jepang. 

Guru besar ekonomi pertanian Universitas Jember, Rudy Wibowo, sepakat. "Kuncinya revitalisasi di hulu (on farm) dan hilir (off farm) harus lebih serius dikuatkan," katanya. Iklim dan cuaca yang tak menentu bisa diatasi dengan perbaikan pola budi daya serta produksi komoditas pertanian dan perkebunan.

Selain dengan teknologi, pemerintah menghambat mutasi lahan dengan senjata Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 tentang rencana tata ruang wilayah. Tujuannya, mempertahankan lahan pertanian pangan sekitar 1 juta hektare hingga 2030. Saat ini luas sawah tinggal 1,17 juta hektare.

Akan halnya produksi tembakau, yang menghidupi 6,1 juta petani, harus berha­dapan dengan rencana pengesahan Peraturan Pemerintah Antitembakau Nomor 109 Tahun 2012. Namun Abdurrahman, koordinator Asosiasi Petani Tembakau Kasturi Jember, tak yakin peraturan itu berpengaruh bagi kelangsungan budi daya dan pemasaran tembakau. "Pelaksanaannya belum jelas dan semangat menanam tembakau tidak akan habis gara-gara aturan itu." Tahun lalu petani Jember menghasilkan 15 ribu ton tembakau.

Kendala lain adalah neraca air yang minim, jauh di bawah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Untuk mengatasi minimnya air, waduk dan daerah aliran sungai akan dioptimalkan. Sumber air itu antara lain Kalimati di Sidoarjo, waduk Gonggang (Magetan), Bojonegoro, Bajul Mati (Banyuwangi), Tukul (Pacitan), Sembayat (Gresik), Tugu (Madiun), dan Bendo (Ponorogo).

Endri Kurniawati, Agus Supriyanto, Kukuh S. Wibowo, Mahbub Junaidy, Agita Sukma

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus