Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto dua pekan ini menjadi pusat perhatian publik. Orang pertama di angkatan bersenjata itu mengundurkan diri. Pada 24 September lalu, Jenderal Sutarto telah mengajukan surat mundur kepada Presiden Megawati Soekarnoputri. Meski hanya tinggal dua minggu lagi menjabat presiden, Mega pun menyetujui pengunduran diri itu dan mengirim permintaan kepada DPR untuk ikut menyetujui permohonan berhenti Jenderal Sutarto dan mengangkat Panglima TNI yang baru.
Rencana pengunduran diri perwira tinggi kelahiran Purworejo 29 April 1947 itu terungkap Jumat dua pekan lalu. Saat itu Ketua DPR Agung Laksono mengaku menerima surat pemberitahuan Presiden. Alasan resmi pengunduran diri Jenderal Sutarto yang tercantum dalam surat itu, kata Agung, karena ia telah berusia 57 tahun dan sudah diperpanjang masa jabatannya selama dua tahun. Namun khalayak tak mudah percaya pada alasan formal itu. Rumor pun ramai beredar mengiringi permintaan mundur bekas Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu.
Menurut beberapa orang kawan dekatnya, Sutarto sebenarnya telah beberapa kali meminta mundur dari jabatannya. Namun, banyak yang menduga, kali ini ia memutuskan untuk mundur gara-gara Mega menganugerahkan pangkat jenderal kehormatan kepada Menteri Koordinator Politik dan Keamanan ad interim Letjen (Purn.) Hari Sabarno dan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen (Purn.) Abdullah Makhmud Hendropriyono. Keputusan Presiden itu turun tanpa ada surat pengajuan kepada Panglima TNI.
Untuk memperjelas isu yang berkembang, wartawan Tempo sejak pekan lalu berupaya menemuinya. Namun belakangan ini ia justru terkesan menghindari publikasi. Untunglah, seusai membuka Latihan Integrasi Taruna Dewasa Nusantara XXV di Stadion Pahoman, Bandar Lampung, Selasa, 12 Oktober lalu, wartawan Tempo Fadilasari sempat mendapatkan wawancara singkat dengan lulusan AMN 1971 itu. Petikannya:
Sebenarnya, apa alasan Anda mengundurkan dari jabatan Panglima TNI?
Pengunduran diri itu berasal dari kondisi di tubuh TNI sendiri. Saya menyadari, bila lembaga TNI ingin menjadi sehat, harus ada proses regenerasi. Makanya saya mengusulkan kepada Presiden agar pucuk pimpinan TNI segera diganti.
Apa komentar Anda tentang pengangkatan Kepala Badan Intelijen Negara A.M. Hendropriyono dan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan ad interim Hari Sabarno menjadi jenderal kehormatan?
Saya ingin mengatakan bahwa pemberian pangkat seperti itu tidak ada aturan mainnya. Kalaupun ada pemberian kenaikan pangkat, harus ditujukan untuk orang yang pantas dan telah memberikan jasa yang sangat besar pada lembaga TNI. Itu tidak ada pada keduanya. Pemberian pangkat itu pun harus mendapat rekomendasi dari TNI dan melewati proses seleksi yang ketat. Nah, TNI sendiri tidak pernah memberikan rekomendasi agar mereka berdua mendapat pangkat kehormatan.
Jadi pemberian pangkat jenderal kehormatan itu menjadi pemicu pengunduran diri Anda?
Oh, tidak. Kan tadi sudah saya bilang, saya mundur karena ingin ada proses regenerasi. Semua saya lakukan demi kebaikan lembaga TNI.
Tapi mengapa pengunduran diri itu tidak menunggu presiden terpilih dilantik?
Saya kira tidak ada masalah saya mundur kapan saja. Presiden yang dapat memutuskan, kapan saya harus meletakkan jabatan. Tapi saya harap pengunduran diri saya ini cepat diproses oleh lembaga yang berwenang. Dan sebenarnya saya sudah lama ingin mundur. Tapi waktu itu Presiden mengatakan, tunggu dulu hingga pemilu selesai.
Benarkah pengunduran diri ini hanya trik agar Anda bisa masuk dalam kabinet SBY?
Ah, tidak benar itu. Bila saya ingin masuk kabinet, ngapain saya mundur sekarang? Mending menunggu dipanggil presiden yang baru saja. Bodoh amat saya mundur sekarang, eh ternyata tidak terpilih. Lagi pula, saya ini mau dijadiin menteri apa? Menteri peranan wanita? (Dia tertawa panjang).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo