Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan alias PDIP baru saja merayakan hari ulang tahun atau HUT PDIP ke-50 pada 10 Januari 2023 lalu. Partainya Megawati Soekarnoputri ini bercikal-bakal dari Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan Sukarno alias Bung Karno pada 4 Juli 1927 silam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah Soeharto naik takhta jadi Presiden, dia menghendaki sistem multipartai dihapuskan. PNI kemudian meleburkan diri menjadi satu partai bersama Partai Musyawarah Rakyat Banyak, Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Partai Kristen Indonesia (Parkindo), dan Partai Katolik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Partai hasil fusi ini kemudian menamai diri sebagai Partai Demokrasi Indonesia. Hari peleburan, yakni 10 Januari 1973 ditandai sebagai momen kelahiran. Meski menjadi satu, namun terjadi konflik di tubuh partai. Partai ini kemudian diembel-embeli kata “Perjuangan” oleh Megawati agar bisa ikut Pemilu 1999.
Baca: Disebut Preman oleh Megawati, Berikut Profil FX Hadi Rudyatmo Eks Wali Kota Solo
Tokoh Pendiri PDIP
Berikut beberapa tokoh pendiri PDI Perjuangan, dikutip dari berbagai sumber.
1. Kwik Kian Gie
Kwik Kian Gie adalah seorang ahli ekonomi dan politikus Indonesia kelahiran 11 Januari 1935. Kwik boleh disebut sebagai salah satu pendiri PDIP. Dia pernah duduk di Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) sekaligus menjadi salah satu Ketua DPP PDI.
Meski kini Kwik tak terlibat PDIP lagi, dulu dia dekat dengan Megawati. Bahkan, saat putri Sukarno itu hendak didepak dari PDI oleh pemerintahan, saat itu rezim Soeharto memang mencampuri urusan partai-partai, Kwik konsisten membela dan mendukung Megawati.
Runtuhnya Orde Baru Soeharto dan berdirinya era Reformasi menjadi kebangkitan bagi PDI. Setelah molting dengan nama baru PDI Perjuangan, Megawati dan kawan-kawan mendapatkan ruang gerak lebih bebas. Bahkan Kwik melaju ke Senayan sebagai anggota DPR RI.
Namun Kwik Kian Gie tampak menjaduh dari PDIP, bahkan pada Pilpres 2019 lalu, Kwik berseberangan dari PDIP dengan menjadi penasihat calon presiden Prabowo Subianto lawan Jokowi saat itu.
2. Sabam Sirait
Sabam Sirait juga merupakan satu dari beberapa orang pendiri PDIP. Sosok kelahiran Tanjungbalai, Sumatera Utara, 13 Oktober 1936, ini aktif di perpolitikan sejak medio 1960-an. Ia sempat menjadi pejabat Sekretaris Jenderal Parkindo periode 1963-1967 dan resmi menjadi sekjen pada 1967-1973.
Saat sejumlah partai melakukan penggabungan pada 1973 menjadi PDI, Sabam turut terlibat sebagai pihak Parkindo. Di PDI Sabat menjabat sebagai sekjen partai selama tiga periode dari 1973 hingga 1986. Dia juga terlibat mendirikan PDIP pada September 1998. Kemudian, sejak saat itu Sabam menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) PDIP hingga 2008.
Sabam Sirait meninggal dunia di usia 85 tahun pada Rabu, 29 September 2021 lalu. Dia menghembuskan nafas terakhirnya di RS Siloam Karawaci. Meski demikian, pihak keluarga tak menjelaskan lebih lanjut penyebab kematiannya.
3. Sophan Sophiaan
Sopan Sophiaan adalah seorang aktor, sutradara, produser dan politikus Indonesia keturunan Makassar, Sulawesi Selatan. Dia lahir pada 26 April 1944. Setelah banyak berkiprah di dunia perfilman, Sophan terjun ke panggung politik. Sophan boleh disebut sebagai salah satu pendiri PDIP. Dia telah menjadi anggota fraksi di Dewan Perwakilan Rakyat pada masa Orde Baru yakni 1992-1997.
Dia juga masih aktif ketika PDI berubah jadi PDIP dan menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Majelis Permusyawaratan Rakyat RI. Salah satu manuver terkenalnya adalah ketika mengundurkan diri dari DPR pada awal 2002.
Sophan Sophiaan meninggal pada Sabtu, 17 Mei 2008 akibat terjatuh dari motor Harley-Davidson yang dikendarainya. Kala itu dia mengikuti acara touring Jalur Merah Putih 2008, memimpin konvoi melewati Ngawi, Jawa Timur menuju Kota Yogyakarta. Kecelakaan itu membuat kakinya patah. Saat dalam perjalanan menuju rumah sakit, Sophan meninggal dunia.
4. Eros Djarot
Soegeng Rahardjo Djarot atau lebih dikenal dengan Eros Djarot merupakan sutradara, penulis lagu, penulis skenario dan politikus Indonesia. Dia adalah adik dari aktor, sutradara dan penulis skenario Indonesia, Slamet Rahardjo Djarot sekaligus ayah dari aktor Indonesia, Banyu Biru Djarot. Pria berkumis kelahiran Rangkasbitung, 22 Juli 1950 ini merupakan pendiri Litbang PDIP.
Hubungan baik itu kemudian renggang. Eros Djarot hengkang dari PDIP. Ia mendirikan Partai Nasionalisme Bung Karno dan sebagai ketua umumnya. Pada Pemilu 2004, Eros mengajak rakyat agar tidak memilih Partai Golkar dalam Pemilu 2004, karena Akbar telah divonis 3 tahun penjara karena kasus korupsi Bulog Rp 40 miliar. Eros juga menyerukan pada rakyat agar tidak memilih Megawati Soekarnoputri Ketua Umum DPP PDI Perjuangan sebagai presiden kedua kali periode 2004-2009.
Eros Djarot mengatakan mestinya Akbar punya rasa malu pada publik menyusul vonis tersebut, dengan cara mengundurkan diri dari Ketua DPR, karena ini menyangkut moral. "Bila tidak mundur, yang bersangkutan sungguh tidak bermoral," kata Eros, Kamis 12 September 2003. Perihal kondisi politik dan ekonomi negara saat ini, Eros Djarot menegaskan Megawati tak layak lagi memimpin pemerintahan republik ini. "Hanya orang gila saja yang masih menginginkan Megawati kembali memimpin negara ini," kata dia, saat itu.
HENDRIK KHOIRUL MUHID I SDA
Baca juga: Megawati Menahan Tangis Ceritakan Tasdi, Kader PDIP dari Sopir Truk Menjadi Bupati Purbalingga
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.